Pada 29 April 2011 lalu saya mendapat undangan dari teman-teman mahasiswa UI untuk hadir pada acara Women Power Day 2011. Acara ini juga adalah hasil kerja sama mahasiswa dengan UKM Center yang dipimpin oleh Ibu Nining. Kebetulan sudah pernah ketemu dengan Ibu Nining beberapa kali, jadi riang gembira sekali rasanya bisa ketemu lagi. Peserta seminar pun bervariasi, mulai dari pelajar, mahasiswa, ibu rumah tanggak, perempuan yang berwirausaha dan juga beberapa laki-laki yang memberanikan diri hadir hehehe…
Topik yang saya bawakan pada acara tersebut adalah “Peran Perempuan sebagai Manajer Keuangan di Rumah”. Topik ini sudah sering saya bawakan, biasanya memang ‘laku’ di bulan April sekitar hari Kartini hehehehe… Saya sering memberikan pernyataan mengganggu.
“Katanya manajer keuangan keluarga, tapi kok gaji suami berapa malah gak tau.”
“Perempuan sebagai manajer keuangan keluarga, tapi kok cuma tahu harga cabe.”
“Perempuan sering kali ketinggalan dalam hal pengetahuan keuangan.”
“Ada suami yang gak percaya sama istrinya untuk ngurus uang karena emang tukang belanja.”
Biasanya ini jadi ice breaker yang seru karena para perempuan gak akan terima kalau perannya sebagai manajer keuangan ternyata ‘manajer bohongan’. Ternyata banyak sekali di antara kita yang hanya menjadi ‘tukang belanja’ di rumah. Seharusnya sebagai manajer keuangan, saya percaya perempuan bisa jadi partner diskusi yang menyenangkan untuk pasangannya. Trust needs to be earned, jadi kita perlu belajar terus supaya bisa dipercaya dong!
Berikut sepenggal Q&A seru di acara tersebut :
Fenny :
Saya punya usaha, jadi penghasilan fluktuatir. Apa perlu safety net? Saya gak suka aja kalo simpan uang untuk Dana Darurat kan dananya gak bisa yang agresif. Padahal saya maunya investasi itu yang lebih agresif. Musti gimana ya?
Jawaban :
Kalau penghasilan fluktuatif, gampang aja kok, pengeluarannya kan bisa dibikin fixed. Balik ke basic aja : berapa sih sebetulnya biaya hidup kita setiap bulan. Rp 1 juta, Rp 3 juta, Rp 5 juta, atau Rp 15 juta? Dengan begitu, sekarang Fenny punya target buat usahanya supaya menghasilkan minimum sebesar biaya hidup per bulan. Kalau ternyata menghasilkan lebih, bisa disimpan untuk Dana Darurat dan Investasi Bulanannya. Kalau ternyata lebih rendah, uang di Dana Darurat itu bisa dipakai untuk menutupi kekurangannya.
Jadi untuk teman-teman yang punya usaha, jangan lupa bahwa saat usaha kita masih kecil dan belum bisa memberikan penghasilan yang tetap, Dana Darurat ini fungsinya jadi lebih penting lagi dibandingkan untuk teman-teman yang karyawan. Nah kalau mau investasi di produk lebih agresif, tetap bisa dilakukan – sesuaikan dengan Tujuan Finansial saja. Yang pasti Tujuan Finansial Dana Darurat tidak bisa menggunakan produk yang terlalu agresif. Ada juga sih beberapa klien yang tetap menginginkan produk agresif untuk Dana Darurat, tapi dengan porsi yang tidak terlalu besar, misalnya 20-30% dari Dana Darurat saja.
Lucky :
Saya sedang merintis karir jadi perencana keuangan independen. Sudah mulai punya klien. Mau tanya kenapa untuk Dana Pendidikan hanya menghitung Uang Pangkalnya saja?
Jawaban :
Karena kalau semua elemen Dana Pendidikan dimasukkan ke dalam perhitungan, kita akan nangis kejer! Hehehehe… ada beberapa elemen biaya pendidikan : Uang Pangkal, SPP bulanan, uang pendaftaran tahunan, uang buku, uang seragam sampai biaya kegiatan les dan ekskul. Masalahnya kenaikan biaya pendidikan itu diasumsikan antara 15% – 20% per tahun, maka semua elemen biaya pendidikan itu akan jadi sangat besar di kemudian hari.
Untuk memudahkan perhitungan dan membuat Rencana Dana Pendidikan ini lebih implementable, kita bisa menghitung Dana Pendidikan dengan cara : hitung Uang Pangkal saja untuk tingkat TK-SMA. Sementara untuk Perguruan Tinggi : hitung semua biaya dari anak masuk kuliah hingga lulus – untuk pendidikan di kota yang berbeda, hitung juga biaya hidup per bulan untuk anak.
Wuri :
Saya punya bisnis kecil. Kok gak tertarik ya investasi. Kayaknya, mending duitnya buat bisnis aja deh. Selama ini itung-itungan saya, kalau bikin bisnis saya bisa ngukur untungnya. Kalau untuk investasi, kan gak tau.
Jawaban :
Selamat datang di jebakan Batman! Banyak sekali orang yang punya bisnis memang berpikir begitu : “mending gue puterin di bisnis gue, jelas ngukur untungnya gimana”. Padahal namanya bisnis kan tetap gak ada garansinya juga. Gak ada lho bisnis yang dijamin untung 100% selama-lamanya!
Saya punya teman yang cerita dengan semangat bagaimana dia terus menerus setor modal ke dalam bisnisnya. Ini membuat saya jadi bertanya-tanya, sebetulnya usahanya untung gak sih? Ternyata waktu ditanya berapa omzet, berapa variable cost, berapa fixed cost dan berapa laba/rugi, teman saya gak bisa jawab! Bahkan waktu saya tanya dapat gaji atau bagi hasil gak dari bisnisnya, teman saya ini berkelit : ya kan uangnya lagi diputerin di bisnisnya.
Nah bedain yuk. Investasi bulanan yang kita lakukan di Reksadana, itu untuk mencapai Tujuan Finansial kita misalnya Dana Darurat, Dana Pendidikan dan Dana Pensiun. Sementara Bisnis kita fungsinya untuk memberikan penghasilan untuk kita, mulai dari terima gaji atau bagi hasil.
Ceritanya sekarang, Wuri, tebakan saya ya… bisnisnya Wuri belum memberikan gaji atau bagi hasil untuk Wuri ya?
(di sini Wuri ketawa ngakak hehehe…)
Begitu catatan perjalanan saya kali ini. Senang rasanya bisa ngobrol banyak dengan para perempuan pintar di acara ini. Saya selalu belajar banyak di setiap acara yang saya hadiri. Karena setiap kali bisa sharing pengalaman saya, para peserta pun sharing pengalaman mereka. Ilmu memang untuk di-share.
Cheers,
Ligwina Hananto
Bagian ini adalah bagian dari CEO Blog yang berisi catatan perjalanan saya keliling bertemu orang banyak. Saya punya kebiasaan baru membuat catatan kecil setiap kali jadi pembicara. Selalu banyak pertanyaan dari peserta seminar yang saya hadiri. Siapa tahu ada di antara Anda yang punya pertanyaan yang sama, bisa terjawab di sini
Semoga Anda menikmati artikel ini seperti saya menikmati setiap seminarnya!
Ayo undang Tim QM Financial untuk hadir di acara kantor / kampus / keluarga Anda, silakan hubungi : Tim Sales ~ Mario & Yani di 021-57948040 / [email protected]