Kata Shahnaz Haque – disela-sela shooting acara Trans7 Tupperware She CAN! – seorang anak pasti akan belajar apa yg dilakukan orang tuanya. Saat itu kami mengobrol ttg bagaimana 3 anak perempuan Shanaz dg A’Gilang (yang kebetulan kerabat keluarga Mamaku) mau tidak mau jadi kenal dengan drum.
Gue jadi berpikir, iya bener banget. Don si tukang main game, pastinya menularkan kebiasaan main game itu pada anak-anak. Azra (7thn) sudah kerajingan PSP dan Nintendo Wii. Boleh, tapi hanya di Sabtu Minggu. Dena (4thn) saja sudah minta “connect to the internet pleaaaase…” Karena ingin main game di disneychannel.com.
Apalagi sih yang kami lakukan, yang kemudian menempel pada kebiasaan atau cara hidup anak-anak?
Tentu saja… Cara kita bergaul dengan uang.
Dena pernah menunjukkan versi “tanda tangan” nya yang sangat mirip dengan tanda tangan Dondi. Ketika gue tanya, tahu dari mana? Dena dengan ringan menjelaskan kalau ia sering digendong ayahnya saat membayar sesuatu di kasir. Ayah menggunakan kartu kredit dan perlu menandatangani slip pembayaran. Mampus! Anak ini cuma lihat pas gesek n tanda tangan aja kan, gak lihat pas bayarnya lho… Glek…
Atau, Azra yang penasaran kenapa kami tidak bisa setiap saat makan di restoran sushi kegemarannya. Seriously… My kids love sushi (walaupun cuma Tamago! Telur dadar lho!!!) because… WE took them to eat sushi! Gak perlu gue jelasin kan kalau mereka juga sudah ngerti apa yang mau dipesan kalau mampir di Starbucks… Hiks… Guilty…
Ketika kami jelaskan, perlunya berhemat, uang Ayah dan Mama tidak terlalu banyak… Azra pun menunjuk antrian panjang depan restoran sushi.
“Tapi kok orang-orang itu punya uangnya ya untuk makan sushi?” Duuuuuuh… Susah yaaaaa????
Nah… Gimana sih cara lo mengelola uang?
Coba liat apakah itu sudah mulai terlihat mempengaruhi anak-anak lo… Ngeri kan kalo diam-diam anak-anak kita sedang merekam kebiasaan “menghabiskan uang yang kita gak punya”… Hiiii
Serem kan?
Lingkungan lo turut serta membentuk anak-anak lo. Dan lo adalah orang pertama dalam lingkungan itu yang disaksikan langsung tingkah laku nya oleh anak-anak.
Belakangan ini, gue mulai memonitor lagi apa yang dilakukan Azra (si kelas 1 SD) dengan uang jajan nya.
Azra mulai dengan Rp 10.000 setiap hari Jumat.
Mulanya, dia panik sendiri dan belanja 3 buah crepe coklat yang enak sampai-sampai ia gak punya uang u membeli minum.
Setelah itu Azra mulai belajar. Pulang sekolah, ia membawa kembali Rp 2.000 dan laporan uangnya habis untuk apa saja. Dilanjutkan dengan pernyataan berikut :
“Ma, Rp 2.000 kembalian ini simpenin ya. Nanti kalau udah banyak, aku yang bayarin ke mall ya.”
FYI Azra punya obsesi ingin bisa membayarkan parkiran di mall.
Minggu lalu, Azra kembali dengan Rp 1.000 saja. Gue mulai gelisah dooong, kuatir eksperimen uang jajan ini gagal total.
Berikut jawaban anakku yang hebat sekali dan membuat ibunya mewek…
Azra : “Jadi Mama, aku beli ayam goreng di kantin Rp 7.000. Nasinya kan udh bawa dari rumah. Habis itu sisanya Rp1.000 deh. Simpenin ya Ma.”
Wina : “Az, Rp 2.000 lagi ke mana?”
Azra : “Oh iya lupa kasih tahu… Tadi aku Jumatan di sekolah, Rp 2.000 aku masukin kotak… Aku pernah liat waktu sama Ayah…”
Anak gue yang baru kelas 1 SD ini, sudah mengerti uang itu seharusnya pergi ke mana aja… Ada yang buat dibelanjakan, ada yang buat ditabungkan, ada yang buat diamalkan…
Yuk permisi, gw mau mewek lagi… :p
Finance Should be Practical!
Ligwina Hananto