Judul di atas saya ambil dari sebuah kaos dengan kata-kata kocak yg dijajakan di salah satu art shop di Tanah Lot, Bali. Tim QM Financial baru saja mengadakan outing sekantor yg bertujuan membangun friendship dalam keluarga QM Financial.
Rupanya quote tersebut tak hanya menarik perhatian saya, tetapi juga salah seorang senior planner yang lain di QM Financial. Jadi, tanpa sadar, saya dan dia membeli kaos yg sama. Secara spontan saya bilang padanya, ‘Wah, kaos ini bener-bener “kita” banget niih.’
Selama ini memang salah satu ultimate goal dlm pembuatan Financial Plan adalah untuk dapat mencapai “financial freedom”, yaitu saat ketika Uang bukan lagi sesuatu yang kita kejar, tapi justru uanglah yang mengejar kita. Artinya, aset yang kita miliki telah mampu memberikan income kepada kita tanpa perlu susah payah bekerja. Asyik bukan? Kami, sebagai Independent Financial Planner, membantu klien kami untuk mencapai tujuan-tujuan hidupnya termasuk untuk mendapatkan “passive income”.
Darimana datangnya Passive Income?
Salah satu sumber passive income adalah dengan memiliki bisnis yang dapat memberikan income tanpa Anda perlu susah payah bekerja siang malam. How come? Tentu karena bisnis yang Anda miliki sudah dikelola oleh professional yang direkrutnya. Sehingga Anda sebagai “business owner” hanya melakukan kontrol terhadap bisnisnya. Manajemen kontrol yang baik memungkinkan Anda memiliki cabang bisnis dimana-mana.
Tentu saja, tidaklah mudah perjuangan seseorang yang memiliki bisnis dalam mencapai kesuksesan. Pasti ada masa-masa perjuangan yang tentunya hanya orang-orang yang tangguh saja yang mempu menghadapinya tanpa rasa putus asa. Jangan pernah Anda membayangkan bahwa orang sukses dalam bisnis itu tidak pernah gagal dalam usahanya. Menurut pengalaman beberapa orang yang bergelut dalam merintis bisnis, ada 9 dari 10 orang yg berusaha itu mengubah haluan bidang usahanya. Maksudnya, bisnis sebelumnya bisa jadi gagal, bangkrut maupun tidak profitable.
Tentunya untuk memulai sebuah usaha itu membutuhkan modal. Meski modal itu tidak selalu harus uang yang besar, bahkan banyak bisnis yang tidak membutuhkan modal uang, tapi perlu modal intelektual, channeling atau modal kepercayaan. Sehingga jika Anda berniat untuk memiliki passive income dari bisnis, maka perlu perencanaan secara matang.
Termasuk perencanaan secara finansial diantaranya bagaimana caranya kita tetap dapat memberikan uang dapur untuk istri dan uang sekolah bagi anak-anak sementara usaha yang dirintis belum membuahkan hasil. Bukankah sekalipun kita baru merintis usaha, anak dan isteri harus tetap makan, anak-anak harus tetap sekolah dan tetap harus bayar listrik rumah? Jadi harus disiapkan juga dana darurat dan belanja sehari-hari tidak boleh terganggu. Banyak rumah tangga yang ikut bangkrut ketika bisnisnya bangkrut. Dengan perencanaan yang baik, hal itu tak perlu menjadi mimpi buruk lagi.
Perlu juga diingat, bahwa tidak semua business owner itu menikmati passive income. Kenapa? Karena yang namanya passive income itu, kita tidak turut bekerja siang malam utk mendapatkan hasil itu. Kalau si pemilik masih turut bekerja dan terjun langsung apalagi dikerjakan sendiri itu namanya dia bekerja untuk mendapatkan income. Tapi bukan passive income.
Sumber passive income yang lain bisa juga dengan memiliki “surat berharga”. Dengan membeli surat berharga, maka kita dapat mendapatkan return atau income dengan (sekali lagi) perlu susah-susah bekerja.
Surat berharga yang bisa dimiliki adalah saham, obligasi, reksadana dan produk keuangan lainnya. Salah satu surat berharga yang menarik untuk dikoleksi oleh kita yang asetnya tidak terlalu besar adalah obligasi negara yang ritel. Obligasi ini diterbitkan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan pecahan yg cukup terjangkau, yaitu biasanya Rp.5juta. Pemerintah juga mengeluarkan 2 versi, yaitu versi konvensional yg dikenal dengan ORI (Obligasi Ritel Indonesia) dan versi Syariah yaitu Sukuk Ritel. Dengan memiliki obligasi maupun sukuk dengan nominal yang terbilang kecil sekalipun, kita akan mendapatkan return (passive income). Disebut kecil karena biasanya untuk membeli obligasi ini minimum nominalnya adalah Rp.1 Miliar.
Tentu semakin besar surat berharga yang kita miliki, khususnya obligasi, maka semakin besar pula passive income kita. Untuk dapat mengkoleksi surat berharga yang banyak secara nominal, maka diperlukan dana yang besar pula. Itulah pentingnya dibuat perencanaan yang baik. Dengan perencanaan yang baik, diharapkan kita bisa memiliki surat berharga yang bisa memberikan passive income yang kita perlukan.
Sebuah kasus sederhana. Natalia, 30 tahun, ingin memiliki paper asset XYZ senilai Rp 1 miliar ketika dia mulai mamasuki masa pensiun dini di usia 45 tahun. Untuk itu, Natalia perlu menyisihkan Rp 520 ribu saja setiap bulannya yang ditempatkan di instrumen investasi yang diharapkan memiliki target return 25% per tahun. Diharapkan, 15 tahun kemudian, Natalia dapat menikmati pensiun dini dengan memiliki paper asset senilai Rp 1 miliar yang mampu memberikan passive income 15% per tahun atau rata-rata Rp 12.5 juta per bulannya, tanpa harus susah payah bekerja siang malam.
Anda tertarik untuk memiliki passive income juga? Seperti halnya Natalia, apa artinya investasi bulanan Rp 520 ribu saja bagi Anda saat ini? Mungkin itu harga yang Anda bayar untuk jajan menraktir teman-teman di Sushi Tei, atau harga sepasang sandal Zara kecengan Anda. Tentu tidak sulit jika Anda memiliki perencanaan keuangan yang komprehensif. When there’s a will, there’s a way. Ingat, ‘dikejar uang is much better than mengejar uang’.
Ayo, kita bangun passive income kita sendiri sejak dini melalui perencanaan keuangan yang komprehensif!
Ditulis di dalam Bis DAMRI On my way home to Bekasi from Bali, 31 Mei 2010.
Mohammad B. Teguh.
QM Planner