Pengalaman tak terlupakan berkat punya Dana Liburan
Paling seneng membayangkan berlibur bersama keluarga. November tahun lalu, alhamdulillah kami sekeluarga (saya, suami dan anak saya) bisa berangkat berlibur ke tempat yang memang sudah kami impikan.
Sebenernya semua serba ‘kebetulan’. Setiap tahunnya, saya dan suami selalu menyisihkan dana liburan tahunan dari pendatan core leave tahunan suami. Kalo dihitung-hitung, dana tersebut cukup untuk berlibur ke negara Singapore selama seminggu, termasuk di dalamnya tiket pesawat, transportasi dan akomodasi selama di sana. Kami memulai menyisihkannya dari awal tahun 2010. Entah kenapa, dua tahun terakhir ini, saya dan suami tidak bisa menemukan waktu yang tepat untuk bisa berlibur ke tempat yang jauh dan dalam waktu yang cukup lama. Akhirnya dana liburan itu terendapkan .
Singkat cerita, tahun 2011 kemarin saya diberikan rezeki untuk hamil anak kedua. Akhirnya, saya dan suami berdiskusi, jika memang mau berlibur, maka saatnya adalah sebelum melahirkan. Diperkirakan saya melahirkan di bulan Januari 2012. Maka, mulailah kami melakukan survey online, mau berlibur ke mana.
Di pertengahan tahun tersebut, saya melihat iklan travel fair besar yang disponsori oleh salah satu bank lokal swasta. Acara tersebut diadakan selama tiga hari. Maka di hari kedua, kami datang untuk melihat harga tiket dan harga paket wisata yang ditawarkan. Ada dua tempat yang kami inginkan, yaitu Australia (karena saya belum pernah ke sana), dan Jepang (karena ingin mengajak suami dan anak saya napak tilas ke tempat saya sekolah dulu).
Setelah membawa berbagai macam brosur dari tempat tujuan wisata tersebut, akhirnya kami putuskan untuk berangkat ke Jepang dengan hanya membeli tiket pesawatnya saja. Pilihan pergi ke Australia kami eliminasi, karena jika berangkat ke sana harus membeli paket wisata dari salah satu agen, sebab kami berdua tidak familiar dengan daerahnya. Baik paket wisata ke Australia maupun ke Jepang sangat mepet dengan budget kami, padahal kalau yang namanya jalan-jalan setidaknya ingin sedikit berbelanja, atau membeli makanan yang sesuai dengan selera kita.
Malamnya kami berdua berhitung. Karena saya cukup mengerti daerah Jepang, terutama Tokyo, maka malam itu kita langsung menghitung biaya akomodasi kita di sana sekaligus membuat itinerary secara garis besar, mau ke mana saja, menginap di hotel mana, sekaligus biaya hari-hari kami bertiga. Tidak lupa tanggal kami berangkat, karena tiket yang dijual semuanya fixed date. Ternyata, dengan membuat itinerary sendiri, biaya yang harus keluar menjadi 2/3 dari biaya yang harus kami bayar jika mengikuti paket wisata.
Keesokan harinya – hari terakhir travel fair – segera kami beli tiketnya. Rencana berangkat sudah set November 2011. Pada saat berangkat, di Tokyo sedang musim gugur, cocok untuk ibu yang sedang hamil 7 bulan, berjalan-jalan di cuaca yang cukup nyaman. Plus, ada waktu tiga bulan untuk mengurus urusan keberangkatan mulai dari pengurusan visa, dan akomodasi lain-lain.
It’s really a great experience for us. Ternyata dengan itinerary yang dibuat sendiri, banyak juga yang tidak tercapai tujuannya. Maklum aja, dengan membawa anak 3 tahun dan ibu hamil 7 bulan, ternyata kecepatan perjalanan tidak bisa seoptimal yang dibayangkan. But, we truly had fun, and because of the flexibility, we could just simply change our destination. J Pengalaman 6 hari di sana sungguh pengalaman yang kami sekeluarga ingin mengulanginya lagi.
So, buat saya menyiapkan dana liburan itu penting. Tujuan bisa ke mana saja, tapi dana yang dikeluarkan sebanding sekali dengan pengalaman yang didapatkan.
Icha (Planners)
@relizakodri