Ada beberapa email yang masuk ke [email protected]. Ceritanya ternyata mirip-mirip. Rangkuman dari beberapa cerita-cerita itu adalah sebagai berikut.
Dear Wina,
Nama gue Ines (bukan nama sebenarnya). Gue sudah menikah selama 1 tahun dengan Arya (juga bukan nama sebenarnya).
Sebelum menikah, gue udah kerja 3 tahunan. Gue udah terbiasa disiplin dalam mengatur uang gue sendiri. Malah gue udah bisa nyicil rumah kecil di Bintaro. Pake KPR sih tapi itu rumah gue lho. Bangga sekali rasanya bisa beli rumah sendiri.
Sementara Arya, emang gak pernah bisa pegang uang. Dia slordeh banget. Dia kerja di perusahaan orang tuanya. Hidup buat dia adalah asik asik aja.
Waktu pacaran gue selalu ngetawain perbedaan kita. Gue pikir, justru karena beda inilah kita jadi saling cocok, saling mengisi.
Nah 2 bulan yang lalu gue dan Arya pindah ke rumah baru – hadiah dari orang tuanya. Rumahnya bagus deh Win. Tapi namanya rumah besar, maintenancenya itu lho… minta ampun. Herannya Arya gak pernah tuh ngobrolin soal pengeluaran kita bersama. Dari dulu emang dia gak pernah ngasih duit ke gue. Fine. I dont mind. Tapi itu kan dulu, waktu pengeluaran masih sendiri-sendiri. Sekarang? Sekarang kan pengeluarannya bareng. Masak dikasih rumah segede gambreng gini pengeluarannya gue yang nanggung sendirian? Gue mau nanggung pengeluaran rumah tangga, tapi gue mampunya untuk rumah kecil gue di Bintaro itu.
Jadi lucu Win. Kalau ada tagihan listrik atau telpon, gue taro di atas meja makan, sebelah koran yang dia baca setiap pagi. Kalau tukang koran datang mau nagih, gue cepet-cepet mandi aja biar gak ketemu tukang korannya. Gue pengen tau aja, suami gue tercinta ini akan berbuat reaksi seperti apa pada tagihan-tagihan rumah.
Ini kan baru yang kecil-kecil Win. Gue serem kalau nanti gue punya anak, terus gue harus nanggung biaya pendidikannya sendirian? Tobat deh. Lo kan selalu cerita kalo biaya pendidikan anak mahal banget.
Gimana cara ngomongnya sama Arya ya Win?
Dari Ines.
Jawaban :
Makanya ngobrol soal uang itu jangan telat. Udah jadi suami istri, baru ketahuan deh kelakuan aslinya gimana. Kalau urusannya uang, ini pasti jadi perkara sensitif. Bahaya banget!
Ines,
filosofinya harus disamakan dulu. Tapi jadi aneh kalau gak ada angin gak ada ujan (mana beccek :P) lo nanya sama Arya : filosofi kamu terhadap uang gimana? Gak lucu kan.
Jadi periksa-periksa deh. Kira-kira di keluarganya dia gimana sih. Gak selalu benar, tapi biasanya kita mengadopsi praktek mengelola uang yang dilakukan orang tua kita. Lebih bagus lagi kalau ternyata kita malah memperbaiki praktek yang telah dilakukan oleh orang tua kita.
Dulu jaman pacaran, gue suka tanya-tanya sama Dondi. Siapa yang ngurus duit di keluarganya. Kalau di keluarga gue kan nyokap yang pegang kendali. Kayaknya bokap cuma tau cari duit aja dan harus transfer ke mana. Untuk investasi aja, nyokap asik sendiri. To my surprise, my mom is quite a financially savvy investor. Menurut Don, bokapnya malah gak tau berapa biaya listrik per bulan. Jadi waktu jaman pacaran, berhasil tuh gue masuk ke topik mengurus uang dalam keluarga. Kesimpulannya ibu berperan besar mengurus uang dalam keluarga gue dan Don. Jadi gak susah untuk menyamakan visi kita berdua.
Nah kalau ternyata keluarga Ines dan keluarga Arya berbeda cara dalam mengelola uang, harus diobrolin kira-kira cocok yang mana.
Problem akan jadi besar kalau salah satu gak mau terima.
Misalnya gini, gue percaya kalau suami harus memberi nafkah pada keluarga. Jadi gak ada cerita, gue harus tau berapa penghasilan suami gue supaya gue bisa pisah-pisahin ke mana aja uangnya harus pergi. Alhamdulillah, Don juga percaya pada hal yang sama. Nah kalau Don gak punya filosofi yang sama, repot deh.
Sekarang, Ines maunya gimana?
Mau nuntut Arya memberikan nafkah?
Ada dua kemungkinan.
Mungkin selama ini Arya juga ingin memberikan nafkah. Tapi dia terintimidasi karena melihat betapa lo super woman yang independen. Jadi dia malah sungkan, dan takut menyakiti hati lo kalau dia tahu-tahu ngasih duit.
Kemungkinan satu lagi, emang dia gak percaya kalau dia harus memberikan nafkah. Mungkin memang Arya merasa, uang itu harus dipisahin, diatur sendiri-sendiri.
Ines, cari tahu dulu Ines dan Arya maunya gimana.
Kalau udah ketahuan, baru deh kita bisa mencari solusi untuk urusan pengeluaran rumah tanggamu itu.
Kalau ternyata cuma urusan salah paham, Arya menyangka lo akan tersinggung dikasih duit, selesai kan urusannya. Tapi kalau ternyata lo berdua emang beda filosofi, lo harus mau cari jalan tengahnya.
Cinta kan? Yuk ngobrolnya pake cinta. Jangan jadi jutek. Set the mood. Kalo mau yang asyik-asyik aja kita set ruangannya biar asoy kan. Apalagi mau ngobrolin duit. Hihihi…
Bilang aja terus terang kalau lo punya uang berapa, jadi gak cukup kalau harus menanggung beban rumah baru yang besar itu. Bilang aja lo gak menuntut dia 100% support. Tapi maunya sharing…
Seperti lagu cinta gue :
… knowing that love is to share
(Paul McCartney – Here There and Everywhere)
Diobrolin sekarang ya Nes!
Jangan tunggu kalau anak sudah lahir. Ribet urusannya.
Oiya ada cerita lucu dari teman gue. Teman gue ini pernah menikah, perkaranya duit dan amburadul, lalu bercerai. Jadi waktu menikah kedua kalinya, dia udah pasang kuda-kuda aja, gak mau kalau istrinya ikut campur urusan duit. Jadi gak pernah ngobrolin duit lho. Dia cuma ngasih uang belanja aja. Si istrinya ini pintar sekali. Instead of spending it like pocket money, she treats this money as her income. Artinya, harus ada sisanya. 6 bulan pernikahan, sang istri menunjukkan file excel nya… teman gue itu sampai terharu. Ternyata istrinya bisa manage uangnya dengan baik dan sekarang mereka punya beberapa juta rupiah sebagai tabungan. Sejak itu, suaminya selalu terbuka soal penghasilannya, karena tahu istrinya gak akan hambur-hamburin. Istrinya malah yang mengurusi semua detail kecil-kecil dari penghasilan, pengeluaran sampai investasi keluarga mereka.
So even with our spouses, trust is to be earned.
Good luck ya Ines!
Kunci Sukses Antara Uang dan CINTA adalah : NGOBROL!
Ligwina Hananto