<\/p>\n
Lia* (SMA kelas X) sering minta uang tambahan untuk nongkrong akhir pekan bersama teman-teman SMA-nya atau beli pulsa. Jika tidak diberi, Lia* akan merajuk seharian di kamarnya.<\/em><\/p>\n Arya* (SMP kelas VIII) minta beli telepon seluler (ponsel) baru supaya tidak diejek teman karena pakai ponsel jadul. Dia tidak mau sekolah jika tidak dibelikan smartphone.<\/em><\/p>\n Bintang* (SD kelas V) hobi makan di restoran cepat saji, sehingga kesal saat tidak dituruti orangtuanya.<\/em><\/p>\n Nina* (PAUD) setiap hari selalu merengek minta jajan di warung. Menangis keras saat ibunya bilang tidak ada uang untuk jajan.<\/em><\/p>\n Terdengar familiar? Atau memang ini kisah klasik yang sering Anda hadapi sebagai orang tua sehari-hari?<\/p>\n Beberapa ilustrasi di atas menunjukkan betapa anak bisa membuat orang tua kelabakan saat harus memenuhi permintaannya. Jika dituruti, tidak ada uangnya. Jika tidak dituruti, anak akan menangis dan merajuk lama.<\/p>\n Saat dihadapkan pada situasi di atas<\/em>, ada sebagian orang tua yang memilih tidak mau ribut dan memenuhi permintaan anaknya yaitu beri tambahan uang saku, belikan ponsel baru, ajak makan di restoran, dan jajan di warung. \u201cToh uangnya ada, atau kasihan juga kalau anak jadi malu karena kalah gaya di sekolah.\u201d pikir orang tua.<\/p>\n related<\/em> article<\/em>: What We Do As Parents – Our Children Will Follow<\/strong><\/a><\/p>\n Dalam kondisi ini, tanpa sadar, kita sudah mendidik anak untuk menghiraukan masalah keuangan. Tidak mendidik anak untuk belajar keuangan dengan baik sejak dini. Padahal, permintaan mereka merupakan kesempatan baik untuk mengajarkan anak tentang manajemen keuangan secara sederhana.<\/p>\n