Nova – not her real name, came to our office looking very uncomfortable.
She called a week ago saying she wanted to be our client.
Our CRO Fitri did the follow up and the preliminary data we received did not look very good. We agreed for an hourly consultation.
Sambil senyum-senyum, Nova mulai cerita kalau dia punya utang yang cukup banyak.
”Tapi gaji gue lumayan kok Win. Hidup gue selama ini baik-baik saja. Anak gue 2, satu SD satu lagi mau masuk TK tahun depan. Gue bisa liburan 2 x setahun ke luar negeri. Nah sekarang gue mau beli mobil Win. Jadi gue lagi ngitung-ngitung musti gimana bayarnya. Gue udah bayar panjarnya Rp 5 juta… mobilnya udah siap dan gue lagi tunggu itungan cicilan mobilnya berapa…”
Wait a minute…
”Jadi lo bayar panjar mobil, tapi gak tau cicilan per bulannya berapa????” gue berusaha setengah mati untuk tidak membuat Nova gak enak. Tapi gimana dong, gue heran kok mau bikin utang, gak ngitung cicilan. That doesnt make any sense…
Mulai merasa kagok, Fitri akhirnya memutuskan untuk keluar ruangan dan membiarkan Nova ngobrol berdua dengan gue.
Akhirnya es cair juga…
Nova punya utang kartu kredit segunung, kredit yang tidak menggunakan agunan dan sekarang mau ngutang mobil juga.
Kalau dihitung-hitung, total cicilan utangnya adalah 50% dari penghasilannya. Tapi penghasilan – pengeluaran minus dalam jumlah sangat besar. Minimum payment kartu kredit yang sebesar Rp 6 juta per bulan aja dia gak mampu, dan hanya bayar Rp 2 juta per bulan.
”Artinya lo udah mulai ditelponin collector dong?”
Nova mengangguk.
“Punya tabungan gak?”
”Ada 5 juta. Tapi gue punya kok Win Deposito Rp 40 juta. Jadi gak parah-parah amat kan?”
”Sweetie… dengan lo mencairkan deposito ini pun, utang kartu kredit lo belum ketutup lho! Terus bayar TK nya si adik tahun depan dari mana? KTA belum lunas. Terus beli mobil mau bayar pake apa?”
Gue mulai lebih nyaman untuk bertanya lebih ’tajam’ (silet kali heuheuheu… )
“Nov, how long has this been going on? 2 years?”
“More… 9 years Win… “ (glek! It’s worse that I thought)
“Lo mau ini beres gak?”
Wajah Nova kelihatan ragu…
“You cannot afford this!”
I don’t think I’ve seen a more shocking face before. Most people with bad debt come in with a willingness to accept that they have bad debt. Nova wasn’t ready. Nova didn’t even realize she has a huge debt. She kept thinking she’s in good shape. Walaupun hati kecilnya bilang dia dalam masalah. Nova is in denial!
For QM Planners, the numbers will tell you the truth So even though Nova is saying that she’s in good shape, her numbers don’t say so.
My tips for Nova was easy – I was simply answering her numbers :
- Cairin semua deposito dan bayarkan kartu kreditnya.
- I don’t usually do this, but for Nova : Gunting semua kartunya sekarang! No more credit card for you… 9 years is a long time. Too long…
- I asked her to transfer her credit balance to a different card provider (coba deh liat di billboard : ada Bank yang lagi kasih transfer balance 0% – 1%) Daripada dia ditelponin debt collector???
- Batalin pembelian mobil baru – biarin aja ilang tuh panjar Rp 5 juta nya…
- Buat arus kas positif sampai Rp 1,5 juta per bulan, target waktu 6 bulan
- Seharusnya bulan Juni 2008 Nova sudah punya cukup uang untuk Uang Pangkal anaknya yang kecil masuk sekolah…
Nova was very surprised after we worked on her numbers. Gampang banget kan Nov?
The next day we received a very touching email from Nova.
Sweetie, we thank you back we only want you to get better…
Heeeh… as for me? I’m beginning to wonder whether I’ll ever lose some weight… yes I’m in super denial stage too… the thing is, I like it, I’m so comfortable in it yet I get annoyed when a girlfriend ask “lu hamil lagi???” hahahahahha
Ndari, our webmaster from Rajasa, who recently got into excellent shape through proper exercise and healthy diet, asked me coldly, “Mbak alasannya apa lagi sekarang?”
First it was “No time, my schedule is crazy…” then.. “Personal trainer? Gak ada di budget gue…” then.. “Duh makan sehat gimana caranya pulang malem begini…” and finally blame it on the stress “kalo lagi underpressure gue kan perlu nyemil…” lately I’ve been running out of reasons…
Emang harus ‘gigit’ dulu kali ya? Ada niat dulu mau turun, baru ada kemauan untuk usaha… lebih susah untuk nurunin berat badan gue, dibandingkan menurunkan ’bad debt’ teman-teman yang mampir di kantor hehehe…
Finance Should be Practical!
Ligwina Hananto