Panduan Cara Perencanaan Keuangan untuk Karyawan agar Tidak Boros
Punya penghasilan tetap tiap bulan bukan berarti bebas dari masalah keuangan. Justru sering kali, gaji rutin bikin terlena dan tanpa sadar habis sebelum waktunya. Di sinilah pentingnya memahami cara perencanaan keuangan sejak awal. Bukan buat mengekang diri, tapi supaya tahu batas dan bisa pakai uang dengan lebih bijak.
Hidup hemat bukan soal pelit atau menahan semua keinginan. Intinya ada di pengendalian dan keputusan yang sadar. Apalagi buat karyawan yang harus pintar atur pengeluaran harian, bayar cicilan, sampai tetap bisa nabung. Kalau keuangan berantakan, yang repot ya diri sendiri juga.
Table of Contents
Cara Perencanaan Keuangan Karyawan Aplikatif

Supaya nggak terus-menerus merasa gaji cuma numpang lewat, penting banget buat mulai terapkan cara perencanaan keuangan yang lebih aplikatif.
Bukan cuma teori, tapi langkah-langkah yang bisa langsung dijalani sehari-hari. Nggak perlu sistem ribet atau rumus keuangan yang bikin pusing—cukup kebiasaan kecil yang konsisten.
Berikut beberapa cara perencanaan keuangan yang bisa bantu karyawan lebih terarah dan nggak gampang boros.
1. Pahami Cash Flow Bulanan
Mulai dari langkah cara perencanaan keuangan yang paling praktis: buka aplikasi mobile banking, lalu unduh riwayat transaksi 3 bulan terakhir. Kalau belum pernah, duduklah satu jam dan fokus catat pengeluaran satu per satu. Termasuk transfer ke GoPay buat beli kopi, langganan Spotify, bayar laundry, atau isi token listrik.
Jangan cuma fokus ke pengeluaran besar, justru yang bikin bocor itu yang kecil tapi sering. Gunakan Excel atau aplikasi pencatat keuangan, tapi pastikan bisa filter kategori. Di minggu pertama, fokusnya bukan langsung hemat, tapi menyadari: uangmu paling banyak habis di mana?
Baca juga: Contoh Praktis Edukasi Literasi Keuangan untuk Karyawan di Tempat Kerja
2. Gunakan Metode Pengelolaan Uang yang Terpisah
Cara perencanaan keuangan dengan metode 4-3-2-1 itu sebenarnya sudah yang paling sederhana dan basic. Tapi, kalau metode ini juga masih terlalu abstrak untuk semua uang masuk dan keluar dari satu rekening, kamu bisa coba langsung bikin 3 rekening berbeda dengan fungsi spesifik:
- Rekening Gaji (Pasif): Jangan pakai untuk transaksi harian. Biarkan uang masuk ke sini saja.
- Rekening Harian: Buat belanja sehari-hari. Misalnya makan siang, isi bensin, beli galon, dan lain-lain. Tentukan limit per minggu atau per bulan dari rekening gaji dan top-up secukupnya.
- Rekening Nabung (Pasif): Tanpa kartu ATM. Untuk menyimpan dana darurat, tabungan liburan, atau DP rumah. Uangnya dipindah otomatis dari rekening gaji setelah gajian.
Teknis cara perencanaan keuangan yang bisa dilakukan, kamu bisa pakai fitur auto-transfer. Contoh: setiap tanggal 1, transfer Rp500 ribu ke rekening tabungan dan Rp2 juta ke rekening harian. Sisanya biarkan di rekening gaji untuk kebutuhan besar dan tidak rutin.
Gampang kan?
3. Buat Anggaran yang Nyata, Bukan Ideal
Contohnya gini. Selama ini kamu rutin pesan makan online tiga kali seminggu. Kamu merasa, pos ini terlalu boros, lalu kamu hilangkan di anggaran berikutnya. Nah, ini akan terasa berat di kamu. Yang ada, mungkin malah makin-makin deh.
Lebih realistis kalau kamu alokasikan misalnya dari Rp500 ribu per bulan menjadi Rp300 ribu khusus buat makan online untuk bulan ini. Dengan begitu, kamu tetap bisa jajan sesekali tanpa merasa bersalah, dan tetap dalam batas yang terkontrol.
Cara aplikatif lainnya: print template anggaran mingguan. Setiap kategori dikasih limit. Misal:
- Makan siang: Rp400 ribu per minggu
- Transport: Rp200 ribu per minggu
- Hiburan & langganan: Rp100 ribu per minggu
- Lain-lain: Rp100 ribu per minggu
Jangan tunggu akhir bulan untuk sadar boros. Pas sudah melebihi pos tertentu, tahan di minggu itu, jangan ambil dari pos lain.
4. Latihan Menunda Keinginan Beli
Trik cara perencanaan keuangan yang bagus: biasakan pakai “sistem keranjang tertunda”. Kalau lihat barang lucu di Tokopedia atau Shopee, jangan langsung checkout. Klik “Tambahkan ke Keranjang”, lalu diamkan 3 hari. Setelah itu, tanyakan 3 hal:
- Apakah barang ini masih kamu ingat tanpa lihat lagi?
- Apakah kamu masih butuh setelah 3 hari?
- Apakah ada barang serupa yang sudah kamu punya?
Kalau semua jawabannya nggak untuk dua pertanyaan pertama dan ya untuk pertanyaan terakhir, berarti itu cuma nafsu sesaat. Ini cara membiasakan otak membedakan impuls dan kebutuhan. Lama-lama terbiasa.
5. Sisihkan Tabungan di Awal, Bukan Akhir
Begitu gaji masuk, jangan tunggu ada sisa. Pindahkan langsung tabungan dan simpanan dalam waktu 5 menit pertama. Buat kamu yang sering pakai m-banking, langsung buka aplikasi dan transfer ke rekening lain yang nggak ada kartu ATM-nya.
Biar nggak lupa, aktifkan auto-transfer. Contoh:
- Tanggal 1: Rp1 juta otomatis pindah ke rekening tabungan.
- Tanggal 5: Rp200 ribu ke e-wallet buat dana darurat.
Simpan password rekening tabungan di tempat berbeda atau jangan login kecuali darurat. Biar nggak gatal lihat saldonya.

6. Batasi Cicilan dengan Aturan 1 Barang Produktif per Waktu
Kalau tergoda cicilan, tanya:
- Apakah barang ini bisa bantu kerja atau penghasilan?
- Bisa dipakai minimal 2 tahun?
- Kalau nggak punya ini, apakah kerjaan atau hidup terganggu?
Kalau jawabannya enggak semua, jangan cicil. Batasi diri: maksimal cuma boleh ada 1 cicilan konsumtif jalan dalam satu waktu. Cicilannya juga tidak boleh lebih dari 30% penghasilan kamu.
Jadi, kalau kamu sudah cicil motor, tahan dulu cicil iPhone versi terbarunya. Atau tunggu lunas dulu. Prioritaskan barang yang mempercepat produktivitas, bukan gaya.
7. Bangun Dana Darurat dari Uang Tambahan, Bukan Gaji Pokok
Mulai dari uang receh harian. Setiap ada uang Rp5 ribuan atau sisa jajan, langsung masukkan ke amplop atau e-wallet khusus. Jangan tunggu gaji cukup baru nabung darurat.
Kalau dapat cashback, fee freelance, atau THR, alokasikan 50% ke dana darurat. Simpan di aplikasi e-money atau rekening digital yang tanpa kartu. Ini menjaga supaya uang tetap mudah dicairkan saat darurat, tapi enggak gampang tergoda buat dipakai jajan.
8. Catat Pengeluaran Harian Tanpa Beban, Evaluasi Seminggu Sekali
Catat semua pengeluaran seperti curhat juga bisa jadi cara perencanaan keuangan yang jitu. Boleh ketik di Notes HP atau pakai Google Sheets. Jangan langsung analisis tiap hari. Simpan dulu, evaluasi nanti.
Setiap Minggu malam, buka catatan dan highlight pengeluaran yang nggak penting. Misalnya beli gorengan Rp10 ribu hampir tiap hari. Kalikan 30 hari, bisa habis Rp300 ribu. Evaluasi mingguan ini lebih efektif buat sadar kebiasaan tanpa menyalahkan diri.
9. Tentukan Satu Tujuan Keuangan Jangka Pendek yang Spesifik
Contoh: “Mau beli sepeda lipat seharga Rp2 juta dalam 3 bulan”. Artinya, kamu harus sisihkan Rp667 ribu per bulan. Buat visual reminder: tulis di sticky note dan tempel di dompet atau cermin. Bisa juga bikin progress bar di kertas, tiap nabung warnain.
Visual cara perencanaan keuangan kayak gini bantu otak tetap ingat tujuan, dan membuat menabung terasa seperti main game, bukan beban.

10. Jadwalkan Evaluasi Keuangan Bulanan Layaknya Jadwal Laporan Kantor
Pilih tanggal tetap. Misalnya, setiap tanggal 27 malam sebelum gajian. Anggap ini kayak rapat kecil bareng diri sendiri. Buka semua rekening, cek saldo, buka catatan pengeluaran, lalu tanya 3 hal:
- Apa yang boros bulan ini?
- Apa yang bisa ditekan bulan depan?
- Apakah tujuan keuangan kamu makin dekat?
Tulis evaluasi itu di satu halaman khusus (bisa tulis tangan). Nggak perlu panjang. Yang penting ada jejaknya. Semacam logbook perjalanan keuangan. Ini bukan cuma bikin sadar, tapi juga bisa dilihat kembali kalau semangat mulai drop.
Baca juga: 7 Soft Skill Karyawan yang Harus Selalu Ditingkatkan di Zaman Teknologi
Cara perencanaan keuangan yang tepat bisa bantu karyawan hidup lebih tenang dan nggak selalu waswas soal uang.
Gaji yang sama bisa terasa cukup kalau tahu cara atur dan cara perencanaan keuangan yang bagus, tapi bisa juga selalu kurang kalau dibiarkan tanpa rencana. Nggak harus sempurna dari awal, yang penting mulai dulu. Dari kebiasaan kecil yang konsisten, hasilnya akan terasa pelan-pelan.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang!
Yuk, belajar cara perencanaan keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai cara perencanaan keuangan, tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Belajar Finance: 10 Prinsip Dasar yang Wajib Diketahui oleh Pemula
Belajar finance sering kali terasa rumit di awal, apalagi kalau belum terbiasa mengatur uang sendiri. Banyak istilah yang asing dan konsep yang terdengar berat.
Padahal, semua orang butuh paham keuangan supaya nggak gampang kejebak masalah finansial. Mulai dari hal simpel seperti paham pemasukan-pengeluaran, sampai nanti siap buat ambil keputusan yang lebih besar.
Biar nggak bingung, penting buat kenal dulu prinsip dasarnya. Nggak perlu buru-buru jadi ahli. Cukup tahu dulu fondasi yang bikin keuangan lebih stabil.
Kalau dasarnya udah kuat, langkah-langkah berikutnya bakal lebih mudah dipelajari. Jadi, nggak harus takut mulai belajar soal uang.
Table of Contents
Prinsip Dasar dalam Belajar Finance

Supaya nggak bingung saat belajar finance, ada baiknya mulai dari prinsip-prinsip dasar yang paling penting. Prinsip ini bisa jadi pegangan biar tahu arah dan nggak asal jalan. Tanpa paham dasar-dasarnya, mengatur keuangan bisa terasa berat dan gampang bikin salah langkah.
Yuk, pelajari satu per satu prinsip yang wajib dipahami sejak awal.
1. Pahami Arus Kas (Cash Flow)
Hal pertama yang harus dipahami saat belajar finance adalah arus kas. Intinya, kamu harus tahu dari mana saja uang masuk dan ke mana saja uang keluar.
Coba deh, mulai catat semua pemasukan. Termasuk gaji, bonus, atau penghasilan lain. Setelah itu, perhatikan juga pengeluaran harian. Kadang hal kecil, seperti beli kopi atau ongkir, bikin dompet jebol kalau nggak terkontrol.
Kalau sudah tahu arus kas, kamu bisa lihat apakah pengeluaran lebih besar dari pemasukan atau sebaliknya. Dari situ, kamu tahu harus mengurangi apa dan bisa mulai atur ulang prioritas.
Baca juga: Panduan Belajar Manajemen Keuangan Pribadi untuk Pemula
2. Hidup di Bawah Kemampuan
Jangan cuma puas bisa bayar semua kebutuhan. Usahakan penghasilan nggak habis begitu saja setiap bulan.
Hidup di bawah kemampuan itu soal gaya hidup. Kadang, orang suka merasa harus ikut-ikutan beli ini itu biar kelihatan “oke”. Padahal, yang penting tuh aman dulu keuangannya.
Bukan berarti pelit, tapi bijak. Kalau tiap bulan bisa sisihkan sebagian uang, lama-lama itu bakal jadi kebiasaan yang bikin keuangan makin sehat.
3. Darurat Itu Pasti, Siapkan Dana
Nggak ada yang tahu kapan butuh uang mendadak. Bisa saja tiba-tiba sakit, motor rusak, atau di-PHK. Makanya penting banget punya dana darurat. Idealnya, dana ini cukup buat menutup pengeluaran rutin selama 3-6 bulan.
Simpan di tempat yang gampang diakses, misalnya rekening tabungan khusus. Jangan dipakai buat hal-hal iseng, ya. Ini pegangan penting dalam belajar finance supaya nggak panik kalau ada situasi nggak terduga.
4. Utang Itu Harus Terukur
Punya utang nggak selalu jelek, asal masih wajar. Misalnya, kredit rumah atau cicilan motor. Tapi, jangan sampai cicilan bikin hidup sesak.
Batas aman itu sekitar 30% dari penghasilan bulanan. Kalau lebih dari itu, bisa bahaya. Bayar cicilan jadi beban, tabungan nggak nambah, malah stres sendiri. Jadi sebelum utang, pastikan sanggup bayar dan memang butuh. Jangan utang buat gaya-gayaan.

5. Pahami Bedanya Investasi dan Tabungan
Tabungan dan investasi itu beda. Tabungan buat simpan uang dalam waktu dekat, misalnya buat liburan atau beli barang yang udah direncanakan. Sementara investasi buat jangka panjang, kayak pensiun atau beli rumah. Nilai tabungan cenderung tetap, tapi investasi bisa naik-turun.
Jadi, jangan salah tempat. Uang buat keperluan darurat jangan dimasukkan ke investasi yang risikonya tinggi. Bedakan fungsinya, biar nggak keliru.
6. Inflasi Musuh Uang Diam
Kalau uang cuma disimpan di bawah bantal atau rekening biasa, nilainya bisa turun karena inflasi. Harga-harga naik, tapi uang kamu tetap segitu-gitu aja. Lama-lama, daya belinya menurun.
Itulah kenapa kamu perlu belajar finance, terutama kalau uang perlu “bekerja”. Caranya? Ya, salah satunya lewat investasi. Biar minimal nilainya nggak kalah sama inflasi. Nggak perlu langsung yang rumit, mulai dari yang simpel dulu, kayak reksa dana misalnya.
7. Tujuan Keuangan Harus Jelas
Punya tujuan bikin langkah keuangan lebih terarah. Misalnya, kamu pengin punya rumah dalam 5 tahun. Dari situ, kamu bisa hitung berapa yang harus ditabung tiap bulan. Atau pengin pensiun dini? Hitung juga, butuh berapa dan kapan mulai nabungnya.
Tujuan ini yang bakal jadi motivasi buat terus konsisten. Kalau nggak punya tujuan, biasanya jadi gampang kebablasan belanja.
8. Pahami Risiko
Setiap keputusan keuangan pasti ada risikonya. Mau simpan uang di tabungan, ya risikonya kalah sama inflasi. Mau investasi, risikonya bisa rugi.
Jadi, penting buat paham mana yang risikonya besar, mana yang kecil. Lalu, sesuaikan dengan kebutuhan.
Jangan asal ikut-ikutan orang lain. Pikirkan, seberapa siap kamu kalau uang itu tiba-tiba berkurang. Jangan nekat kalau belum paham.
9. Disiplin dan Konsisten
Kunci keuangan yang sehat itu disiplin. Nggak cukup cuma paham teori. Harus rutin menyisihkan uang, rutin catat pengeluaran, dan rutin evaluasi.
Mungkin awalnya berat, tapi kalau sudah terbiasa, semuanya terasa lebih ringan. Konsisten juga penting. Nggak usah langsung besar-besaran. Mulai dari hal kecil, tapi terus dilakukan.

10. Terus Belajar
Dunia keuangan itu dinamis. Ada banyak hal baru yang bisa dipelajari. Semakin paham, semakin bijak juga dalam ambil keputusan. Baca buku, ikut seminar, atau nonton video tentang finance.
Jangan berhenti belajar finance, karena kebutuhan dan kondisi keuangan juga bisa berubah. Belajar finance itu investasi buat diri sendiri.
Baca juga: 7 Pertanyaan tentang Pengelolaan Keuangan Karyawan yang Paling Sering Muncul dalam Training
Belajar finance itu proses yang butuh waktu, tapi bukan sesuatu yang mustahil untuk dikuasai. Selama paham prinsip dasarnya, pelan-pelan semuanya bisa dipahami dan diterapkan.
Nggak harus langsung sempurna, yang penting mau mulai dan terus konsisten. Keuangan yang sehat itu bukan soal seberapa besar penghasilan, tapi seberapa bijak cara mengelolanya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Contoh Praktis Edukasi Literasi Keuangan untuk Karyawan di Tempat Kerja
Literasi keuangan itu penting, tapi masih banyak orang yang kesulitan mengatur uang dengan baik. Gaji sering kali habis sebelum akhir bulan, utang menumpuk, atau tabungan tidak kunjung bertambah. Untuk membantu mengatasi masalah ini, perusahaan bisa menyediakan berbagai program edukasi. Ada banyak contoh edukasi literasi keuangan yang bisa diterapkan di tempat kerja agar karyawan lebih paham cara mengelola keuangan mereka.
Table of Contents
6 Contoh Edukasi Literasi Keuangan yang Bisa Disontek

Edukasi ini enggak harus rumit atau membosankan. Justru, kalau dibuat praktis dan mudah dipahami, karyawan lebih tertarik untuk belajar keuangan secara lebih jauh.
Ya, seperti itu juga yang biasa QM Financial lakukan melalui QM Training. Edukasinya bisa lewat workshop, konsultasi keuangan, hingga games interaktif yang seru.
Semakin banyak pengetahuan yang karyawan dapat, semakin baik pula kebiasaan finansial yang bisa dibangun. Pada akhirnya, ini bukan cuma menguntungkan karyawan, tapi juga perusahaan.
So, jika pengin meningkatkan skill keuangan karyawan, berikut beberapa contoh edukasi literasi keuangan yang bisa disontek.
1. Workshop Manajemen Keuangan Pribadi
Mengatur uang dengan benar itu penting, tapi tidak semua orang tahu caranya. Banyak yang baru sadar setelah gaji habis entah ke mana. Karena itu, workshop manajemen keuangan bisa jadi contoh edukasi literasi keuangan yang solutif untuk karyawan.
Perusahaan bisa mengadakan sesi pelatihan rutin. Topiknya bisa mulai dari cara menyusun anggaran, membagi gaji dengan bijak, sampai merencanakan keuangan jangka panjang. Dengan pelatihan ini, karyawan jadi lebih paham cara mengelola uang mereka.
Kalau pelatihan ini diadakan secara rutin, karyawan bisa terus belajar dan memperbaiki cara mereka mengelola uang. Dampaknya enggak hanya ke keuangan pribadi, tapi juga bisa meningkatkan kesejahteraan dan produktivitas kerja.
Baca juga: Panduan Belajar Manajemen Keuangan Pribadi untuk Pemula
2. Sesi Private dengan Trainer Keuangan
Salah satu contoh edukasi literasi keuangan yang lebih interaktif adalah menyediakan layanan sesi private curhat keuangan dengan ahli keuangan seperti para QM trainers. Sesi ini akan sangat berguna bagi karyawan yang ingin merencanakan keuangan dengan lebih serius.
Dengan sesi private bersama ahli keuangan, seperti para QM trainers, karyawan pun bisa tahu strategi yang paling tepat sesuai dengan kondisi keuangan masing-masing. Karena dalam setiap sesi biasanya solusi yang didiskusikan akan disesuaikan dengan masalah yang dihadapi atau kebutuhan karyawan.
Jika diterapkan dengan baik, karyawan bisa lebih tenang secara finansial dan lebih fokus saat bekerja.
3. Program Tabungan dan Investasi Karyawan
Menabung dan investasi sering dianggap rumit. Banyak yang ingin mulai, tapi bingung harus ke mana. Untuk itu, perusahaan bisa membantu dengan menyediakan program tabungan dan investasi otomatis.
Salah satu caranya adalah lewat potongan gaji. Jadi, setiap bulan, sebagian gaji langsung masuk ke tabungan khusus atau misalnya ke program dana pensiun yang sudah ditunjuk. Dengan cara ini, karyawan enggak perlu repot menyisihkan uang sendiri. Simpanan pun bisa bertambah tanpa terasa.
Agar lebih efektif, perusahaan juga perlu memberi edukasi soal investasi. Karyawan harus paham manfaat dan risikonya, supaya bisa memilih instrumen yang paling cocok. Jangan sampai hanya ikut-ikutan tanpa tahu cara kerjanya.

4. Game atau Tantangan Keuangan
Belajar keuangan itu nggak harus membosankan lo! Bersama QM Training, agenda belajar keuangan bisa seseru main games.
Nah, tinggal perusahaan nih bisa meneruskan keseruan ini. Misalnya, salah satu contoh edukasi literasi keuangan seru yang bisa dicoba adalah “No Spend Week”. Tantangannya sederhana: selama seminggu, karyawan hanya boleh mengeluarkan uang untuk kebutuhan utama, seperti makan dan transportasi. Belanja impulsif, jajan kopi mahal, atau belanja online harus ditahan. Tantangan ini bikin karyawan lebih sadar ke mana uang mereka mengalir.
Contoh edukasi literasi keuangan lainnya adalah dengan mengadakan “Tantangan Menabung 30 Hari”. Setiap hari, peserta harus menyisihkan sejumlah uang ke dalam tabungan. Nominalnya bisa bertambah sedikit demi sedikit, misalnya mulai dari Rp5.000 hingga Rp150.000 di hari terakhir. Dengan cara ini, menabung jadi terasa seperti permainan, bukan beban.
Supaya lebih menarik, perusahaan bisa memberikan hadiah kecil untuk pemenang. Enggak perlu yang mahal, cukup sesuatu yang membuat peserta termotivasi. Yang penting, lewat tantangan ini, karyawan jadi lebih paham bagaimana mengatur uang dengan lebih bijak.
5. Papan Informasi atau Newsletter Keuangan
Enggak semua orang punya waktu untuk belajar soal keuangan. Kadang, saking sibuknya, mereka bahkan enggak sadar kalau ada tips sederhana yang bisa membantu mengatur uang lebih baik. Salah satu contoh edukasi literasi keuangan yang cocok untuk masalah ini adalah penyediaan papan informasi atau newsletter keuangan.
Buletin ini bisa dibagikan setiap bulan. Isinya bisa berupa tip-tip keuangan praktis, berita ekonomi terbaru, atau panduan sederhana tentang investasi dan tabungan. Dengan format yang ringan, karyawan bisa membaca dan menerapkannya tanpa merasa terbebani.
Selain itu, bisa juga dibuat grup internal di platform komunikasi kantor. Grup ini bisa jadi tempat berbagi pengalaman dan diskusi soal pengelolaan uang. Kalau ada karyawan yang berhasil menabung atau melunasi utang dengan strategi tertentu, kisah mereka bisa dibagikan untuk menginspirasi yang lain.
Informasi yang mudah diakses seperti ini bisa membantu karyawan lebih sadar tentang kondisi keuangan mereka. Dengan begitu, mereka bisa mulai mengambil langkah kecil untuk mengelola uang dengan lebih bijak.

6. Program Edukasi untuk Menghindari Utang Konsumtif
Utang bisa jadi alat yang berguna, tapi kalau tidak dikelola dengan baik, bisa jadi beban. Banyak orang terjebak dalam utang konsumtif karena kurang paham cara mengaturnya. Belanja pakai kartu kredit terasa ringan, tapi tagihannya bisa bikin pusing. Untuk mengatasi ini, perusahaan bisa menerapkan salah satu contoh edukasi literasi keuangan tentang cara mengelola utang dengan bijak.
Seminar tentang bahaya utang konsumtif bisa jadi langkah awal. Karyawan perlu tahu perbedaan antara utang produktif dan konsumtif. Kalau utang dipakai untuk sesuatu yang menghasilkan, seperti modal usaha atau pendidikan, itu masih masuk akal. Tapi kalau hanya untuk gaya hidup, lama-lama bisa jadi masalah.
Selain itu, penting juga memahami cara kerja pinjol. Diharapkan, dengan memahaminya, jadi banyak karyawan yang tahu bahwa pinjol bukan solusi untuk masalah keuangan yang muncul.
Program ini juga bisa membahas cara melunasi utang secara efisien. Dengan edukasi yang tepat, karyawan bisa lebih cerdas dalam mengatur keuangan dan terhindar dari jebakan utang.
Baca juga: 2 Cara Menentukan Besarnya Bonus Karyawan yang Diterima dari Perusahaan
Menerapkan contoh edukasi literasi keuangan di tempat kerja bisa memberikan manfaat besar bagi karyawan dan perusahaan. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang keuangan, karyawan bisa mengatur gaji dengan lebih bijak, menghindari utang konsumtif, dan mempersiapkan masa depan yang lebih aman.
Program edukasi ini harus dibuat mudah, dan jangan sampai membosankan. Harus praktis dan relevan. Jika diterapkan dengan konsisten, bukan hanya kesejahteraan karyawan yang meningkat, tapi juga produktivitas dan loyalitas mereka terhadap perusahaan.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Resolusi Keuangan 2025: Mengatur Pengeluaran Lebih Efisien
Punya resolusi keuangan di tahun 2025 tapi bingung mulai dari mana? Salah satu langkah paling penting yang bisa diambil adalah mengatur pengeluaranmu agar lebih efisien.
Bukan cuma soal mengurangi belanja, tapi juga soal memastikan uang yang keluar benar-benar sesuai kebutuhan dan tujuan. Kalau pengeluaran enggak terkontrol, mau tabungan sebesar apa pun rasanya bakal terus terkuras.
Tantangan mengelola keuangan semakin besar di tengah kondisi ekonomi yang enggak selalu stabil. Harga kebutuhan pokok bisa naik kapan saja, dan gaya hidup juga bisa memengaruhi pengeluaran tanpa disadari.
Jadi, resolusi keuangan tahun ini enggak cukup sekadar menabung lebih banyak. Yang terpenting adalah menjaga keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran dengan langkah-langkah praktis yang bisa langsung diterapkan.
Table of Contents
Atur Pengeluaran sebagai Resolusi Keuangan
Mengatur pengeluaran dengan lebih cermat adalah langkah penting dalam mewujudkan resolusi keuangan tahun 2025. Yuk, di tahun ini kita fokusnya bukan sekadar menghemat, tapi memastikan uang yang dikeluarkan benar-benar sesuai kebutuhan dan tujuan.

1. Inflasi Itu Nyata
Inflasi memang nyata, tetapi bukan suatu hal yang luar biasa. Dan, inflasi bisa banget memengaruhi pengeluaran.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), inflasi Indonesia pada Desember 2024 tercatat sebesar 1,57% year-on-year (yoy) dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) sebesar 106,80. Angka ini menunjukkan bahwa laju inflasi masih terkendali dan sesuai dengan target Bank Indonesia, yang menetapkan sasaran inflasi tahunan di kisaran 2-4%.
Meski begitu, ada beberapa komoditas yang mengalami kenaikan harga signifikan di tahun 2025 dan bisa memengaruhi pengeluaran harian. Yah, apalagi kita juga ada isu kenaikan PPN 12% kemarin kan?
Di sinilah pentingnya punya resolusi keuangan yang jelas dan fleksibel. Kalau memang situasi ekonomi bisa memengaruhi pengeluaran, rencana keuangan harus disesuaikan berdasarkan kondisi terkini. Sebagai langkah awal, pertimbangkan untuk mengalokasikan anggaran lebih besar pada kebutuhan pokok yang rentan naik harganya, sehingga pengeluaran tetap stabil meski inflasi meningkat.
Baca juga: Dampak Inflasi dan Deflasi: Bagaimana Keduanya Memengaruhi Kehidupan Sehari-hari
2. Evaluasi Pengeluaran Bulanan dengan Data Aktual
Mulailah dengan mencatat semua pengeluaran selama satu bulan penuh. Pisahkan dalam beberapa kategori seperti kebutuhan pokok, transportasi, hiburan, hingga langganan bulanan. Jangan lupa masukkan juga pengeluaran kecil yang sering terlewat, seperti biaya parkir, minuman kopi, atau belanja online. Pengeluaran kecil ini, jika dikumpulkan, sering kali cukup besar dan memengaruhi keseimbangan anggaran.
Langkah sederhana ini penting untuk menjaga agar resolusi keuangan tetap berjalan sesuai rencana. Setelah semua pengeluaran tercatat, bandingkan dengan data inflasi dan harga kebutuhan yang berlaku saat ini.
Jika harga bahan pokok seperti beras atau minyak goreng mengalami kenaikan, cek apakah anggaran belanja makanan masih realistis. Misalnya, jika harga beras premium naik dari Rp12.000 menjadi Rp15.530 per kilogram, alokasikan dana lebih besar untuk kebutuhan ini, atau cari alternatif seperti beras lain yang lebih terjangkau.
Selain itu, perhatikan kategori pengeluaran yang bisa dikurangi tanpa mengganggu kebutuhan dasar. Langganan streaming, biaya makan di luar, dan pembelian barang non-esensial adalah contoh yang sering kali bisa dipangkas. Cobalah mengurangi frekuensi makan di restoran atau menunda pembelian gadget baru jika enggak mendesak.

3. Amankan Dana Darurat
Dana darurat itu bukan sekadar “nanti aja deh” atau “kalau ada lebih baru disiapkan”. Faktanya, dana darurat adalah fondasi keuangan yang paling penting untuk menghadapi situasi tak terduga. Coba bayangkan kalau tiba-tiba ada kondisi darurat, seperti kendaraan rusak, kebutuhan medis mendesak, atau bahkan risiko kehilangan pekerjaan. Tanpa dana darurat, risiko utang akan lebih besar.
Idealnya, dana darurat yang aman setara dengan 3-6 bulan kebutuhan pokok, termasuk biaya makan, transportasi, tagihan listrik, air, hingga sewa tempat tinggal. Misalnya, jika kebutuhan bulanan mencapai Rp5 juta, berarti dana darurat minimal yang disiapkan adalah Rp15 juta hingga Rp30 juta. Bagi yang sudah punya tanggungan seperti keluarga atau cicilan, usahakan dana darurat lebih besar, sekitar 9-12 bulan pengeluaran.
Senagai resolusi keuangan 2025, mulai kumpulkan dana darurat secara perlahan. Sisihkan 10-20% dari pemasukan bulanan secara konsisten. Simpan di rekening yang mudah diakses, hindari menyatukan dana ini dengan rekening belanja sehari-hari agar enggak tergoda untuk dipakai. Pilih instrumen keuangan yang aman dan likuid, seperti tabungan bank atau deposito.
4. Tetapkan Target Keuangan yang Realistis
Perencanaan keuangan itu dinamis. Kalau kondisi berubah, ya, tujuan keuangan juga boleh ikut disesuaikan. Misalnya, kalau tahun lalu targetnya beli gadget baru atau liburan ke luar kota, tahun ini mungkin fokusnya pindah ke menabung lebih banyak atau melunasi utang. Yang penting, target keuangan harus tetap spesifik, terukur, dan realistis, supaya nggak cuma jadi wacana.
Buat target yang jelas dan jangan terlalu muluk sebagai resolusi keuangan. Misalnya, kalau merasa menabung 20% masih berat, mulailah dari 10%, lalu tingkatkan sedikit demi sedikit. Kuncinya adalah konsistensi.
Kalau kondisi ekonomi berubah, target keuangan juga harus dievaluasi. Misalnya, kalau ada kenaikan harga barang atau pengeluaran tak terduga, revisi anggaran supaya target masih bisa tercapai tanpa bikin stres. Jangan terlalu kaku—yang penting, tujuan keuangan tetap relevan dengan situasi yang sedang dihadapi.

5. Tingkatkan Literasi Keuangan
Pernah enggak sih, merasa pengelolaan keuangan masih berantakan meskipun sudah coba hemat sana-sini? Kalau iya, mungkin saatnya naik level dengan meningkatkan literasi keuangan sebagai resolusi keuangan.
Literasi keuangan bukan cuma soal tahu cara menabung atau investasi, tapi juga bagaimana mengelola uang sesuai prioritas hidup dan tujuan keuangan.
Untungnya, sekarang makin banyak sumber edukasi yang bisa dimanfaatkan. Mulai dari konten gratis di media sosial, artikel keuangan, sampai kelas online dari institusi terpercaya. Salah satu yang layak dicoba adalah QM Academy. Dari mulai kelas basic seperti Blueprint of Your Money sampai ke kelas tingkat lanjut seperti Review Polis Asuransi hingga Dana Pendidikan Anak. Semua kelas ini cocok banget buat yang ingin merapikan keuangan tanpa bingung mulai dari mana.
Baca juga: 5 Ciri Orang yang Bisa Jadi Contoh Well Literate secara Finansial
Menjalankan resolusi keuangan di tahun 2025 butuh langkah yang praktis dan realistis. Mengatur pengeluaran dengan lebih efisien adalah salah satu cara menjaga keuangan tetap sehat di tengah perubahan kondisi ekonomi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gaji Kapan Cair? Ini Cara Biar Kamu Enggak Harus Selalu Nungguin Gajian
Gaji kapan cair? Kalau pertanyaan ini muncul di benak kamu sekali dua kali saja sepanjang karier kamu, itu wajar. Tapi, kalau kamu selalu bertanya-tanya seperti itu setiap bulan, maka sepertinya ada yang salah dengan keuangan kamu.
Pasalnya, kalau itu pertanyaan muncul setiap bulan, berarti kamu hidup paycheck to paycheck. Karena, orang enggak akan bertanya-tanya seperti itu, kalau uang gajinya cukup untuk memenuhi kebutuhan hingga tiba tanggal gajian lagi.
Table of Contents
Gaji Kapan Cair? Hidup Paycheck to Paycheck Itu …

Istilah paycheck to paycheck—yang kemudian membuat pertanyaan gaji kapan cair muncul di setiap bulan—menggambarkan kondisi ketika seorang pekerja yang mengalami kesulitan memenuhi kebutuhannya hingga tiba hari ketika ia menerima gaji lagi.
Orang-orang yang hidup dengan gaji ke gaji biasanya menggunakan sebagian besar pendapatannya untuk membiayai pengeluaran sehari-hari. Kondisi ini juga mengindikasikan bahwa mereka memiliki tabungan yang terbatas atau bahkan tidak memiliki tabungan sama sekali. Akibatnya, risiko finansial akan meningkat jika terjadi pengangguran mendadak atau keadaan darurat finansial lainnya.
Uniknya, fenomena ini tak hanya berlaku bagi masyarakat lapisan bawah. Mereka yang punya gaji dua digit pun bisa saja tak terhindar dari kondisi ini. Penyebabnya beragam, misalnya seperti penurunan di industri terkait atau kesulitan dalam mendapatkan pekerjaan tetap yang sesuai dengan keahlian masing-masing.
Baca juga: Mengapa Gaji UMR Jakarta Sering Dianggap Tak Cukup untuk Memenuhi Kebutuhan?
Kondisi Paycheck to Paycheck yang Semakin Memprihatinkan

Dikutip dari Investopedia, pada April 2024, sekitar 65% penduduk Amerika dilaporkan hidup dari gaji ke gaji, meningkat 7% dibandingkan tahun 2023 berdasarkan polling oleh CNBC dan SurveyMonkey. Sebuah survei dari Zippia menunjukkan bahwa pada September 2022, 63% orang Amerika hidup tanpa simpanan yang memadai, termasuk 40% dari mereka yang berpenghasilan tinggi.
Lalu, bagaimana dengan kondisi di Indonesia?
Situasi serupa terjadi di Indonesia, di mana lonjakan harga pangan dan lapangan kerja yang terbatas membuat kondisi keuangan masyarakat semakin terjepit. Survei Konsumen oleh Bank Indonesia, seperti dibahas di artikel Bloomberg Technoz, menunjukkan bahwa proporsi pengeluaran untuk konsumsi masyarakat Indonesia sedikit menurun, namun proporsi untuk membayar cicilan utang justru meningkat.
Hal ini menurunkan kemampuan masyarakat untuk menabung, dengan penurunan proporsi tabungan dari pendapatan mereka. Mayoritas pendapatan masyarakat saat ini lebih banyak teralokasi untuk membayar cicilan, yang berdampak pada pengurangan kemampuan konsumsi dan menabung.
Alhasil, karena banyaknya cicilan ini, para pekerja Indonesia sering bertanya-tanya kapan gaji cair padahal masih di tengah bulan, dan akhirnya membuat mereka hidup paycheck to paycheck.
Tip biar Gak Nanya Gaji Kapan Cair Melulu Tiap Bulan

Lama-lama capek juga kan, nanya gaji kapan cair melulu setiap bulan? Iyalah, tapi masa cuma capek doang? Yuk, lakukan sesuatu biar pelan-pelan bisa lepas dari kondisi paycheck to paycheck.
1. Review Anggaran
Anggaran itu kan dibuat berdasarkan pendapatan dan kebutuhan. Kalau terjadi perubahan kondisi, seperti kenaikan harga bahan makanan, atau ada kebutuhan ekstra, maka anggaran ini bisa berubah.
Karena itu, pantauan anggaran sangat diperlukan, terutama di hari-hari awal kamu pengin lepas dari kondisi paycheck to paycheck. Cek ke mana saja uang dihabiskan. Di akhir bulan, bandingkan pengeluaran riil dengan yang direncanakan. Nantinya, kamu akan dapat menemukan bagian mana yang perlu perbaikan.
Menggunakan alat bantu seperti aplikasi keuangan dapat mempermudah proses ini, memberikan gambaran yang lebih jelas tentang bagaimana uang dihabiskan setiap bulannya. Dari situ, penyesuaian anggaran dapat dilakukan untuk mengurangi pengeluaran enggak penting dan mengalokasikan lebih banyak ke tabungan atau kebutuhan yang lebih mendesak.
2. Alokasikan Tabungan di Depan
Anggaplah tabungan sebagai salah satu pos pengeluaran, yang kamu alokasikan di depan saat kamu baru saja terima gaji. Dengan demikian, enggak ada lagi nabung dari hasil sisa belanja—karena, tidak akan pernah ada sisa uang belanja. Bikin rekening terpisah untuk tabungan, yang sedikit lebih sulit diakses dibandingkan rekening sehari-hari. Dengan begitu, kamu enggak tergoda untuk menyabotasenya sendiri.
Idealnya, tabungan ini sebesar 10% dari penghasilan. Namun, kalau persentase ini masih berat, kamu bisa menguranginya sesuai kondisi. Ingat, yang penting nabung dulu. Masalah nominal kamu selalu bisa menambahnya seiring waktu.
Langkah ini enggak hanya membantu dalam membentuk kebiasaan menabung, tetapi juga secara bertahap akan membangun dana darurat yang dapat digunakan saat terjadi situasi tidak terduga.
3. Bayar Utang sampai Lunas
Kamu bisa lihat dari data di atas, bahwa utang adalah salah satu faktor penyebab terbesar mengapa kamu selalu bertanya-tanya kapan gaji cair dan akhirnya hidup paycheck to paycheck.
So, kalau punya utang, fokuskan untuk melunasinya secepat yang kamu bisa. Ada beberapa strategi yang dapat digunakan untuk mengurangi utang kartu kredit. Salah satunya adalah snowball method, yang memungkinkanmu membayar utang terkecil terlebih dahulu. Strategi lainnya adalah membayar utang dengan bunga terbesar lebih dulu. Alternatif lainnya adalah melakukan konsolidasi utang.
Selanjutnya, tekan utang semaksimal mungkin. Ingat 3 syarat utang sehat setiap kali kamu pengin berutang. Dengan begitu, kamu bisa mengendalikan diri dan akan bisa menabung dengan lebih baik.
Baca juga: Tiga Syarat Utang Sehat
4. Tingkatkan Income
Meningkatkan penghasilan bisa menjadi solusi efektif untuk memperbaiki kondisi keuangan. Hal ini bisa dilakukan dengan beberapa cara, seperti memulai usaha sampingan, meminta kenaikan gaji atau promosi, atau mencari pekerjaan dengan bayaran lebih tinggi. Pendapatan tambahan ini sangat berguna untuk mempercepat pembayaran utang atau meningkatkan jumlah tabungan.
Dengan pendapatan yang lebih besar, ruang gerak dalam mengelola keuangan juga akan lebih luas. Ini membuka peluang untuk lebih cepat bebas dari utang dan, pada akhirnya, memperkuat kestabilan finansial. Berbagai pilihan ini bisa disesuaikan dengan kondisi, kemampuan, dan kesempatan yang ada, sehingga bisa mengambil langkah yang paling sesuai untuk meningkatkan penghasilan secara efektif.
Pertanyaan gaji kapan cair sering kali menghantui pikiran, terutama saat kebutuhan mendesak menanti. Namun, dengan mengelola keuangan secara lebih bijak dan proaktif, ketergantungan pada waktu gajian bisa dikurangi.
Mulailah dengan menyusun anggaran yang realistis, mengidentifikasi pengeluaran yang tidak perlu, dan menjalankan rencana untuk menabung. Ini tidak hanya membantu dalam menghadapi keadaan darurat tanpa stres menunggu gaji, tetapi juga memungkinkan untuk meraih kestabilan finansial jangka panjang.
Dengan demikian, pertanyaan mengenai gaji kapan cair akan menjadi kurang relevan, seiring bertumbuhnya kemandirian finansial.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Orang Indonesia Masih Suka Makan Tabungan: Apa Maksudnya dan Bagaimana Cara Mengatasinya
Di Indonesia, kebiasaan makan tabungan untuk membiayai kehidupan sehari-hari terus berlanjut hingga akhir 2023. Data dari Survei Konsumen Bank Indonesia yang dikutip oleh CNBC menyebutkan, bahwa sampai November 2023 menunjukkan bahwa rasio tabungan terhadap pendapatan menurun dari 15,7% di bulan Oktober menjadi 15,4% di bulan November.
Sementara itu, proporsi pendapatan yang digunakan untuk membayar cicilan atau utang mengalami peningkatan dari 8,8% menjadi 9,3% dalam periode yang sama.
Wah, jadi topik yang menarik untuk dibahas nih. Apalagi kalau kamu ternyata juga termasuk mereka yang makan tabungan buat hidup.
Table of Contents
Makan Tabungan buat Hidup – Yay or Nay

Dalam kondisi ekonomi yang fluktuatif, praktik makan tabungan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari jadi “gaya hidup”. Ini sih ngeri-ngeri sedap. Tapi, ya kenyataannya begitu.
Survei tersebut juga menyoroti bahwa kelompok masyarakat berpenghasilan rendah adalah yang paling banyak terdampak, rasio kemampuan menabung mereka menurun. Contohnya, bagi kelompok yang mengeluarkan Rp 1-2 juta per bulan, kemampuan menabung mereka turun dari 16,1% menjadi 15,8%.
Tidak hanya golongan berpenghasilan rendah, kelompok dengan pengeluaran di atas Rp 5 juta per bulan juga mengalami penurunan kemampuan menabung, dari 18% menjadi 16,3%.
Pada sisi lain, kelompok dengan pengeluaran bulanan antara Rp 2,1 juta hingga Rp 5 juta justru menunjukkan peningkatan dalam kemampuan menabung. Meskipun terjadi penurunan dalam rasio pendapatan yang digunakan untuk konsumsi dari 75,6% pada Oktober menjadi 75,3% pada November, kelompok dengan pengeluaran lebih dari Rp 5 juta per bulan malah mengalami kenaikan konsumsi dari 68,4% menjadi 72,6%.
Kecenderungan ini menunjukkan bahwa konsumsi menurun pada semua tingkat pengeluaran, kecuali bagi mereka yang berpengeluaran lebih tinggi.
Baca juga: Cara Menabung untuk Dapatkan 10 Juta Pertamamu
Supaya Enggak Harus Makan Tabungan, Apa yang Kudu Dilakukan?

Untuk menghindari makan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari dan meningkatkan kestabilan keuangan, berikut beberapa tip praktis yang bisa dilakukan.
1. Budgeting
Budgeting atau membuat anggaran bulanan merupakan langkah penting untuk mengelola keuangan dengan lebih efektif. Proses ini bisa kamu mulai dengan mencatat penghasilan dan pengeluaran yang terjadi dalam sebulan. Dengan catatan ini, kamu bisa melihat bagaimana kesehatan keuanganmu.
Kalau memang belum sehat, maka kamu perlu untuk fokus dulu membuatnya jadi sehat dan positif. Buat anggaran setiap bulan berdasarkan penghasilan yang kamu buat. Masukkan tabungan sebagai salah satu pos pengeluaran wajib. Pastinya dengan memperhitungkan kebutuhan lainnya.
Kamu bisa coba formula 4-3-2-1; 40% untuk kebutuhan rutin, 30% untuk cicilan utang, 20% untuk lifestyle, dan 10% untuk tabungan. Angka ini juga bukan angka mati. Kamu bisa kok menyesuaikannya dengan kebutuhan. Yang pasti, harus ada alokasi tabungan ya.
2. Mulai Biasakan Menabung dan Jangan Disabotase
Memulai kebiasaan menabung dengan jumlah kecil merupakan strategi efektif untuk membiasakan diri dengan pengelolaan keuangan yang baik, terutama bagi mereka yang merasa sulit untuk menabung dalam jumlah besar sekaligus. Langkah ini penting karena konsistensi dalam menabung sering kali lebih berdampak daripada jumlah yang ditabung pada satu waktu.
Nah, kalau sudah berhasil menabung, ya jangan disabotase ya. Ingat, bahwa kamu sudah punya anggaran untuk berbagai keperluan. Disiplinlah dengan anggaran tersebut, dan uang yang sudah “dikeluarkan” untuk ditabung tidak bisa balik lagi, seperti kalau kamu mengeluarkan uang untuk membeli sesuatu.
Kamu juga bisa mencoba strategi menabung yang pernah dishare di web ini lo. Lumayan kan, kalau dalam satu tahun kamu bisa menabung 10 juta?
3. Kurangi Utang
Mengurangi utang dapat menekan peluang untuk menggunakan tabungan untuk kebutuhan sehari-hari. Ketika kamu memiliki banyak utang, terutama dengan bunga tinggi, pembayaran bulanan yang besar dapat menguras pendapatan bulanan kamu. Akibatnya, hanya tersisa sedikit ruang untuk pengeluaran lainnya, termasuk menabung.
Dalam situasi seperti ini, tabungan yang seharusnya digunakan untuk tujuan jangka panjang atau darurat bisa terpakai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari atau bahkan untuk membayar utang. Jadi, sementara kamu menyehatkan keuangan agar enggak makan tabungan, hindari dulu berutang dalam bentuk apa pun.
4. Cari Penghasilan Tambahan
Mencari sumber penghasilan tambahan adalah langkah strategis untuk memperkuat keuangan pribadi dan mengurangi peluang makan tabungan untuk biaya sehari-hari. Dengan menambahkan aliran pendapatan, kamu bisa meningkatkan total pendapatan bulanan. Hal ini secara langsung akan dapat membantu dalam mengurangi tekanan keuangan.
Pekerjaan sampingan atau memulai usaha kecil bisa sangat membantu dalam mengumpulkan uang ekstra yang tidak hanya menutup kebutuhan rutin tetapi juga memberikan ruang lebih untuk menabung. Pendapatan tambahan ini memungkinkan kamu untuk memenuhi kebutuhan tanpa harus mengganggu tabungan yang sudah ada, yang idealnya disimpan untuk tujuan jangka panjang atau situasi darurat.

5. Bikin Tujuan Keuangan yang Serius
Menetapkan tujuan keuangan yang jelas adalah langkah penting dalam membangun disiplin finansial yang kuat. Tujuan ini berfungsi sebagai motivasi untuk terus menabung dan menghindari penggunaan uang tabungan secara sembarangan.
Dengan tujuan yang spesifik, kamu lebih mungkin untuk tetap pada rencana keuangan dan membuat keputusan yang bijaksana mengenai cara mengelola uang kamu.
So, buat tabungan kamu supaya punya “judul”. Mau dipakai buat apa nanti tabungannya? Buat liburan? Buat bayar DP rumah? Judul apa pun boleh, lalu tentukan nominal targetnya. Dengan begitu, kamu akan termotivasi agar tidak mengganggu tabungan.
Baca juga: Tujuan Keuangan Jangka Pendek yang Realistis: Bagaimana Menentukan Target yang Terjangkau
Nah, makan tabungan untuk keperluan sehari-hari dapat ditekan dengan beberapa hal yang kamu lakukan di atas. Jangan lupa, setelah satu bulan menggunakan anggaran yang telah dibuat, penting untuk mengulas kembali pengeluaran kamu dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Proses evaluasi ini enggak hanya membantu kamu memahami kebiasaan belanja lebih baik tetapi juga memungkinkan kamu untuk membuat perubahan strategis yang meningkatkan efisiensi pengeluaran.
Dengan demikian, kamu dapat mengoptimalkan penggunaan sumber daya finansial dan menghindari kebiasaan mengambil uang dari tabungan, yang pada akhirnya akan mendukung kestabilan finansialmu dalam jangka panjang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Jadi Orang Introver Bisa Bikin Kaya! Emang Iya?
Katanya, dengan menjadi ekstover, seseorang punya peluang untuk sukses lebih besar. Anggapan ini mungkin berkaitan dengan kepribadian seorang ekstrover yang lebih terbuka sehingga punya banyak teman, bisa menjalin hubungan dengan baik, pun punya kemampuan berkomunikasi yang lebih baik. Lalu, kalau begitu bagaimana dengan orang introver, yang lebih tertutup, lebih tenang, dan reflektif? Apakah mereka tidak berpeluang bisa sukses? Bahkan enggak bisa jadi orang kaya?
Nah, ini nih. Banyak orang yang mungkin belum menyadari kekuatan seorang introver. Memang para introver itu lebih pemilih dalam pergaulan. Mereka enggak punya terlalu banyak teman, sirkelnya kecil. Namun, hal ini tidak menjadikan peluang untuk bisa kaya dan sukses mengecil.
Justru ada beberapa hal yang hanya dimiliki oleh para introver yang membuat mereka justru punya kesempatan lebih baik untuk sukses, termasuk dalam hal finansial. Enggak percaya?
Table of Contents
Karakteristik Orang Introver yang Bisa Membuatnya Kaya

Sebenarnya ini bukan versus mana yang lebih baik antara introver ataupun ekstrover. Keduanya tidak bisa dibandingkan, satu sama lain punya keunikan, kelebihan, dan kekurangan. Yah, namanya manusia ya kan?
Namun, ini lebih pada stereotip, yang sering kali menempatkan orang introver dalam posisi yang dianggap kurang menguntungkan dalam hal interaksi sosial. Padahal kemampuan interaksi sosial ini—oleh beberapa orang—dipandang sebagai kunci utama untuk sukses finansial.
Stereotip ini menggambarkan bahwa karena sifatnya yang lebih tertutup, introver mungkin menghadapi hambatan dalam mengembangkan jaringan atau memanfaatkan peluang yang sama seperti rekan ekstrovernya.
Namun, persepsi ini sangatlah salah kaprah.
Menjadi introver atau ekstrover memiliki pengaruhnya masing-masing terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk keuangan. Berikut beberapa keuntungan menjadi orang introvert dibandingkan orang ekstrovert dalam hal finansial.
1. Pengeluaran yang Lebih Terkendali
Orang introver cenderung menghabiskan waktu lebih banyak di rumah atau di lingkungan yang tenang. Artinya, mereka lebih bisa mengurangi pengeluaran untuk aktivitas sosial seperti makan di luar, pergi ke klub, atau kegiatan sosial lain yang sering kali menghabiskan uang lebih banyak. Jatah untuk tabungan, investasi, atau dana darurat lebih longgar deh.
2. Lebih Banyak Mikir
Orang introver cenderung lebih banyak mikir sebelum bikin keputusan. Nah, karakter ini akan sangat menguntungkan kalau terkait soal finansial. Misalnya, jadi jauh dari peluang buat belanja impulsif. Mereka jadi bisa lebih fokus pada kebutuhan daripada keinginan, karena tiap kali mau beli sesuatu, mikir dulu.

3. Lebih Mudah Bikin Rencana Jangka Panjang
Orang introver juga akan lebih mudah membuat rencana keuangan jangka panjang. Karakternya yang reflektif akan sangat bermanfaat dalam merencanakan keuangan jangka panjang.
4. Hobinya Relatif Lebih “Murah”
Hobi orang introver cenderung lebih berorientasi pada kegiatan di dalam rumah atau yang bisa dilakukannya sendiri, seperti membaca, menulis, melukis, atau nonton film di streaming. Biayanya—harus diakui—lebih murah daripada pergi ke konser, nongkrong, atau hal-hal yang disukai orang ekstrover.
Ya, paling banter liburan sih, karena introver juga banyak yang suka traveling seperti halnya ekstrover.
5. Bisa Dapat Pendapatan Sampingan
Kecenderungan untuk menghabiskan waktu sendiri bisa mendorong introver untuk mencari sumber pendapatan sampingan yang enggak memerlukan interaksi sosial yang banyak. Contohnya seperti freelance writing, desain grafis, atau jadi investor. Hal ini bisa meningkatkan kapasitas finansial mereka tanpa meninggalkan zona nyaman masing-masing. Asyik banget!

6. Networking yang Lebih Fokus
Meskipun networking sering kali dianggap sebagai kegiatan yang lebih cocok untuk kaum ekstrover, tapi para introver ini juga bisa kok berjejaring. Justru, mereka bisa jadi lebih efektif dalam membangun koneksi yang lebih dalam dengan sejumlah kecil orang, yang bisa menguntungkan dalam hal karier dan peluang bisnis yang sedang mereka perjuangkan.
Nah, gimana? Relate enggak nih?
Tapi ingat ya, penting untuk dicatat bahwa uraian ini adalah generalisasi dan seseorang bisa saja memiliki karakteristik yang berbeda terlepas dari identifikasi mereka sebagai orang introver atau ekstrover.
Kedua tipe kepribadian memiliki kekuatan dan kelemahan masing-masing dalam konteks keuangan, dan banyak faktor lain yang berkontribusi pada keberhasilan finansial seseorang.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Orang Indonesia Sulit Nabung, Cuma Bisa 3% dari Gaji, Kok Bisa?
Orang Indonesia ternyata beneran sulit nabung!
Kok bisa?
Di salah satu berita, terungkap bahwa di Indonesia, rasio tabungan terhadap produk domestik bruto (PDB) berada pada angka yang cukup rendah, yaitu hanya 20%. Angka ini jauh tertinggal dibandingkan dengan negara-negara seperti Malaysia dan Australia, di mana rasio tabungan mereka mencapai 80% dan 175% dari PDB masing-masing.
Fakta ini mengungkapkan bahwa banyak orang di Indonesia masih sulit nabung dan belum menyisihkan cukup dari penghasilan mereka untuk tabungan. Bahkan, rata-rata, masyarakat hanya mampu menabung sekitar 3% saja dari gaji bersih mereka.
Padahal, untuk memastikan kondisi keuangan yang sehat, dianjurkan untuk menabung minimal 10% dari penghasilan bersih.
Bahkan, ketika melihat ke dalam dana pensiun, angkanya pun menunjukkan kecenderungan yang sama. Porsi tabungan untuk dana pensiun di Indonesia hanya mencapai 6% dari PDB, menandakan bahwa persiapan untuk masa depan, khususnya pensiun, masih belum menjadi prioritas bagi banyak orang.
Table of Contents
Penyebab Sulit Nabung

Mengapa orang Indonesia sulit nabung? Dalam artikel terkait enggak dijelaskan sih. Tetapi, bisa jadi karena alasan-alasan berikut ini.
1. Fokus pada Keinginan Saat Ini
Banyak orang lebih mementingkan membeli barang-barang seperti gadget, tas, atau baju terbaru daripada menabung. Karena barang-barang ini bisa dilihat dan dirasakan, sementara tabungan hanya berupa angka.
2. Pengeluaran Setara Penghasilan
Kebiasaan menghabiskan seluruh penghasilan untuk memenuhi keinginan membuat enggak ada sisa uang untuk ditabung. Boro-boro nabung, ada yang sampai berutang demi keinginan tersebut.
3. Dampak FOMO
Informasi yang cepat beredar membuat orang ingin selalu mengikuti tren terbaru, sering kali mengabaikan kebutuhan utama. Akibatnya, uang yang seharusnya bisa ditabung, malah terpakai.
4. Tanpa Tujuan Finansial
Enggak punya tujuan finansial bisa membuat kondisi keuangan menjadi enggak stabil dan tak terarah, mirip dengan berkendara tanpa tujuan yang jelas.
Cara Efektif supaya Enggak Sulit Nabung dari Gaji
Memang, ada banyak strategi menabung yang sebenarnya bisa dilakukan. Namun, katanya tetep aja sulit nabung. So, ini ada beberapa cara alternatif agar bisa menabung lebih banyak yang barangkali belum pernah dicoba.

1. Challenge Tabungan
Coba bikin tantangan tabungan untuk kamu taklukkan sendiri. Misalnya, bikin tantangan 52 minggu yang memungkinkanmu menabung Rp1.000 lebih banyak setiap minggu. Atau, bisa juga tantangan sebaliknya, dimulai dengan jumlah yang besar dan berkurang setiap minggu. Ini membuat proses menabung lebih interaktif dan menyenangkan.
2. Tabungan “Tidak Terlihat”
Setiap kali kamu mendapatkan uang dalam bentuk kembalian saat berbelanja, simpan uang koin atau uang kertas kecil tersebut ke dalam tabungan. Cara ini membuat kamu “enggak sadar” menabung karena jumlahnya yang kecil setiap kali.
3. Hentikan atau Kurangi Kebiasaan Mahal
Identifikasi satu atau dua kebiasaan mahal yang kamu miliki. Misalnya minum kopi mahal setiap hari, merokok, atau membeli makanan siap saji. Lalu, hentikan atau kurangi secara signifikan. Alokasikan uang yang biasanya digunakan untuk kebiasaan tersebut ke dalam tabungan.
4. Round-Up Savings
Kamu suka belanja online? Di beberapa platform ecommerce, kamu bisa saja membulatkan nominal checkout ke atas. Selisihnya kemudian dipakai sebagai tabungan, seperti emas digital.
Nah, ini juga bisa menjadi jalan ninja menabung tanpa effort berlebihan kan? Misalnya, jika kamu membeli sesuatu seharga Rp49.500, aplikasi akan membulatkannya menjadi Rp50.000 dan Rp500 akan langsung disimpan ke dalam tabungan emas digital.
5. Tabungan Reward
Setiap kali kamu melakukan kegiatan tertentu—misalnya berolahraga, membaca buku, atau menyelesaikan tugas rumah tangga—sisihkan jumlah uang tertentu ke dalam tabungan. Anggaplah ini sebagai “reward” atas hal baik yang sudah kamu lakukan. So, dengan begini enggak cuma bisa bikin kamu nabung, tapi juga mendukung punya kebiasaan baik. Oke banget kan?

6. Jual Barang yang Tidak Digunakan
Lakukan decluttering, dan jual barang-barang yang enggak lagi kamu gunakan atau butuhkan. Kamu bisa mengadakan garage sale di rumah, atau bisa juga secara online. Uang dari penjualan ini bisa langsung ditambahkan ke dalam tabungan kamu.
7. Ikuti Kelas Keuangan Pribadi
Investasikan waktu dan mungkin sedikit uang untuk mengikuti kursus keuangan pribadi. Pengetahuan dan keterampilan yang kamu peroleh dapat membantumu membuat keputusan keuangan yang lebih baik, yang pada gilirannya dapat meningkatkan tabunganmu.
Ya, kelas mana lagi kalau enggak FCOS-nya QM Financial?
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Beban Kerja, Penghasilan, dan Tabungan: Menemukan Keseimbangan yang Tepat
Di dunia kerja yang semakin berubah budayanya, banyak karyawan berjuang demi menemukan keseimbangan antara beban kerja dan waktu yang tersedia untuk aspek lain dalam hidup. Termasuk soal keuangan pribadi.
Dilema ini lantas memunculkan pertanyaan penting: gimana caranya bisa menyeimbangkan beban kerja yang tinggi dengan kebutuhan untuk mendapatkan penghasilan yang cukup, sekaligus memiliki tabungan yang memadai?
Nah, gimana hayo?
Dan, mengapa sih keseimbangan ini penting?
Table of Contents
Beban Kerja dan Pengaruhnya terhadap Penghasilan

Beban kerja memiliki pengaruh signifikan terhadap penghasilan. Hal ini sih sebenarnya merupakan dinamika yang jamak terjadi. Apalagi di masa sekarang.
Satu sisi, beban kerja dinilai (seharusnya) berbanding lurus dengan penghasilan. Logikanya, memang, kalau beban tinggi maka imbalan yang diterima juga akan sepadan. Hal ini umum terjadi misalnya dalam industri perbankan dan konsultasi. Sudah jadi rahasia umum bekerja di bank itu, jam kerjanya panjang, dan dikompensasi dengan gaji yang tinggi.
Sayangnya, enggak semua karyawan bisa merasakan situasi yang sepadan ini. Bahkan, sering terjadi, ketika beban kerja berlebihan—dengan kondisi yang terus berlanjut—ternyata enggak diiringi oleh kompensasi yang setara juga. Akibatnya timbul konsekuensi negatif pada kualitas hidup dan kesehatan mental karyawan.
Stres kronis, kelelahan, dan burnout adalah bentuk yang sering terjadi. Hal ini enggak hanya merugikan karyawan, tapi juga perusahaan melalui penurunan produktivitas dan tingkat kehadiran. Industri kreatif, seperti desain dan teknologi, sering kali mengalami paradoks ini. Ketika kreativitas yang seharusnya berkembang dalam kebebasan dan ruang waktu yang lebih luas, terkadang justru tertekan di bawah beban kerja yang tak terkelola dengan baik.
So, penting bagi industri dan karyawannya untuk bisa menemukan titik keseimbangan, di mana beban kerja enggak hanya menghasilkan penghasilan yang memadai tetapi juga mempertahankan kesehatan mental dan kesejahteraan keseluruhan.
Penghasilan dan Potensinya untuk Tabungan
Penghasilan memainkan peran kunci dalam menentukan kemampuanmu untuk menabung. Hal ini akan dapat membuka jalan bagi keamanan finansial jangka panjang.
Aturan mainnya sebenarnya sudah cukup jelas; bahwa semakin tinggi penghasilan, semakin besar potensi untuk menyisihkan sebagian untuk tabungan. Namun, ternyata enggak cukup hanya punya penghasilan yang tinggi. Adalah penting juga buat karyawan untuk bisa mengoptimalkannya.
Gimana tuh caranya? Salah satunya bisa dengan meningkatkan keterampilan atau pendidikan tambahan. Dengan memiliki keterampilan yang lebih baik, maka pintu peluang yang lebih baik pun akan terbuka. Pada akhirnya, penghasilan juga akan lebih tinggi.
Sudah selesai? Sudah bisa terjamin bisa menabung? Ternyata, belum. Diversifikasi sumber penghasilan pun diperlukan sebagai bagian dari strategi cerdas agar kamu bisa menabung lebih banyak.
Yes, alih-alih bergantung pada satu sumber penghasilan, memiliki beberapa arus penghasilan—baik itu dari pekerjaan utama, pekerjaan sampingan, investasi, atau usaha sampingan—dapat memberikan lapisan keamanan tambahan.
Dengan begitu, enggak hanya mengurangi risiko finansial, peluang untuk menabung dan investasi juga akan semakin besar. So, kombinasi penghasilan yang stabil dan strategi diversifikasi yang bijaksana menjadi kunci untuk membangun tabungan yang kuat dan keamanan finansial jangka panjang.
Peran Tabungan dalam Keseimbangan Finansial

Tabungan memegang peranan penting dalam menciptakan keseimbangan finansial, terutama dalam hal keamanan finansial jangka panjang.
Enggak cuma tentang menyisihkan sebagian uang, tetapi tentang penjaminan terhadap masa depan dan di masa-masa darurat.
Investasi juga merupakan bagian dari tabungan, meskipun ya tetap berbeda karena investasi memiliki risiko. Namun dengan investasi, kita bisa melipatgandakan tabungan, berkat adanya compound interest.
Investasi ini bisa dalam bentuk saham, obligasi, reksa dana, atau properti. Jangan lupa untuk selalu melakukan riset dan memahami risiko sebelum memulai investasi. Diversifikasi portofolio investasi juga penting untuk mengurangi risiko dan memaksimalkan potensi pengembalian.
Dengan demikian, peran tabungan dalam keseimbangan finansial tidak hanya sebagai penyimpan nilai, tetapi juga sebagai alat untuk membangun kekayaan dan keamanan finansial jangka panjang.
Menemukan Keseimbangan

Lalu, gimana caranya menemukan keseimbangan antara ketiganya; beban kerja, penghasilan, dan tabungan? Supaya ketika beban kerja kamu besar, penghasilan juga sepadan, kamu juga bisa menabung dengan porsi yang juga setara.
Well, hal tersebut enggak mustahil kok diwujudkan. Kamu perlu melakukan beberapa hal berikut.
1. Menentukan Prioritas dengan Tepat
Bisa menentukan prioritas dan pengaturan waktu yang efektif bisa jadi koentji yang pertama untuk menemukan keseimbangan ini.
Untuk itu, kamu harus dapat menilai secara realistis terhadap berapa banyak waktu yang dapat dihabiskan untuk bekerja tanpa mengorbankan kesehatan dan kehidupan pribadi.
Misalnya nih, kamu memilih melakukan pekerjaan dengan jam kerja yang lebih fleksibel atau kurang menuntut untuk memastikan waktu yang cukup untuk kegiatan pribadi dan keluarga. Meskipun, dengan demikian, penghasilan bisa saja lebih rendah. Namun, di sisi lain, beban kerja yang lebih tinggi dapat diterima jika ini sesuai dengan tujuan jangka pendek, seperti menabung untuk tujuan tertentu.
2. Disiplin
Peran disiplin diri dan perencanaan juga tidak bisa diremehkan dalam menemukan keseimbangan ini.
Menetapkan anggaran bulanan dan mengevaluasi secara berkala pengeluaran dan tabungan adalah penting. Disiplin diri untuk tetap pada anggaran dan menunda kepuasan instan adalah langkah sangat penting selanjutnya. Mengapa? Karena untuk memastikan bahwa penghasilan enggak hanya terkelola dengan baik tetapi juga dialokasikan untuk tabungan dan investasi.
Contohnya, cobalah untuk mulai menghindari pembelian impulsif. Pertimbangan belanja seharusnya berdasarkan kebutuhan. Jika memang ingin membeli sesuatu sebagai rewards, pastikan bahwa kamu sudah menganggarkannya.
3. Menjalani Gaya Hidup yang Sesuai
Akhirnya, penyesuaian gaya hidup dan pola pikir juga diperlukan untuk mendukung keseimbangan ini. Mengakui kalau kamu tuh enggak selalu bisa untuk memiliki segalanya sekaligus itu penting! Dengan begitu, kamu pun akan bersedia membuat kompromi dalam jangka pendek, sehingga dapat membantu dalam mencapai tujuan jangka panjang.
Dengan pendekatan yang disiplin dan terencana, menemukan keseimbangan yang tepat antara beban kerja, penghasilan, dan tabungan adalah sangat mungkin. Pada akhirnya, hal ini akan bisa membawa manfaat yang signifikan buatmu, baik untuk kesehatan finansial maupun kepuasan pribadi.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Training Keuangan bagi First Jobbers: Ini Dia 5 Alasan Pentingnya
Training keuangan merupakan salah satu jenis training penting yang sebaiknya diberikan oleh pihak human resource perusahaan yang perhatian terhadap kesejahteraan karyawannya. Nggak hanya pada mereka yang sudah bertahun-tahun mengabdi di perusahaan, tetapi juga bagi mereka yang baru saja bergabung terutama yang masih first jobbers.
First jobbers adalah sebutan bagi mereka yang baru saja menapakkan kaki di dunia kerja yang qeras ini, lantaran baru lulus dari kuliah. Masih kinyis-kinyis, gitu katanya. Hal yang sering dirasakan pada fase ini biasanya adalah pengin buru-buru mandiri dan mendapatkan penghasilan sendiri.
Karena itu, keterampilan untuk manajemen keuangan seharusnya sudah mulai dipelajari dan didalami. Gaji mungkin memang belum terlalu besar, tapi jangan salah, justru di sinilah garis start untuk mulai mengelola keuangan dengan benar.
Kamu bisa saja belajar keuangan sendiri, tetapi akan lebih komprehensif jika diberikan oleh perusahaan sesuai dengan jenjang kariermu. Saat pada fase recruit ini, kamu perlu membangun kebiasaan keuangan yang baik. Nanti setelah beberapa tahun kamu bekerja, fasenya akan berbeda lagi, dan perlu kembali mendapatkan training keuangan. Nah, saat menjelang pensiun, sebagai karyawan, kamu juga membutuhkan training keuangan sekali lagi, demi menyiapkan diri menghadapi masa pensiun yang sudah dekat.
Tapi, mengapa fase recruit ini penting untuk mendapatkan training keuangan? Kan gaji juga belum besar, bisalah diatur sendiri. Eits, jangan salah. Training keuangan itu bakalan dibutuhkan banget untuk first jobber. Ini dia alasan-alasannya.

Alasan Mengapa First Jobber Butuh Training Keuangan
1. Punya kebiasaan keuangan yang baik sejak dini
Faktanya, tak banyak orang yang memiliki keterampilan mengelola keuangan yang baik di masa mudanya. Apalagi, soal keuangan ini memang tak pernah diajarkan di bangku sekolah maupun kuliah.
Oleh orang tua kita? Biasanya yang diajarkan adalah kebiasaan menabung, tetapi jarang banget kita belajar bagaimana belanja dengan bijak sejak kecil. Betul? Padahal pada aktivitas belanja ini yang seharusnya kita fokus untuk belajar, biar enggak jor-joran.
Apalagi di fase entry level, ketika kita baru saja mandiri dan bisa mendapatkan penghasilan sendiri. Perasaan jadi kayak mau balas dendam, betul?
Di sinilah kita perlu training keuangan, yang dapat melatih kita untuk terbiasa belanja dengan bijak agar tak membahayakan cash flow keuangan kita. Gaji harus dikelola dengan baik, supaya bisa dipakai sampai gajian lagi berikutnya.
2. Dapat segera menentukan tujuan keuangan
Di masa-masa fase awal, para first jobber biasanya juga belum tahu bahwa memiliki tujuan keuangan itu penting. Apalagi yang jangka panjang seperti pensiun. Baru saja dapat kerjaan, masa sih sudah mikirin pensiun? Gitu mungkin ya?
Padahal, justru saat baru mulai bekerja inilah, saat yang tepat untuk mulai membuat rencana pensiun, kalau kamu memang mau nanti ingin menjalani masa pensiun yang mandiri dan sejahtera.
Hal yang sama juga berlaku untuk berbagai tujuan keuangan penting lainnya. Pasalnya, menentukan tujuan keuangan itu sama dengan kita membuat tujuan hidup. Pertanyaannya tak pernah lepas dari: mau hidup seperti apa nanti? Pengin mencapai apa saja nanti? All about dreams and achievement!
Kalau nggak segera direncanakan melalui training keuangan, terus kapan lagi?

3. Nggak sembarangan berutang
Utang biasanya juga jadi jebakan betmen, apalagi bagi seorang first jobber yang baru saja pegang kartu kredit. Belum lagi dengan berbagai tawaran pinjol dan paylater yang belakangan berkembang secara luar biasa. Ditambah dengan belum bijak dalam belanja, jadi deh, perilaku konsumtif dipelihara. Dengan tambahan beban cicilan utang.
Tanpa training keuangan yang komprehensif, mengambil pinjaman dana alias utang bisa jadi sandungan besar dalam arus kas keuangan buat first jobber. Akibatnya ya jadi kebiasaan keuangan yang kurang baik ke depannya.
4. Bisa memilih proteksi dengan baik
First jobber itu biasanya kan masih lajang, masa sudah butuh asuransi? Eits, jangan salah loh! Kalau kamu adalah first jobber adalah sandwich generation, yang menjadi tulang punggung keluarga besarmu, maka kamu akan butuh asuransi jiwa sekarang juga.
Di samping itu, kamu juga butuh proteksi kesehatan. Memang sih, perusahaan-perusahaan sudah diwajibkan oleh pemerintah untuk mengikutsertakan karyawannya dalam BPJS Kesehatan. Akan tetapi, tentu ini mesti disesuaikan dengan kebutuhan.
Kalau kamu adalah sandwich generation, maka kamu juga perlu mempertimbangkan untuk memberikan asuransi kesehatan untuk seluruh keluargamu. Ini adalah hal yang tidak akan terpikirkan kalau tidak melalui training keuangan yang komprehensif.

5. Segera punya tabungan dan investasi
Belanja teros … Bayar pakai kartu kredit dan paylater teros, tanpa bisa mengendalikan diri, atas nama healing dan self reward. Sampai-sampai tak pernah punya tabungan, apalagi investasi.
Lagu lama? Betul. Bisa jadi akan selalu ada first jobber yang punya masalah seperti ini, karena belum mendapatkan training keuangan yang pas dari kantor tempatnya bekerja.
Atau bisa jadi, nggak punya tabungan dan investasi, karena semua uang yang didapatkan langsung dipakai untuk kebutuhan keluarga besar.
Hal ini bisa kamu cari solusi, jika kamu memiliki keterampilan pengelolaan keuangan yang baik. Untuk itulah, training keuangan diperlukan.
Nah, itu dia beberapa alasan mengapa first jobber membutuhkan training keuangan yang komprehensif.
Kesemua hal tersebut bisa dipelajari bersama QM Financial dalam sebuah training karyawan yang dikemas interaktif dengan silabus yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Hubungi kami melalui WhatsApp ke 0811 1500 688. Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.