Parents Trap? Masak ortu sendiri menjebak kita? Gak mungkin? Emang gak mungkin. Tapi bisa saja kita akan dihadapkan dengan kondisi ‘terjebak’ oleh keuangan orang tua kita. Jadi mungkin beliau-beliau gak niat jebak, tapi tetap kenyataannya kita terjebak.
Yang buat gue mengerikan adalah gue terus menerus bertemu Hard Rockers yang datang dengan ortu masing-masing ke kantor QM Financial – membawa kasus-kasus keuangan ortu yang kacau balau. Beban! Tapi bersyukur juga, paling gak orang-orang ini berniat untuk segera memperbaiki diri.
Ada beberapa kondisi yang berpotensi membuat lo bisa masuk dalam Parents Trap di waktu yang akan datang :
- Ortu gak punya Dana Pensiun -> terus makan dari mana?
- Ortu dalam kondisi sakit -> masak kita gak bantuin?
- Ortu terlilit utang -> mau lo yang harus bayarin utangnya?
Jadi sebelum sampai ketemu 3 kejadian di atas, segera NGOBROL dengan orang tua kita. It’s the hardest thing ever! Ngobrol uang dengan pacar aja susah. Ngobrol uang dengan suami atau istri sendiri aja susah. Apalagi ngobrol uang dengan orang tua kita.
Selama ini ortu kita adalah orang-orang yang bertanggung jawab atas kelayakan hidup yang kita nikmati. Kalau lo udah umur di atas 18 tahun, lo udah jadi orang dewasa. Mungkin sudah waktunya lo sedikit terlibat dalam hidup orang tua lo – kebalikan dari kondisi selama ini. Mungkin sudah waktunya kita yang bertanggung jawab atas kelayakan hidup orang tua kita.
Let’s not forget that for my Dad, I will forever be 13 years old :) anak SMP Taruna Bakti Bandung – pindahan dari Sulawesi, geek dengan rok dan kaos kaki kepanjangan, rambut sebahu berponi. Jadi sebuah prestasi besar ketika kemudian Papah nanya, “Teh, Teh, jadi uangku harus
diapain?” Jreeeeeeng…
Paling gak, jadi lo bisa antisipasi. Berikut cara-cara sederhana yang bisa lo kerjakan untuk menyelesaikan Parents Trap sebelum jadi bom meledak.
STEP1 : Talk to your parents
Ini tahap investigasi. Ngobrol santai aja dulu. Kita gak perlu terlalu dalam korek-korek informasinya. Kalau memang gak ada masalah, lo akan lihat kalau ortu lo santai aja ditanya soal keuangan. 6 tahun di profesi ini, gue perhatikan orang yang punya masalah keuangan biasanya bawaannya suntuk, defensif, cepet sensitif untuk ngobrol soal uang.
STEP 2 : Identify the problem
Dari hasil ngobrol kita bisa tahu tanda-tanda problem keuangan. Apakah ortu kita punya penghasilan atau simpanan yang cukup untuk biaya hidup selama pensiun? Apakah ortu kita punya asuransi kesehatan atau simpanan yang cukup untuk biaya kesehatan? Apakah ortu kita terlilit utang? Dapetin dulu akar masalahnya supaya tahu berikutnya musti ngapain!
STEP 3 : Family Intervention
Gue pernah nonton di Oprah Winfrey Show, Family Intervention untuk orang-orang yang melakukan Drug Abuse dan Eating Disorder. Keluarganya berkumpul. Rapat keluarga. Si tersangka ditaro di tengah-tengah dan harus berhadapan dengan pertanyaan-pertanyaan menohok dari para anggota keluarga. Ujung-ujungnya : REHAB.
Pendekatan ini bisa dilakukan terutama untuk kasus ortu yang terlilit utang. Contohnya, gue pernah ketemu kasus seorang Bapak punya utang kartu kredit Rp 150 juta – ceritanya uang ini dipakai untuk berbisnis. Tentu saja kalau bisnisnya lancar dan mampu membayarkan cicilan utangnya, keluarga gak akan “panic mode”. Tapi ini jadi masalah besar ketika si Ibu yang biasa ada di rumah mulai didatangi debt collector. Anak-anak pun berkumpul dan melakukan intervensi masalah utang ini dengan si Bapak. Anak-anak tentu saja keberatan ketika hidup si Ibu jadi gak tenang dan nangis-nangis setiap hari gara-gara urusan utang kartu kredit Bapak.
Gue pikir si Bapak akan tersinggung karena anak-anaknya melakukan intervensi. Ternyata gak. Si Bapak keliatan malu. Si Bapak akhirnya mau duduk berembuk bersama dengan semua anggota keluarganya. Bapak malah merasakan dukungan moral yang sangat besar dan terharu karena ketiga anaknya mau ikut membantu menyelesaikan masalah.
STEP 4 : Get The Numbers Out
Berhubungan dengan Finance, harus ketemu angka. Kata seorang teman dosen Finance di BiNus Business School, “Jangan men-sastra-kan Finance!”
Jadi, coba buat perhitungan-perhitungan sederhananya!
Kalau problemnya adalah Dana Pensiun, buat perhitungan Pengeluaran Bulanan dan Tahunan. Kalau problemnya adalah Utang, buat daftar semua utang yang ada dan termin pembayarannya. Kalau problemnya biaya kesehatan, ayo tanya-tanya berapa perkiraan biaya kesehatan orang-orang di sekitar kita!
Dengan cara ini paling tidak lo jadi tahu sebetulnya sebesar apa sih problem keuangan keluarga lo.
STEP 5 : Solution
Solusi untuk setiap problem pasti berbeda-beda. Belum tentu juga problem yang sama bisa diselesaikan dengan solusi yang sama. Karena setiap orang punya kondisi dan background hidup yang berbeda juga. Berikut contoh solusi untuk beberapa contoh problem keuangan ortu kita.
- Ortu gak punya Dana Pensiun -> cari pekerjaan lagi, mengelola aset yang ada agar berkembang dan menghasilkan bulanan, jual aset.
- Ortu dalam kondisi sakit -> punya asuransi kesehatan / penyakit kritis (sebelum sakit), punya dana kesehatan pensiun orang tua, jual aset (kalau sudah sakit)
- Ortu terlilit utang -> antar ortu negosiasi termin pembayaran dengan pihak bank, jual aset.
Satu hal ya…
NEVER EVER EVER mengambil utang untuk orang tua lo (atau siapapun) dengan menggunakan nama lo! Itu adalah hal terbodoh yang bisa lo lakukan. Lo gak menolong mereka dengan cara itu. Lo malah membuat keuangan lo berisiko tinggi kena ‘blacklist’ kalau suatu hari utang itu macet!
WARNING! It will not be easy! Ayo! Tidak ada kata terlambat! Klien gue paling tua umur 68 tahun! Beliau dengan rajin mau belajar lagi apa itu Reksadana, Obligasi, Saham, Discretionary Fund. Beliau dengan rajin mau investasi bulanan. Beliau disiplin dan punya keuangan yang sangat sehat. Kalau beliau aja bisa, masak kita melongo doang? (Thanks ya Om karena memberi inspirasi untuk terus belajar tanpa kenal lelah!)
Finance Should be Practical!
Ligwina Hananto