Ada satu topik yang membuat gue mules beberapa minggu terakhir ini. Topik ini adalah : Kenaikan BBM. Surat kabar nasional sudah menuliskan komentar Presiden yang bunyinya : ini bukan soal naik atau tidak, tetapi akan naik berapa banyak. Glek.
Bisa dibayangkan gak kalau bensin Premium jadi naik dari Rp 4.500 menjadi Rp 6.000? Harga-harga lain akan menyusul. Mulai dari transportasi, listrik, hingga makanan.
Sejak kenaikan BBM dimulai beberapa tahun lalu, gue gak pernah semules kenaikan yang akan terjadi tahun ini. Kenapa begitu?
Ceritanya begini.
Gue gak mau disuruh hidup hemat. Heheheh rese bener ya :)
Selama ini, kalau bensin naik, gue hadapin deh. Biaya naik, gue tendang aja. Gue kerja lebih keras. Gue cari duit lagi. Gue investasi lebih rajin. Tapi gue bukan orang dengan uang tak berujung. Semua ada batasnya. Sepertinya untuk kenaikan kali ini gue harus menyerah.
How about you?
Siap untuk ikut masuk ke roller coaster ini?
Saat harga-harga pada naik, biasanya yang otomatis kita potong adalah…. cicilan utang dan investasi bulanan. Bener gak?
JANGAN YA!
Kalau harga-harga pada naik, saatnya kita semua mulai periksa lagi kondisi keuangan. Yuk bikin Financial Check Up. Check Up yang sederhana bisa dilakukan gratis di website ini (klik di sini). Mau Check Up yang bisa ngobrol, gratis juga dengan QM CRO (hubungi mereka di sini ). Mau Check Up yang lengkap dengan action plan, bayar sih, karena diskusinya dengan QM Planner (hubungi mereka di sini ).
Yang harus dilakukan saat harga-harga naik adalah :
1. Potong PENGELUARAN LIFESTYLE.
Masih ingat kan kalau ini adalah pengeluaran yang definisinya adalah : kalau gak ada sebetulnya hidup kita baik-baik saja. Selamat tinggal kopi centil, spa, dan sepatu baru!
2. Substitusi PENGELUARAN RUTIN
Pengeluaran rutin ini terdiri dari bermacam-macam pengeluaran. Mulai dari makanan, transportasi, uang sekolah anak dan lain-lain. Bedanya dengan pengeluaran lifestyle, pengeluaran rutin ini tidak bisa dipotong sampai habis. Karena kan kita tetap harus makan, tetap harus berangkat kerja, tetap harus menyekolahkan anak.Ayo dong cari cara yang kreatif supaya pengeluaran rutin kita bisa lebih rendah.
Caranya dengan substitusi. Selai coklat untuk sarapan gak harus yang bermerek terkenal. Turun pangkat dari pertamax ke premium mungkin terlalu ribet – apalagi kalau mobilnya gak kompatibel. Tapi jadinya harus menghadapi kalau kita gak sanggup naik taxi ke mana-mana, harus sanggup turun peringkat jadi naik bis.
3. Cari TAMBAHAN PENGHASILAN
Ini memang yang paling susah. Tapi justru langkah ketiga inilah yang jelas-jelas berteriak : I refuse to surrender to high inflation! Ada yang mau kerja part time? Ada yang mau bikin bisnis kecil-kecilan? Ada yang punya ide lain?
4. Langkah terakhir : RESTRUKTURISASI UTANG
Glek. Sebetulnya inilah yang bikin gue mules berat. Gue paling takut kalau dengan naiknya harga-harga, ada banyak teman-teman di luar sana yang gak sanggup membayar cicilan utangnya. Terus terjadi Bad Retail Debt besar-besar.
JANGAN YA!!!
Kalau sampai tidak ada lagi pengeluaran lifestyle yang bisa dipotong, tidak bisa lagi substitusi bahan makanan dan sudah mencari tambahan penghasilan… maka segeralah melakukan restrukturisasi utang. Beneran! Datang ke bank atau institusi keuangan lain dan minta keringanan cicilan. Bisa dengan minta perpanjangan tenor pembayaran atau (ini jarang banget gue saranin) minta tukar utang kartu kredit dengan personal loan.
Just for the fun of it.
Berikut contoh harga bensin per liter di negara-negara lain (dari majalah FHM yang gue baca pas lagi siaran Financial Clinic kemarin) :
Belanda: Rp 21.000
Australia: Rp 12.000
USA: Rp 7.300
Arab Saudi: Rp 1.100
Venezuela: Rp 630
Start Your Plan NOW!
Ligwina Hananto
Artikel terkait:
1 Comment
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
[…] di beberapa artikel sebelumnya, kita sudah membahas mengenai hal-hal yang bisa kita lakukan untuk mengelola pengeluaran sementara harga BBM naik. Boleh lo, dibaca lagi […]