Pada edisi yang lalu saya sudah menjelaskan bahwa Unitlink adalah sebuah produk hibrid yang dijual oleh perusahaan asuransi. Produk ini berupa sebuah paket Asuransi Jiwa yang digabungkan dengan produk asuransi tambahan lain beserta Unit Investasi.
Sekarang mari kita beda seperti apa perhitungan yang terjadi saat Anda menerima penawaran produk Unitlink. Contoh berikut adalah sebuah contoh penawaran produk yang diterima oleh teman saya, sebut saja bernama Irwan (40 tahun).
Irwan ditawari produk Unitlink dengan basis Asuransi Jiwa Wholelife dan memiliki unsur unit investasi. Setiap bulan Irwan perlu membayar premi Rp 2 juta per bulan. Uang Pertanggungan Jiwa dalam polis Asuransi Jiwa, Kecelakaan dan Penyakit Kritis ini adalah masing-masing Rp 400 juta. Alokasi unit investasi pun ditempatkan pada produk berbasis saham / equity sehingga menggunakan asumsi pertumbuhan 17% per tahun.
Dari tabel di atas, terlihat bahwa premi yang Irwan setorkan terbagi menjadi biaya asuransi dan alokasi unit investasi. Di tahun-tahun awal, biaya asuransi ini komposisinya jauh lebih besar. Dalam masa pembayaran 10 tahun, total premi disetorkan adalah Rp 240.000.000 dengan pembagian porsi asuransi Rp 39.000.000 dan porsi investasi Rp 200.100.000
Sekilas contoh proposal ini baik-baik saja. Porsi investasi sebesar Rp 200.100.000 diproyeksikan akan tumbuh di unit investasi berbasis saham dengan target hasil investasi 17% per tahun menjadi Rp 283.000.000. Asumsi pertumbuhan 17% per tahun ini bukan sebuah nilai pasti, melainkan sebuah asumsi pertumbuhan produk berbasis saham saat kondisi pasar saham sedang bullish.
Sekarang perhatikan Tabel selanjutnya, yaitu Perhitungan Investasi Berdasarkan Contoh Proposal Unitlink. Pada tahun pertama, setoran porsi investasi Rp 5.700.000 diproyeksikan tumbuh 17% per tahun menjadi Rp 6.690.000. Di tahun kedua, ada tambahan setoran porsi investasi Rp 12.900.000 yang bersama-sama dengan hasil tahun sebelumnya Rp 6.690.000 diproyeksikan tumbuh 17% per tahun menjadi Rp 14.472.000.
Padahal jika Anda tambahkan saja porsi investasi tahun pertama Rp 5.700.000 dengan porsi investasi tahun kedua Rp 12.900.000 dan tumbuh 0% per tahun, hasilnya adalah Rp 18.600.000. Lalu bagaimana mungkin proyeksi pertumbuhan 17% per tahun hasilnya hanya Rp 14.472.000?
Ternyata kekurangan ini berlanjut terus hingga tahun keenam. Saat sudah menyetorkan porsi investasi selama 6 tahun sebesar akumulasi Rp 105.236.000, proyeksi pertumbuhan 17% per tahun hasilnya adalah Rp 105.236.000 juga. Ternyata setoran porsi investasi ini tidak tumbuh seperti proyeksi 17% per tahun melainkan seperti terlihat dalam kolom D. Terjadi pertumbuhan negatif di tahun kedua, ketiga, keempat dan kelima walaupun asumsi pertumbuhan produk berbasis saham sebesar 17% per tahun.
Untuk mencapai proyeksi pertumbuhan 17% per tahun seperti kolom B, ternyata nilai aktual yang dibutuhkan sebagai setoran bukan seperti pada kolom A, melainkan seperti pada kolom E. Setiap kali Irwan menyetorkan premi yang sudah dialokasikan untuk asuransi dan investasi, terjadi selisih atau potongan lagi pada bagian porsi investasi. Jumlah potongan ini bisa jadi sebesar nilai pada kolom F.
Apa sebetulnya yang akan terjadi jika porsi investasi Irwan sesuai kolom A memang tidak dipotong dan disetorkan seluruhnya untuk investasi? Ternyata seharusnya proyeksi tersebut bukan seperti pada kolom B melainkan seperti pada kolom G.
Jika Irwan menyetorkan total Rp 200.100.000 dalam kurun waktu 10 tahun, dan diproyeksikan tumbuh sebesar 17 % per tahun, seharusnya total dana yang dapat diperoleh adalah sebesar Rp 465.534.641. Jumlah ini berbeda jauh sekali dibandingkan proyeksi dalam contoh proposal Unitlink yaitu Rp 283.637.000.
Setelah melihat angka perhitungan seperti ini – yang tentu saja baru berupa contoh proposal dan belum merupakan hasil sebenarnya – Irwan memiliki informasi lengkap untuk memilih produk yang ia ingin gunakan.
Sekarang Anda perlu juga berpikir…
– Apakah Anda memiliki produk dengan skema seperti di atas?
– Apakah Anda mengetahui penjelasan perhitungan produk dengan skema seperti di atas?
– Apakah Anda sudah nyaman dengan manfaat yang Anda terima dari produk dengan skema seperti di atas?
Tentu saja tidak semua skema Unitlink berbentuk seperti contoh di atas. Tetapi saya banyak bertemu dengan kasus nasabah bingung memiliki produk dengan skema seperti di atas. Kebanyakan membeli saja karena iming-iming ‘balik modal setelah 6 tahun’, ‘tabungan investasi’ atau ‘tidak perlu kuatir soal risiko investasi’. Padahal kenyataannya mereka mendapat kepastian kerugian yang cukup besar, bahkan saat contoh proposal menggunakan asumsi pasar saham dalam keadaan bullish.
Ini semua terjadi karena financial literacy yang rendah. Sudah seharusnya kita tahu dan mengerti apa produk yang kita beli dan bagaimana manfaat produk tersebut dalam Rencana Keuangan Komprehensif.
Contoh perhitungan di atas menunjukkan betapa mahalnya ongkos yang harus dibayarkan oleh seseorang saat mengikuti program Unitlink. Sementara kita perlu melakukan efisiensi biaya agar ada porsi yang lebih banyak bisa disetorkan untuk mencapai Tujuan Finansial yang jumlahnya tentu tidak sedikit. Ini menyebabkan saya dan tim QMPlanner kesulitan memberikan rekomendasi pada produk dengan skema seperti ini. Setiap Rencana Keuangan yang kami buat pasti memuat rekomendasi produk yang beriisi proteksi dan investasi. Kami pun perlu melakukan efisiensi dana klien agar dapat membeli Asuransi dan Reksadana pada porsi dan pertumbuhan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Lalu apakah semua produk Unitlink tidak dapat digunakan? Dan apa yang perlu Anda lakukan jika Anda sudah terlanjur memiliki produk yang ternyata tidak sesuai dengan kebutuhan Anda? Ikuti edisi berikut, saya akan menjelaskan beberapa contoh kasus khusus penggunaan produk Unitlink. [bersambung]
Finance Should be Practical!
Tulisan ini pernah dimuat di Tabloid Kontan edisi 18 – 24Juli 2011
Anda dapat melakukan Konsultasi / Jam dengan QM Planner untuk mendiskusikan kondisi keuangan keluarga Anda – mulai dari pemeriksaan kesehatan keuangan, periksa polis asuransi hingga diskusi Rencana Waris. Silakan hubungi :
Tim Sales ~ Mario & Yani
021-57948040 / [email protected] / @QM_Sales
Artikel terkait:
2 Comments
Leave a Reply Cancel reply
This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.
mau tanya reksa dana itu bagemana? tertarik tp kurang yakin karena katanya tdk ada jaminan dr pemerintah, reksa dana yg aman di mana?
Selamat siang,
Reksadana adalah instrumen invsetasi yang sudah ada sejak tahun 1998. Reksadana sendiri definisi dan mekanismenya seperti ini. Kumpulan dana para nasabah/investor tersebut di kelola oleh Manajer Investasi. Uang kelolaan ini di taruh di Bank Kustodian.
Reksadana sendiri ada 4 jenis yang biasa di gunakan,
– Reksadana Pasar Uang: Dana kelolaan tersebut di masukan ke Deposito. Kalau di deposito bunga nya masih dikenakan pajak final 20%. Kalau di Reksadana Pasar Uang belum dikenakan Pajak. Maka bunga yang didapat bisa lebih besar dari Deposito. Reksadana ini untuk tujuan finansial yang 1 – 3 tahun
– Reksadana Pendapatan Tetap: Dana kelolaan tersebut dibelikan obligasi atau sukuk dan ada porsi yang dimasukan ke Deposito. Reksadana ini untuk tujuan finansial selama 3 – 5 tahun.
– Reksadana Campuran: Dana kelolaan tersebut dibelikan obligasi dan saham. Reksadana ini untuk tujuan finansial selama 5 – 10 tahun.
– Reksadana Saham: Semua dana kelolaan dimasukan kedalam bentuk saham. Reksadana ini untuk tujuan finansial yang di atas 10 tahun.
Reksadana ini bisa dibeli langsung ke Manajer Investasinya atau di Bank penjual reksadana.
Kalau investasi memang tidak ada jaminannya. Karena reksadana ini adalah instrumen investasi. Semua kita bisa ukur resikonya.