“Sekolah = mahal!! Tapi gimana lagi, masa anak gue ga sekolah?!”.
Komentar yang sama yang mungkin juga Anda lontarkan ketika dihadapkan pada biaya pendidikan anak yang kini terasa semakin mencekik leher. Sementara di satu pihak, Anda juga tentu ingin agar putra-putri Anda mendapatkan sekolah yang baik. Sebenarnya, sekolah mahal itu adalah sebuah pilihan sadar yang Anda buat demi masa depan putra-putri Anda. Hanya saja mungkin selama ini Anda belum menemukan cara yang tepat menyiasatinya sehingga biaya sekolah menjadi sebuah beban moril dan materil yang terasa sangat berat.
Bagaimana caranya? Planning and investing!
Ya, hanya dengan perencanaan yang tepatlah maka Anda dapat menemukan angka yang reliable untuk diinvestasikan dalam instrumen investasi yang tepat secara rutin sejak dini sehingga berapapun nanti biaya sekolah yang diperlukan tidak terasa mahal lagi karena Anda telah mencicilnya dengan cerdas!
Menyenangkan, bukan? Yuk, kita bahas bersama…
Apa itu Dana Pendidikan?
Dana pendidikan itu adalah sejumlah dana yang Anda butuhkan untuk dapat memasukkan putra-putri Anda ke setiap jenjang sekolah yang terdiri atas komponen uang pangkal, uang bulanan, uang tahunan, dan biaya lain terkait kegiatan sekolah.
Berapa lama sih anak sekolah untuk setiap jenjangnya?
Setiap anak yang ingin menyelesaikan tahapan dalam pendidikan haruslah memenuhi syarat untuk naik ke tingkat selanjutnya, berikut merupakan tingkatan pendidikan yang berlaku di Negara Indonesia :
Untuk pendidikan anak usia dini, kini telah banyak institusi pendidikan yang menyediakan fasilitas pembelajaran untuk anak mulai dari usia 0 bulan. Penekanan pendidikan pun lebih diprioritaskan pada pengembangan motorik anak, sesuai dengan masa tumbuh kembang anak.
Pilih mana ya, sekolah negeri, swasta, nasional plus, atau bertaraf internasional?
Anda tentu sering mendengar istilah sekolah negeri, sekolah swasta, sekolah nasional plus, dan sekolah bertaraf internasional (SBI). Nah, apa sih yang membedakan sekolah-sekolah tersebut? Tabel dibawah ini dapat memberikan gambarannya.
Sekolah Negeri adalah sekolah yang dibangun dan dikelola oleh pihak pemerintah dengan kurikulum yang disesuaikan dengan standar Pendidikan Nasional
Sekolah Swasta adalah sekolah yang dibangun dan dikelola oleh pihak swasta dengan mengikuti kurikulum yang telah disesuaikan dengan standar Pendidikan Nasional.
Sekolah Nasional Plus adalah sekolah bertaraf internasional yang mengkombinasikan antara kurikulum internasional dengan kurikulum nasional (kurikulum berbasis kompetensi). Ujian akhir yang diikuti adalah ujian nasional dan ujian yang berasal dari kurikulum luar . Bahasa pengantarnya adalah bahasa Inggris dan bahasa Indonesia (bi-lingual). Komposisi guru lokal di sekolah ini lebih besar dibanding guru asing. (Pengembangan SBI didasari oleh Undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 50 Ayat 3)
Jenis sekolah ini juga menjalin kerjasama dengan, atau menjadi afiliasi (cabang), sebuah sekolah di negara tertentu. Sekolah ini bisa juga bergabung dengan sebuah organisasi internasional tertentu yang akan memberi pengakuan kelulusan bagi siswa-siswinya. Dengan kerjasama seperti ini, siswa bisa meneruskan studi di sekolah afiliasinya atau di sekolah yang sama-sama tergabung dalam organisasi internasional tertentu, tanpa harus down grade (turun kelas).
Contoh organisasi tersebut adalah IBO (International Baccalaureate Organization). Kurikulum yang dikembangkan oleh IBO yaitu Primary Years Programme (didesain untuk anak usia 3-12 tahun, setara PG-SD), Middle Years Programme (didesain untuk anak usia 12-16 tahun, setara SMP sampai SMA tingkat 1), Program Diploma (didesain untuk anak usia 16-19 tahun, setara SMA tingkat 2 dan 3).
Sekolah Internasional adalah sekolah yang memiliki standar internasional, baik dari segi kurikukum, fasilitas, maupun guru (yang lebih dominan adalah guru native — guru dari negara asal). Tujuannya untuk menfasilitasi keberadaan (anak) warga asing yang ada di wilayah tertentu, terbuka juga untuk siswa lokal tetapi dengan syarat-syarat tertentu.
Karena statusnya adalah sekolah internasional, namanya pun biasanya spesifik dengan negara yang bersangkutan. Sekolah internasional juga terasosiasi atau mendapat akreditasi langsung dari asosiasi atau lembaga pendidikan di negara asalnya — bukan asosiasi/lembaga resmi pemerintah negara asalnya. Karena di luar negeri (terutama barat) setiap sekolah dibebaskan membuat kurikulum sendiri. Jadi, bisa saja sebuah sekolah internasonal dari suatu negara tidak tergabung dalam asosiasi/lembaga yang sama, lantaran ada beberapa asosiasi/lembaga sejenis di sana.
Kurikulumnya mengacu pada kurikulum yang ‘dianut’ asosiasi atau lembaga tempat sekolah ini terdaftar. Di sekolah internasional, umumnya pendidikan agama dan PPKn (Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan) tidak diberikan. Bahkan Bahasa Indonesia menjadi pelajaran bahasa asing. Ujian akan mengikuti kebiasaan di negara asal dan materi yang ‘diimpor’. Buku paket pun begitu. Mereka yang bersekolah di sekolah ini umumnya memang berorientasi meneruskan sekolah ke luar negeri.
Apa itu homeschooling?
Homeschooling atau Sekolah-Rumah saat ini mulai dilirik para pengamat pendidikan nusantara. Sebagai salah satu alternatif pendidikan, Homeschooling memiliki daya tarik tersendiri yang tidak dimiliki sekolah. Para orang tua sedikit demi sedikit mulai memilih untuk melanjutkan pendidikan anaknya melalui Homeschooling. Hal ini ditempuh karena orang tua memandang Homeschooling lebih tepat untuk mengembangkan bakat dan minat si buah hati.
Homeschooling adalah model pendidikan yang berada dalam jalur pendidikan informal. Keberadaan homeschooling secara implisit telah diatur dalam UU 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 27 ayat (1): Kegiatan pendidikan informal yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan berbentuk kegiatan belajar (www.sekolahrumah.com). Untuk memasuki masa depan (baca: profesi) yang dibutuhkan adalah keahlian (expertise) dalam bidang tertentu (Sumardiono, 2007d). Lebih lanjut Sumardiono menjelaskan bahwa salah satu tanda keahlian ditandai dengan ijazah/sertifikat dari sebuah jenjang pendidikan tertentu. Selain itu ukuran keahlian adalah hasil karya (output). Jika ijazah yang diperlukan untuk memasuki Perguruan Tinggi, maka anak Homeschooling dapat menempuhnya melalui ujian kesetaraan (Paket A, B,dan C).
Adapun sekarang, perusahaan swasta semakin menghargai “portofolio karya/kemampuan” daripada sekedar ijazah. Inilah yang dimaksud dengan ukuran keahlian berupa hasil karya (output). Bentuk profesi berorientasi output seperti bisnis, komputer, marketing, fotografi, entertainment, tulis-menulis, dan desain, sekarang semakin luas dan memiliki masa depan cerah (Sumardiono, 2007).
Lebih lanjut menerangkan pembahasan sebelumnya mengenai ijazah bagi anak Homeschooling, sebenarnya tidak ada sesuatu yang perlu dikhawatirkan dan dipermasalahkan. Satt ini di Indonesia telah terbentuk ASAH PENA (Asosiasi Sekolah Rumah dan Pendidikan Alternatif) yang dimotori tokoh-tokoh pendidikan nasional seperti Kak Seto, M. Fauzil Adhim, Dewi Hughes, dll, serta dibina Departemen Pendidikan Nasional bidang Pendidikan Luar Sekolah. Walaupun secara formal belum ada Undang-undang yang mengatur Homeschooling, tetapi Homeschooler dapat mengikuti ujian kesetaraan yang diselenggarakan Departemen Pendidikan Nasional (DEPDIKNAS). Bahkan, ijazah dengan akreditasi internasional dapat diperoleh melalui lembaga-lembaga formal di Eropa dan Amerika melalui ujian jarak jauh (Sumber: www.percikankehidupan.wordpress.com (diolah))
Berapa sih kisaran biaya sekolah?
Berikut ini adalah kisaran biaya sekolah untuk masing-masing jenis sekolah.
Harga diatas merupakan harga rerata di daerah Jakarta dan sekitarnya, tentu nilainya akan berbeda di daerah lain. Selain sekolah negeri, komponen biaya sekolah terlihat lebih mahal. Hal itu berbanding lurus dengan fasilitas pembelajaran yang diberikan.
Sekolah gratis, adakah?
Sekolah gratis untuk SD dan SMP untuk tahun ajaran 2009/2010 yg selama ini digembar-gemborkan pemerintah ternyata tidak berjalan dengan baik karena belum didukung oleh modal yang memadai. Pemerintah hanya mengunggulkan program BOS (Bantuan Operasional Sekolah). Padahal BOS hanya mengcover sekitar 20% saja biaya sekolah. Sisanya, menjadi tanggungan orang tua siswa.
Akan tetapi, pada kenyataannya, akibat dana bantuan masih minim, siswa pada akhirnya masih dipungut untuk biaya operasional. Dan inilah sebabnya mengapa orang tua tetap merasa tercekik oleh biaya pendidikan yang tetap selangit.
Mengapa tiap tahun biayanya tambah mahal??
Kenaikan biaya pendidikan selama ini ternyata jauh lebih tinggi daripada kenaikan harga secara umum, ataupun kenaikan harga bahan makanan.
Bila dibandingkan dengan level pada tahun 2000, kenaikan biaya pendidikan sampai dengan bulan Juli tahun 2009 sudah mencapai angka di atas 200 persen. Hal ini terlihat dari indeks biaya pendidikan pada Juli lalu yang mencapai angka 327 (lihat gambar)
Kurang terkendalinya kenaikan biaya pendidikan membuat pendidikan menjadi amat mahal, terutama bagi kalangan bawah.
Melihat tren kenaikan yang masih terjadi dalam sembilan tahun terakhir, tampaknya program-program untuk membantu sektor pendidikan kita belumlah memberikan hasil yang memuaskan dalam hal menekan kenaikan biaya pendidikan.
Salah satu langkah pemerintah untuk menekan laju inflasi pendidikan ini adalah dengan memperbesar porsi APBN untuk sektor pendidikan, yaitu sebesar 20%. Kita pun bahkan sudah ering mendengar promosi program sekolah gratis, baik di media cetak maupun di media elektronik. Namun, tampaknya efisiensi pelaksanaan program-program pemerintah tersebut perlu ditingkatkan lagi karena dampak program-program tersebut terhadap biaya pendidikan belumlah terlalu signifikan.
Berbeda dengan negara Asean, negara Eropa, Australia, dan Amerika memiliki tingkat inflasi pendidikan yang cenderung lebih stabil. Australia, misalnya, tingkat inflasi pendidikannya berkisar antara 10-15% per tahun. Sedangkan Amerika, hanya melaju di level 7-10% per tahun untuk inflasi pendidikannya. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh faktor makroekonomi negara-negara tersebut yang cenderung stabil. (Sumber: Australian Education Centre, American Education Center)
Sekolah itu mahal, bagaimana sebaiknya orangtua mempersiapkan dana pendidikan anaknya?
Pertama:
Tentukan tujuan. Perkirakan dimana putra-putri Anda akan disekolahkan, mulai dari level PG, SD, SMP, SMA, hingga S1, bahkan mungkin S2. Kapan Anda sebaiknya menentukan tujuan ini? Lebih cepat lebih baik. Artinya, Anda bahkan dapat mulai mempersiapkan dana pendidikan ini sejak putra-putri Anda masih dalam kandungan! Mengapa? Hal ini akan berpengaruh pada pola investasi Anda nantinya.
Kedua:
Cari informasi tentang biaya sekolah tersebut. Mulai dari uang pangkal, SPP bulanan/triwulanan/semesteran, uang pendaftaran, uang seragam dan buku, dan lainnya. Anda bisa mendapatkan informasi biaya pendidikan ini di website masing-masing sekolah, menanyakan langsung ke sekolah tersebut, ataupun via telepon. Pastikan semua elemen biaya ini tidak ada yang terlewat, supaya Anda dapat mengkalkulasikan kebutuhan dana pendidikan dengan tepat.
Perhatikan!
Jika Anda berencana untuk menyekolahkan anak Anda ke luar negeri, misalnya melanjutkan S1 di luar negeri, elemen biaya tambahan yang mesti Anda persiapkan adalah biaya Pre-University, yaitu sekolah perantara sebelum memasuki universitas. Pre-university ini biasanya berlangsung selama 1 tahun, program ini biasanya harus diambil dikarenakan anak mengambil jalur pendidikan non- interansional (contohnya : negeri), selain untuk memperlancar bahasa asing yang nanti akan digunakan dalam perkuliahan, jenjang ini juga membantu anak untuk dapat beradaptasi dengan kultur baru.
Ketiga:
Mari berhitung!
Berikut ini adalah contoh ilustrasi rencana dana pendidikan untuk anak berusia 2 tahun (asumsi inflasi 20% / tahun) :
Kolom ‘investasi bulanan’ merupakan jumlah investasi bulanan yang diperlukan untuk memenuhi dana pendidikan setiap jenjangnya. Bila cashflow bulanan tidak memungkinkan dimiliki, maka Anda dapat menggunakan cashflow tahunan (seperti uang THR, bonus, dll) untuk diinvestasikan sebesar “investasi tahunan” atau menggunakan dana yang tersedia “saat ini”. Apakah berinvestasi bulanan, tahunan, atau sekaligus? Itu semua disesuaikan dengan kemampuan cashflow Anda untuk berinvestasi.
Hmm.. harus investasi dimana ya?!
Penting diperhatikan, ketika telah menghitung total investasi untuk dana pendidikan, Anda perlu memilih instrumen investasi dengan cermat sehingga nilainya sesuai dengan kebutuhan dana pendidikan anak di setiap jenjang pendidikannya. Kesalahan menentukan instrumen investasi yang tepat dapat berisiko tidak terpenuhinya biaya pendidikan anak ketika Anda membutuhkannya.
Saat ini produk yang gencar dipromosikan di masyarakat salah satunya adalah asuransi pendidikan. Apa itu asuransi pendidikan?? Produk ini merupakan asuransi yang memberikan sejumlah nilai tunai tertentu pada anak saat memasuki jenjang pendidikan yang telah direncanakan. Selain memberikan nilai tunai, produk ini juga memberikan manfaat proteksi seperti asuransi jiwa, kesehatan dan jenis proteksi lainnya. Misalnya, ketika anak Anda akan memasuki jenjang SD, perusahaan asuransi akan mencairkan investasi Anda sebesar Rp 10.000.000. Ketika anak Anda akan memasuki jenjang SMP, Anda akan menerima uang sebesar Rp 15.000.000, demikian seterusnya hingga anak Anda lulus kuliah, tentu dengan nominal yang berbeda sesuai kesepakatan dalam polis.
Namun, jenis produk ini sebenarnya kurang tepat untuk dijadikan instrumen investasi bagi dana pendidikan. Ada produk investasi yang memiliki hasil yang jauh lebih efektif dan efisien, salah satunya adalah reksadana.
Mengapa? Tunggu pembahasan lengkapnya di artikel berikutnya yaa…. Don’t miss it!
So, tunggu apa lagi? Get start planning and investing!
Segera hubungi financial planner Anda untuk mendapatkan informasi terkait penentuan investasi yang tepat untuk Anda sesuai profil risiko Anda dan tentu saja, sesuai dengan budget yang Anda miliki dan katakan:
“Sekolah mahal, so what!”
QM Research Team
FA/EK
Artikel terkait:
2 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
saya sudah terlanjur memasukkan anak saya ke asuransi pendidikan karena awalnya saya blm tau financial planner maupun tentang reksadana saya masih tabu setelah saya pelajari ternyata sangat menarik di reksadana, bagaimana solusinya apakah asuransi pendidikan anak saya dilanjutkan saja atau bagaimana krn untuk bajet asuransi pendidikan anak saya masukkan begitu besar sampai2 sudah tidak ada dana untuk investasi lagi kalaupun ada maksa banget, terima kasih mohon jawabannya.
Mengenai bagus mana asuransi pendidikan dengan kita menabung di reksadana?
Kembali lagi ke konsep asuransi pendidikan itu sendiri. Asuransi pendidikan adalah program dimana kita menabung dengan aman. Artinya jika si pencari nafkah
mendapatkan musibah maka dengan memiliki asuransi pendidikan maka sianak masih bisa melanjutkan sekolah.