Ayo kembalikan asuransi ke fungsi asalnya! Jangan asal beli asuransi!
That’s my new campaign
Actually it’s an old campaign. But lately I’ve been getting a lot of feedback from clients, friends, families, insurance agents… all of them are expecting people to start going back to the real reasons we need to buy insurance. They inspire me to get more serious about this whole insurance thing…
So here we go…
Everybody needs Health Coverage!
Sudah pernah merasakan sakit???
Waktu anak-anak masih bayi-bayi… gue suka sesek lihat tagihan kartu kredit. Isinya ke dokter melulu. Vaksinasi lah, flu lah, terapi asthma lah (turunan dari Don, jadi gak bisa dihindari), jatuh lah, demam lah… never ending. Dalam satu tagihan kartu, setiap bulannya ada sekitar Rp 1 – 1,5 juta yang hasil gesekan di rumah sakit.
(kalau sampai tagihan kartunya gak lunas, lumayan juga ya ngasih duit gratis untuk banknya… hehehe there is just noway we’re gonna let that happen)
Sekitar 2 tahun yang lalu, gue pernah maag parah dan harus diopname… hiks tagihan rumah sakitnya Rp 10 juta sajah untuk 4 hari. Padahal cuma infus doang lho.
Di Australia, Don juga pernah menjalani operasi usus dan jangan tanya berapa biaya tagihan rumah sakitnya. It was a big operation and he stayed more than a week at the hospital. Beribu dollar Australia… sempat bikin gue merinding… dan telpon ke Om & Tante (sekarang mertua gue) untuk minta ijin masukin Don ke private hospital. Waktu itu gue & our old buddy Bram yang nganterin, kami berdua ngeri kalo di private hospital biayanya akan meledak.
Siapa yang mau bayar biaya sakit ini?
Sok punya Dana Darurat untuk menutupi biayanya? Heheheh … gak cukup sayang…
Waktu di Australia, semua mahasiswa wajib punya International Student Medical Care. Ini Asuransi Kesehatan wajib, kalau sampai ketahuan gak punya bakalan dideportasi (serius gak main-main nih… ada teman yang sampe dideport).
Pulang ke Jakarta, karena pekerjaannya di bank asing itu Don dapat fasilitas reimburse 100%. You name it, as long as the doctor signed it, they’ll reimburse it. Makanya gue gesek aja dulu dengan kartu supaya begitu gaji masuk (reimburse ini biasanya ditransfer bersama gaji), tagihan kartu ini juga langsung terbayar 100% dari rekening gaji. Aman kan?
Beberapa bulan lalu Don pindah kerja dan jadilah si eneng ini harus belajar menggunakan ’medical coverage’ yang baru. Kami sempat berhitung dan kalau secara nominal, tentu saja kantor baru ini punya medical coverage yang kalah keren dibandingkan yang dulu. Jadi kami pun sempat memikirkan memiliki coverage tambahan.
[AW pasti sekarang cengengesan karena gue baru saja bilang gak jadi ambil produk asuransinya yang keren banget itu… sorry ya Di, wait 5-10 more years may be we can afford it.. ]
Tapi nanti dulu… Memangnya perlu berapa banyak sih? Tujuan Lo Apa?
Anak-anak sudah bukan bayi lagi, jadi vaksinasi tidak sesering dulu lagi. History penyakit standar – masih muda, harusnya masih bisa menata pola hidup sehat (ehem… not happening actually!)
Pak Boss nya yang baru sempat bilang, tenang aja kalo cuma cari kamar VIP harusnya masih nutup kok.
Dan terjadilah…
Azra & Dena harus divaksinasi ulang. Gue udah tegang, wah harus bayar berapa ya. Setelah ngantri untuk swipe kartu asuransinya (initialnya W), mbak di meja admin memberikan slip bertuliskan apa-apa saja yang di-cover asuransi ini.
Setelah dua anak kecil ini sukses nangis akibat suntik di ruangan dokter, gue ngantri lagi di kasir sambil kebat kebit berapa banyak ya yang harus gue bayar. Eh ternyata gratis semuanya di-cover. Hore!
Kejadian kedua adalah ketika gue, Azra & Dena harus periksa gigi. Slip dari meja admin menunjukkan Dental Coverage per orang keluarga kami sebesar Rp 1,5 jutaan per orang. Regular treatment memerlukan biaya Rp 400ribuan. Kata dokter gigi yang sabar itu, seharusnya gigi yang sehat hanya perlu cek ke dokter maksimum 2 x per tahun. Jadi untuk treatment yang standar-standar aja sih, Dental Coverage kami pun masih cukup.
Dena punya problem dengan warna giginya yang berubah – katanya akibat penggunaan anti biotik sewaktu gue hamil. Nah kalo yang ini treatmentnya masuk kategori kosmetik, jadi gak dicover sama asuransi. This one I had to pay in full… glek…
So… if you have a medical coverage from the office, find out if it’s enough!
Apparently ours is just right for our needs – for now…
If it’s not enough then you should seek out for a better plan.
Action Plan for Insurance Policies :
- Make sure you review your Insurance needs every year (kebutuhan asuransinya ya, bukan investasinya!)
- Check if you current Insurance Policies match you needs! (jangan kaget kalau polis yang sekarang ada di tangan gak nyambung dengan kebutuhan…)
- Check if you can afford a better insurance plan (our alternative was a fantastic International Insurance Plan cost Rp 50 mio per family, we decided we couldn’t afford it for now).
- If not… just accept what you have now, go crazy to pile up your Emergency Fund and prepare all additional money to upgrade your Insurance Policies later (this is exactly what we are doing now).
Semua Orang Perlu Asuransi… Tapi Yang Bener!
Ligwina Hananto