When it comes to spending, everyone has their own sins. Some people think that each dress should come with a pair of matching shoes or a matching purse, some would visit midnight sale regularly or has an online store tagged as favorite. Buat saya, dosa itu bernama buku. Novel, business and management books, comics, interior designs books, magazine, etc. Toko buku merupakan surga yang menawarkan berbagai informasi menarik yang seakan tak ada habisnya. Melalui buku saya mendapat pengetahuan, informasi dan kesenangan, bahkan kesedihan. Buku membuat kita bisa mengintip kehidupan orang lain atau memandang sesuatu melalui sudut pandang mereka.
Unfortunately, books are not cheap. Especially those in hard cover editions. Hobi saya berbelanja buku sempat membuat kartu kredit saya jebol. Saya membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk melunasi hutang ini dan ketika saya memeriksa isi tagihannya, ternyata sebagian besar isinya adalah tagihan toko buku. Parahnya, ketika saya melihat rak buku saya, belum semua selesai saya baca. Sebagian masih rapi terbungkus dalam plastiknya karena temanya terlalu berat dan saya belum menemukan waktu dan mood yang pas untuk membacanya. Ada juga yang saya baca hanya sebagian karena ternyata saya kurang menyukai isinya. Belum lagi berbagai jenis majalah yang hanya sekali saya baca dan kemudian tidak pernah saya buka-buka lagi. Hmm, jika saya bandingkan dengan isi tagihan kartu kredit saya waktu itu, rasanya buku-buku itu menjadi tidak berguna lagi. All of these are wake up calls for me. I need an intervention to help me beat this addiction. Ya rasanya memang seperti sebuah kecanduan. Saya sempat meminta bantuan teman-teman terdekat saya untuk membantu saya mengatasi hal ini. Dan inilah cara saya mengatasinya.
First thing first. Saya memulainya dengan melakukan diet buku. Saya merapikan lagi koleksi buku yang sudah saya miliki dan membuat janji pada diri sendiri tidak akan membeli buku baru sebelum semuanya habis saya baca. After three months, saya berhasil menyelesaikan niat ini dan untungnya, dengan uang yang saya sisihkan sejak berhenti membeli buku, saya bisa menutup hutang kartu kredit saya lebih cepat.
Finally, it was time for me to get back in the game. Pertama kalinya ke toko buku setelah menjalani diet selama 3 bulan sempat membuat saya deg-degan juga. Agar tidak kalap, saya bertekad untuk tidak langsung membeli buku just because I like what’s written on its cover. Saya datang dengan berbekal sedikit informasi hasil browsing mengenai buku-buku yang saya incar. Website seperti www.goodreads.com dan www.amazon.com banyak membantu saya mencari informasi tentang sebuah buku. Diet buku tetap saya jalankan, hanya membeli 2 buku dan tidak membeli lagi sebelum saya selesai membaca buku yang sebelumnya saya beli.
If you cant help yourself, visit a used bookstore instead of regular ones. Sometimes, I need a quick fix ketika rasanya ‘saya harus membeli buku’. Dan saya memutuskan untuk datang ke toko buku bekas saja ketika dorongan ini muncul. Berbekal sedikit kesabaran, banyak buku-buku bagus yang dapat saya temukan. Mungkin kondisinya tidak semulus buku-buku di toko buku biasa atau mungkin saya hanya dapat menemukan buku-buku edisi lama tetapi toko buku bekas sangat membantu saya menekan biaya beli buku.
It’s been 3 years sejak saya menerapkan diet buku. Jujur kadang-kadang masih kalap ketika datang ke pameran buku atau kala musim sale datang ke toko buku favorit saya. After all, planner juga manusia. Tetapi, paling tidak saya bisa berkata that everything’s under control. Hi, my name is Yasmeen and I am a book addict, but I have been sober for 3 years…
Yasmeen Danu, Planner, @yasmeen__