Jadi sudah menikah?
Cincin kawin berhasil beli dengan uang sendiri.
Mas kawin ‘sakses’ menjebol tabungan sang pengantin pria (excuse me guys, but for me it has to be in the form of solid gold. Biarpun segede upil, tapi teteup emas batangan ya :P )
Honeymoon sudah puas, ngabisin banyak duit juga.
Sekarang, waktunya pulang dan menghadapi realita hidup. Glek… It’s really true when people say… the honeymoon is over!
Filosofi
Ngobrol dulu filosofi yang mendasari pengelolaan uang bersama. Mau seperti apa? Papa Boss, Mama Boss atau Pre-Nup. Tidak ada cara yang paling benar dalam urusan mengelola uang ini. Siapa yang seharusnya mengelola uang? Ini tergantung siapa yang kira-kira paling tahan mengurus pritilan detail atau siapa yang kira-kira paling mengerti urusan investasi.
Kami sama-sama datang dari keluarga yang menyerahkan urusan uang kepada Ibu. Ibu saya dan juga ibu mertua saya berperan besar dalam menentukan ke mana dan kapan uang ini akan berputar. Para Bapak dalam keluarga kami tidak mau tahu terlalu banyak soal detail rekening, transfer-transfer atau biaya pengeluaran bulanannya.
Jadi boleh dibilang, kami menganut paham ’Mama Boss’ karena saya yang harus berperan besar mengurus keuangan keluarga kami.
Kami juga sama-sama percaya bahwa suami berkewajiban memberi nafkah pada keluarga. Istri tidak berkewajiban memberi nafkah pada keluarga. (heuheuheuheu… there goes my feminism) Tapi hari gini, masak sih gak bantuin? Emang suami punya penghasilan sebesar apa? :) Jadi paling gak, untuk urusan mengumpulkan Dana Darurat, Dana Liburan (ya paling gak untuk belanja nya deh…), urusan beli sepatu baru untuk Azra yang kakinya membesar tiap 3 bulan, sekadar bayar ongkos taxi mondar mandir, atau jajan duduk-duduk ngopi sama klien, saya harus bisa bayar dengan penghasilan sendiri.
Inilah yang mendasari filosofi pengelolaan uang keluarga kami.
Alur kerja
Saat duduk bersama Mbak Teja untuk membahas Financial Plan keluarga kami, Don akan menanyakan berapa dana yang diperlukan untuk memenuhi tujuan finansial kami. Ia juga akan menanyakan besaran uang yang harus diinvestasikan. Untuk Dondi, yang penting ia harus dapat mencari uang itu dan disediakan untuk kebutuhan investasi. Pemilihan produk investasi selalu kami diskusikan bersama. Lalu saya yang kebagian urusan transfer-transfer dan memastikan investasinya terlaksana setiap bulan.
Setiap bulan Don akan melakukan transfer ke satu rekening penampungan. Dari sana, baru saya yang membagi-bagikannya ke rekening investasi, rekening pengeluaran tahunan, rekening shopping Dondi, dan rekening pengeluaran bulanan keluarga. Kalau Don mau beli barang elektronik yang menurut saya gak penting, ia cuma perlu melihat saldo di rekening shopping nya. Ada uangnya, silahkan beli barangnya. Gak ada uangnya, silahkan tunggu sampai saldonya cukup.
Kartu kredit pun kami bagi-bagi. Yang satu untuk pengeluaran rutin termasuk bill telpon, hp, tv satelit, fitnes, dan belanja bulanan. Bayar kartu ini selalu lunas lewat rekening penampungan. Satu lagi untuk dipakai saat liburan, makan di cafe, beli baju atau sepatu, atau beli pernak pernik elektroniknya Don. Kartu yang ini lunas lewat rekening shopping. Ada beberapa lagi sih, tapi jarang banget dipakai.
Dengan cara seperti itu, kami berhasil menghindari konflik dalam rumah tangga hehehehe… (gak tahan bahasanyaaaaa :) )
Sedikit tips untuk para nyonya. Perhatikan ego suami masing-masing. Biasanya laki-laki harus merasa menafkahi keluarganya. Jadi biarkan dia mengelola satu rekening shoppingnya, asalkan uangnya yang lain boleh kita yang mengatur. Biarkan juga dia melakukan ritual transfer gaji ke rekening kita, supaya merasa pegang kendali. Padahal sih rekening yang lain-lain kartu ATM nya selalu kita yang pegang. :)
Tujuan Finansial
Ergh, harus ya nanya lagi : Tujuan Lo Apa?
Beneran deh ini harus jadi bahan obrolan sebelum tidur :P it kills the romance a bit, but it saves you from any other quarrels.
Mulai saja ngobrol dari hal yang jelas-jelas di depan mata seperti : setelah menikah mau tinggal di mana? Kami sepakat kami harus tinggal di rumah sendiri. Apartemen sudah dilihat. Tempat kos juga gak ada yang bikin napsu. Dengan gaji minim tapi nekad, akhirnya kami menemukan rumah kontrakan kecil di Kota Wisata Cibubur. Angpaw dari hari pernikahan pun sebagian besar habis untuk mengontrak dan membeli sofa, lemari dan pernak pernik rumah ini. Oya saking kecilnya, bedroom set hadiah pernikahan dari Mama harus dipisah-pisah dalam 3 ruangan berbeda. Tempat tidur di satu kamar, lemari baju di satu kamar dan meja rias di kamar lainnya.
Sampai di situ saja? Setelah rumah, ya mobil. Beli mobil yang pertama itu seru banget ya :) kami menyebutnya ’si mobil cinta’. Karena dengan dudulnya, gaji Rp 5 juta nyicil mobil Rp 3 juta per bulan… makannya pake apa ya? Heuheuheu…
Setelah itu, mulai deh ngobrol soal tujuan finansial lainnya. Dari liburan berikut, sekolah anak, sampai pensiun. We survived in the small house for 2 years. We then managed to get ourselves into bigger debt :) the wonders of KPR and bought our brand new house. I can never forget the feeling when I finally got our bedroom set into the same room :). It has been 6 years! Something we cherish for the rest of our lives.
Kunci Sukses dalam Uang dan Cinta adalah : NGOBROL!
Ligwina Hananto