Cara Menabung Lagi Setelah Ramadan dan Lebaran Usai
Lebaran sudah lewat, Ramadan juga sudah selesai. Tapi ada satu PR besar yang sering muncul setelah momen-momen itu: isi dompet mulai menipis. Banyak orang mulai cari cara menabung lagi setelah pengeluaran membengkak untuk mudik, belanja baju baru, atau bagi-bagi THR.
Wajar, sih. Namanya juga momen setahun sekali. Tapi kalau enggak segera dipulihkan, kondisi keuangan bisa makin seret sampai akhir bulan.
Yang jadi tantangan, semangat menabung itu biasanya ikut hilang bareng habisnya uang. Padahal justru setelah Lebaran, keuangan butuh perhatian ekstra. Enggak cukup cuma berharap saldo rekening tiba-tiba penuh lagi. Harus ada usaha nyata buat perlahan-lahan memperbaiki keadaan.
Kabar baiknya, semua itu bisa dimulai dari hal simpel dan kecil dulu.
Table of Contents
Cara Menabung Lagi Sehabis Lebaran

Supaya keuangan bisa balik stabil, ada beberapa cara menabung yang bisa dicoba pelan-pelan setelah Lebaran. Enggak perlu langsung besar atau ribet. Yang penting konsisten dan sesuai kemampuan. Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa mulai dilakukan.
1. Cek Kondisi Keuangan Terbaru
Langkah pertama yang paling penting dalam cara menabung lagi ini adalah jujur sama kondisi keuangan sendiri. Setelah Ramadan dan Lebaran selesai, biasanya uang tabungan atau saldo rekening enggak lagi setebal awal bulan puasa. Jadi, coba cek dulu semuanya.
Lihat sisa uang di rekening, uang tunai, dompet digital, sampai sisa emas atau aset lain kalau ada. Dari sini bakal kelihatan, apakah kondisi masih aman atau harus mulai berhemat ketat. Jangan asal jalan saja tanpa tahu posisi keuangan sekarang ada di level mana.
Baca juga: Tip Menabung Konsisten untuk Tujuan Jangka Panjang di Tahun 2025
2. Catat Semua Pengeluaran Selama Ramadan dan Lebaran
Kadang kita enggak sadar, ternyata pengeluaran paling besar itu justru datang dari hal kecil tapi sering. Misalnya, beli takjil tiap sore, ngasih THR ke banyak orang, atau ongkos mudik.
Nah, coba luangkan waktu sebentar buat mencatat semua itu. Urutkan dari pengeluaran terbesar sampai terkecil. Dengan begini, bisa ketahuan pola borosnya di mana. Ini penting buat bahan evaluasi, supaya ke depannya bisa lebih hati-hati saat ada momen besar seperti Ramadan lagi.
3. Kembali ke Anggaran Harian
Setelah tahu kondisi keuangan dan catatan pengeluaran, saatnya kembali bikin batasan. Salah satu cara paling sederhana adalah bikin anggaran harian. Misalnya, sehari maksimal keluar Rp50 ribu untuk makan dan jajan. Kalau lagi enggak ada kebutuhan penting, ya usahakan enggak melebihi angka itu. Selisihnya, tabung.
Cara menabung kayak gini memang enggak langsung bikin kamu kaya. Tapi setidaknya bisa bantu menjaga sisa uang tetap aman sampai gajian berikutnya.

4. Mulai Menabung dari Nominal Kecil
Cara menabung yang benar itu enggak perlu langsung pasang target besar. Mulai saja dari nominal kecil, misalnya Rp10 ribu atau Rp20 ribu sehari. Yang penting rutin dan konsisten.
Karena intinya, kebiasaan itu lebih berharga daripada angka. Kalau langsung dipaksa menabung besar, justru nanti malah cepat menyerah. Mending kecil tapi jalan terus, lama-lama juga akan terkumpul.
5. Manfaatkan Sisa THR atau Uang Kaget
Kalau masih ada sisa THR, angpau, atau bonus lainnya, usahakan jangan langsung dihabiskan. Ini kesempatan bagus buat memperbaiki tabungan yang sempat terkuras. Sisihkan sebagian buat ditabung atau masuk ke dana darurat. Sisanya boleh dipakai buat kebutuhan penting.
Intinya, jangan tergoda untuk langsung belanja lagi hanya karena merasa masih ada ‘jatah’ sisa Lebaran. Karena setelah Lebaran lewat, kebutuhan hidup jalan terus seperti biasa.
6. Puasa Belanja untuk Sementara
Setelah fase banyak belanja selama Ramadan dan Lebaran, enggak ada salahnya masuk ke fase menahan diri. Coba mulai puasa belanja. Enggak perlu lama-lama, cukup sebulan pertama setelah Lebaran.
Gunanya buat memberi waktu keuangan pulih lagi. Biasanya, godaan paling besar itu datang dari diskon atau promo. Tapi ingat, bukan berarti semua promo harus diburu. Prioritaskan kebutuhan, bukan keinginan.
7. Buat Target Tabungan Jangka Pendek
Supaya lebih semangat menabung lagi, coba bikin target kecil dulu. Misalnya, ingin mengumpulkan Rp1 juta dalam waktu sebulan. Dengan cara menabung kayak gini, prosesnya jadi terasa lebih ringan dan realistis.
Setiap kali target tercapai, beri apresiasi kecil buat diri sendiri. Bisa dengan nonton film favorit atau makan enak sekali-sekali. Tapi tetap, jangan sampai apresiasi ini malah lebih mahal daripada tabungan itu sendiri.

8. Evaluasi Gaya Hidup
Terakhir, coba perhatikan lagi pola hidup sehari-hari. Apakah selama Ramadan sering beli makanan di luar? Apakah saat Lebaran lebih sering pesan online daripada masak sendiri?
Nah, setelah momen-momen itu lewat, saatnya kembali ke kebiasaan hemat. Masak sendiri lebih murah. Bawa bekal lebih aman. Jalan kaki lebih sehat. Hal kecil seperti ini lama-lama punya efek besar buat keuangan. Apalagi kalau sudah dijadikan kebiasaan.
Baca juga: Tanggal Tua VS Tanggal Muda: Apa yang Perlu Dilakukan Supaya Semua Tanggal Jadi Baik?
Pada akhirnya, cara menabung setelah Ramadan dan Lebaran memang butuh proses. Enggak bisa langsung balik seperti sebelum momen pengeluaran besar kemarin.
Tapi bukan berarti nggak mungkin. Justru dari kondisi inilah kebiasaan keuangan sehat bisa mulai dibangun lagi. Mulai saja dari langkah paling sederhana dulu. Lama-lama, kalau sudah terbiasa, menabung setelah Lebaran enggak lagi terasa berat.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Cara Mengatur Ulang Anggaran Setelah Pengeluaran Lebaran Membengkak
Mengatur anggaran setelah Lebaran memang sering jadi tantangan tersendiri. Banyak orang baru sadar dompet mulai tipis setelah euforia bagi-bagi THR, belanja baju baru, sampai mudik ke kampung halaman.
Rasanya semua pengeluaran waktu itu seperti sah-sah saja. Baru setelah momen libur selesai, mulai kelihatan repotnya. Tagihan datang. Tabungan berkurang. Saldo rekening ikut-ikutan tiris.
Situasi kayak gini sebenarnya wajar. Namanya juga momen spesial yang enggak datang tiap bulan. Tapi tetap saja, kondisi keuangan perlu dibereskan lagi supaya enggak makin berantakan. Perlu cara yang pas biar perlahan bisa balik ke ritme normal.
Enggak perlu panik, enggak harus langsung ekstrem. Semua bisa diatur pelan-pelan, asal tahu caranya.
Table of Contents
Cara Mengatur Anggaran Setelah Lebaran

Lebaran memang selalu seru. Tapi habis itu, banyak orang baru sadar: kok saldo tinggal segini? Kok tabungan jebol? Kok malah muncul utang baru?
Tenang. Kondisi kayak gini tuh wajar banget. Yang penting, jangan panik. Masih bisa kok disiasati. Ini cara mengatur anggaran setelah pengeluaran Lebaran kebablasan.
1. Cek Kondisi Dompet dan Rekening Secara Jujur
Langkah mengatur keuangan yang pertama ini simpel tapi kadang suka bikin nyesek: cek semua sisa uang yang ada. Lihat saldo rekening. Cek e-wallet. Hitung uang tunai di dompet. Kalau ada utang, catat juga. Termasuk cicilan kartu kredit, paylater, atau uang yang masih harus dibayar ke orang lain.
Jangan cuma mengira-ira ya. Harus jelas angkanya. Karena ini bakal jadi dasar buat mengatur keuangan kembali ke depannya. Intinya, berani jujur sama kondisi sendiri itu langkah awal buat pulih.
Baca juga: Financial Check-Up setelah Lebaran, Bonus Template Cash Flow
2. Catat Semua Pengeluaran Selama Lebaran
Ini langkah mengatur keuangan yang penting banget. Coba ingat-ingat dan tulis semua pengeluaran selama momen Lebaran kemarin.
Mulai dari:
- THR untuk keluarga
- Ongkos mudik
- Oleh-oleh dan hampers
- Jajan dan makan di luar
- Beli baju baru
- Dekorasi rumah
- Sedekah atau zakat tambahan
- Sampai yang receh kayak parkir, bensin, atau tips-tips kecil
Kenapa harus dicatat? Supaya tahu sebenarnya bocor paling besar itu di mana. Jangan-jangan bukan di THR, tapi malah di makan-makan terus selama liburan. Atau mungkin ongkos mudik ternyata gede banget.
Catatan ini juga berguna buat evaluasi nanti. Tahun depan bisa jadi bahan pelajaran.
3. Utamakan Kebutuhan Pokok Dulu, Sisanya Belakangan
Setelah tahu sisa uang dan sudah tahu ke mana aja perginya, sekarang saatnya bikin prioritas mengatur keuangan. Fokus ke pengeluaran paling penting dulu. Yang wajib-wajib saja. Biasanya ini meliputi:
- Makan sehari-hari
- Bayar listrik, air, internet
- Transportasi buat kerja
- Cicilan rumah atau kendaraan
- Biaya sekolah anak kalau ada
- Dan tagihan lain yang nggak bisa ditunda
Kalau dana tinggal mepet, hal-hal kayak nongkrong, belanja online, atau pesan makanan bisa dipending dulu. Yang penting kebutuhan pokok aman.

4. Rem Dulu Semua Pengeluaran Nggak Penting
Ini saatnya latihan ngerem gaya hidup. Bukan berarti pelit atau enggak boleh senang-senang. Tapi lebih ke sadar diri saja: uang lagi terbatas.
Biasakan masak sendiri di rumah. Bawa bekal kalau perlu. Batasi nongkrong atau hangout yang enggak perlu. Kalau biasanya weekend selalu makan di luar, coba skip dulu sebulan. Cari hiburan yang murah atau gratis. Kayak nonton YouTube, baca buku, main bareng keluarga, atau olahraga ringan di rumah.
Intinya: belajar puas dengan yang ada dulu. Sampai kondisi keuangan mulai stabil lagi.
5. Susun Ulang Pos Tabungan dan Dana Darurat
Kalau kemarin sempat ambil dana darurat atau kuras tabungan, enggak masalah. Itu memang fungsinya. Tapi sekarang waktunya memikirkan cara isi ulang lagi.
Enggak usah langsung besar. Enggak usah maksa. Sisihkan aja sedikit-sedikit. Misalnya Rp50 ribu sampai Rp100 ribu per minggu. Atau berapa pun yang realistis.
Yang penting rutin dan konsisten. Karena tabungan dan dana darurat itu kayak bumper keuangan. Kalau diisi terus, nanti bakal lega sendiri rasanya.
6. Cari Penghasilan Tambahan Kalau Memungkinkan
Kalau kondisi benar-benar seret, enggak ada salahnya cari pemasukan tambahan. Enggak perlu langsung mikir kerjaan besar. Mulai dari hal kecil aja dulu. Bisa jual barang bekas yang masih bagus. Bisa buka pre-order makanan ringan. Bisa ambil kerjaan freelance. Atau bantu orang lain yang butuh jasa tertentu.
Misalnya jago desain, tawarkan bikin poster atau feed Instagram. Jago nulis, cari project kecil-kecilan. Jago masak, coba jualan makanan online. Lumayan banget buat nutup kebutuhan sementara.

7. Evaluasi Pola Belanja Lebaran Kemarin
Terakhir, jangan lupa evaluasi. Lihat lagi pola belanja saat Lebaran kemarin. Tulis aja jujur-jujuran: mana yang memang perlu, mana yang sebenarnya nggak harus ada.
Kadang bukan soal uangnya kurang. Tapi memang cara belanjanya yang kurang terkontrol. Dari evaluasi ini, bisa banget disusun strategi buat Lebaran tahun depan. Misalnya mulai siapkan THR sejak jauh-jauh hari. Atau bikin bujet khusus hampers beberapa bulan sebelum puasa.
Makin sadar pola belanja, makin gampang juga mengatur uang ke depannya.
Baca juga: Contoh Financial Planning Pribadi yang Cocok untuk Semua Orang
Mengatur anggaran setelah pengeluaran Lebaran memang butuh usaha ekstra. Tapi bukan berarti mustahil. Justru dari momen inilah biasanya orang jadi lebih peka sama pola belanja dan cara pakai uang.
Enggak apa-apa kalau kemarin sempat kebablasan. Yang penting sekarang sudah tahu apa yang harus dibenahi. Mulai pelan-pelan saja. Kuncinya konsisten, sabar, dan nggak gampang tergoda beli ini-itu lagi.
Lama-lama kondisi keuangan pasti bisa pulih dan kembali stabil seperti semula.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mencapai Keseimbangan Antara Menabung dan Gaya Hidup di Tahun 2025
Mengatur keuangan di tengah tren gaya hidup yang terus berubah itu memang bisa jadi tantangan tersendiri. Banyak orang pengin bisa menikmati hidup, tapi juga sekaligus pengin ngirit. Sayangnya, keinginan untuk mengikuti tren bisa jadi bablas. Jadi lupa deh menabung.
Ya, sebenarnya sih bukan berarti kudu pelit atau hidup serba terbatas. Hanya saja harus paham, bahwa seimbang adalah koentji.
Kita bisa memenuhi kebutuhan dan tetap menikmati hidup. Jadi, jangan sampai lupa sisihkan dana untuk tabungan dan investasi. Dengan langkah yang tepat, gaya hidup tetep bisa kok jalan tanpa mengorbankan stabilitas keuangan.
Table of Contents
Seimbangkan Menabung dengan Gaya Hidup
Menyeimbangkan kebutuhan finansial dengan gaya hidup sehari-hari itu butuh strategi yang tepat. Biar keuangan tetap sehat, penting untuk tahu kapan harus menahan diri dan kapan bisa menikmati hasil kerja keras.
Menabung memang wajib, tapi menikmati hidup juga penting supaya hidup enggak berat-berat amat. Berikut beberapa cara praktis buat menjaga keseimbangan itu tanpa harus merasa serba terbatas.

1. Gunakan Aturan 40/30/20/10 yang Fleksibel
Mengatur keuangan itu enggak harus ribet. Pakai saja aturan 40/30/20/10 ala QM Financial yang sederhana dan gampang diterapkan. Anggaran ini membantu memastikan kebutuhan terpenuhi, utang terkendali, gaya hidup tetap jalan, dan tabungan masa depan aman.
Pertama, alokasikan 40% dari penghasilan untuk kebutuhan utama. Ini termasuk bayar tagihan bulanan, belanja harian, transportasi, atau biaya lain yang wajib dikeluarkan. Intinya, uang ini dipakai buat kebutuhan dasar biar hidup tetap nyaman.
Kemudian, sisihkan 30% untuk cicilan utang. Kalau punya cicilan KPR, kredit kendaraan, atau kartu kredit, pastikan Enggak lebih dari batas ini. Kalau cicilan terlalu besar, coba kurangi pengeluaran lain supaya utang nggak membebani keuangan.
Selanjutnya, gunakan 20% untuk kebutuhan gaya hidup. Ini bagian buat senang-senang—nongkrong di kafe, nonton film, atau traveling. Tapi ingat, jangan sampai over budget ya. Sesuaikan dengan anggaran supaya nggak mengganggu kebutuhan lain.
Terakhir, sisihkan 10% untuk investasi. Investasi ini penting buat masa depan. Bisa mulai dari yang sederhana seperti emas, reksa dana, atau saham. Nggak harus besar, yang penting konsisten.
Kalau dapat bonus atau pemasukan tambahan, utamakan buat nambah tabungan atau dana darurat. Jangan buru-buru dipakai buat belanja. Dengan cara ini, keuangan lebih stabil dan tetap bisa menikmati hidup tanpa khawatir masa depan.
Baca juga: Budgeting Adalah Koentji: 3 Cara Melakukannya dengan Mudah
2. Prioritaskan Pengeluaran Berdasarkan Nilai
Nggak semua pengeluaran punya dampak yang sama. Fokuskan uang ke hal yang benar-benar bermanfaat atau bikin bahagia lebih lama. Misalnya, investasi kesehatan, kursus skill baru, atau pengalaman seperti traveling, biasanya lebih berkesan dibanding beli barang yang jarang dipakai.
Coba evaluasi pengeluaran rutin. Kalau ada yang nggak terlalu penting atau jarang digunakan mending dikurangi. Pengeluaran yang punya nilai jangka panjang bakal bikin hidup lebih nyaman tanpa perlu merasa boros. Jadi, pilih-pilih pengeluaran yang memang worth it ya.
3. Tetapkan Tujuan Keuangan yang Realistis
Punya tujuan keuangan itu penting, tapi ingat, kudu sesuai kemampuan. Mulai dengan target menabung jangka pendek seperti dana darurat atau liburan, lalu lanjut ke target jangka panjang seperti beli rumah atau pensiun.
Sesuaikan target dengan pendapatan. Jangan memaksakan menabung besar kalau penghasilan pas-pasan. Yang penting konsisten, meskipun jumlahnya kecil. Lebih baik nabung sedikit tapi rutin daripada besar sekali lalu berhenti di tengah jalan.
Ingat, keuangan sehat itu soal proses, bukan paksaan.
4. Cari Hiburan yang Low-Cost
Seru-seruan nggak selalu harus mahal. Banyak hiburan low-cost yang tetap bikin happy tanpa bikin kantong bolong.
Coba ikut acara komunitas gratis seperti festival atau pameran lokal. Atau, kalau butuh refreshing, staycation di dalam kota juga oke—lebih hemat tapi tetap bisa recharge energi.
Bahkan hal simpel seperti masak sendiri di rumah bisa jadi aktivitas seru, apalagi kalau bareng keluarga atau teman. Yang penting, cari hiburan yang bikin senang tanpa bikin keuangan kacau.

5. Gunakan Sistem Amplop Digital
Biar keuangan lebih terkontrol, coba pakai sistem amplop digital. Caranya, pisahkan rekening untuk tabungan, kebutuhan sehari-hari, dan gaya hidup. Jadi, nggak bakal kecampur dan lebih mudah mengatur pengeluaran.
Sekarang banyak e-wallet atau fitur tabungan otomatis di bank yang bisa bantu bikin amplop digital ini. Setiap bulan, alokasikan uang ke “amplop” sesuai kebutuhan. Hasilnya? Keuangan jadi rapi dan nggak gampang kebobolan buat hal-hal nggak penting.
6. Pilih Hobi yang Produktif
Punya hobi itu penting, tapi bakal lebih bermanfaat kalau bisa sekalian ngasih nilai tambah. Misalnya, ikut kelas online gratis buat nambah skill atau bersepeda yang bikin badan sehat.
Kalau bisa, pilih hobi yang juga menghasilkan pendapatan tambahan, seperti fotografi, desain, atau jualan online. Jadi, selain buat refreshing, hobi juga bisa bantu keuangan lebih stabil.
7. Manfaatkan Promo dan Diskon dengan Bijak
Promo dan diskon itu menguntungkan kalau dipakai dengan cara yang tepat. Gunakan untuk kebutuhan rutin, seperti belanja bulanan, pulsa, atau perawatan kendaraan.
Tapi, jangan kalap hanya karena lihat harga miring. Kalau barangnya nggak benar-benar dibutuhkan, itu tetap pemborosan. Jadi, sebelum checkout, tanya dulu ke diri sendiri, “Butuh atau cuma tergoda aja nih?”
8. Sisihkan Dana Gaya Hidup dengan Kesadaran
Gaya hidup itu penting, tapi harus ada batasnya. Buat anggaran khusus setiap bulan untuk nongkrong, hiburan, atau belanja. Kalau udah dekat limit, tahan dulu pengeluaran dan tunda ke bulan depan. Biar nggak kalap, tetap enjoy, tapi keuangan juga nggak berantakan. Intinya: mindful!

9. Batasi Lifestyle Inflation
Pendapatan naik? Jangan buru-buru upgrade gaya hidup. Hindari langsung beli barang mahal atau sering nongkrong di tempat fancy hanya karena merasa punya uang lebih.
Lebih baik, prioritaskan tambahan penghasilan untuk tabungan dan investasi. Dengan begitu, kondisi keuangan makin kuat, dan nggak kebingungan kalau ada kebutuhan mendadak di masa depan. Nikmati kenaikan pendapatan dengan bijak, bukan sekadar untuk gaya-gayaan.
Baca juga: Tanggal Tua VS Tanggal Muda: Apa yang Perlu Dilakukan Supaya Semua Tanggal Jadi Baik?
Seimbang antara menabung dan menjaga gaya hidup itu bisa kok diusahakan. Bukan hal yang mustahil. Kuncinya ada di cara mengatur prioritas dan membuat keputusan finansial dengan lebih sadar.
Nikmati hidup secukupnya, tapi jangan lupa amankan masa depan. Dengan langkah yang tepat, keuangan tetap stabil tanpa harus mengorbankan kebahagiaan sehari-hari.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Fenomena Kelas Menengah yang Turun Kelas: Apa yang Bisa Dipelajari?
Menurut laporan BBC Indonesia, pada 2019, Indonesia memiliki 57,33 juta penduduk kelas menengah yang berkontribusi sebesar 43,3% terhadap total konsumsi rumah tangga. Menariknya, jumlah ini menurun menjadi 48,27 juta orang pada 2023, dengan kontribusi konsumsi hanya sebesar 36,8%.
Menurut laporan terbaru, tahun ini, jumlah penduduk kelas menengah kembali turun menjadi 47,85 juta orang, yang setara dengan 17,13% dari total populasi. Padahal, diharapkan proporsi kelas menengah mencapai sekitar 70% dari total populasi pada 2045, demi bisa mendapatkan predikat negara maju.
Penurunan ini terjadi karena dampak pandemi Covid-19, menurut Badan Pusat Statistik (BPS). Pandemi ini telah memengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk stabilitas ekonomi dan daya beli masyarakat.
Table of Contents
Apa Sih yang Dimaksud Kelas Menengah?

Kelas menengah di Indonesia menempati posisi di antara kelas bawah dan atas. Mereka enggak sekaya sultan, tetapi di atas kertas, cukup untuk hidup layak. Sementara, berbagai laporan dan studi menawarkan parameter yang berbeda-beda untuk mendefinisikan kelas menengah, sehingga jumlahnya berkisar antara 30 juta hingga ratusan juta orang.
Merangkum dari artikel Asumsi.co, pada 2010, Asian Development Bank mendefinisikan kelas menengah di Indonesia sebagai kelompok masyarakat yang mengeluarkan US$2-20 per hari. Nah, jumlahnya ternyata mencapai 46,58% dari total populasi, atau sekitar 102,7 juta jiwa. Meski secara ekonomi dianggap aman, kelas menengah ini bukan sultan. Sebanyak 90% dari mereka menghabiskan kurang dari US$20 per hari.
Sementara itu, Global Wealth Report 2015 menggunakan parameter dari Amerika Serikat, mendefinisikan kelas menengah sebagai mereka yang memiliki kekayaan US$50.000-500.000, menghasilkan persentase hanya 4,4%.
Bank Dunia, dalam laporan “Aspiring Indonesia: Expanding the Middle Class” pada 2020, mengaitkan kelas menengah dengan keamanan ekonomi. Yang masuk ke kelompok ini seharusnya adalah mereka yang terbebas dari risiko kemiskinan dan mampu membeli barang-barang di luar kebutuhan dasar, seperti hiburan, kendaraan pribadi, dan asuransi kesehatan.

Nah, kalau menurut definisi Bank Dunia, kelas menengah di Indonesia diukur dari pengeluaran bulanan sebesar Rp1,2 juta hingga Rp6 juta. Diperkirakan ada 52 juta orang yang masuk dalam kategori ini, atau sekitar 1 dari 5 penduduk Indonesia. Meskipun jumlah ini tumbuh sekitar 10% per tahun, pertumbuhan ini masih lebih lambat dibandingkan beberapa negara Asia lainnya.
Namun, batas bawah Rp1,2 juta itu dianggap rendah. Bahkan, UMP Jawa Tengah yang terendah di Indonesia masih di atas angka tersebut, yaitu Rp1,7 juta.
Survei menunjukkan bahwa hanya 1% dari kelas menengah yang menghabiskan lebih dari US$38 per hari, atau Rp6 juta per bulan. Makanan masih menjadi kebutuhan utama dengan porsi besar dalam pengeluaran mereka, mencapai 44% pada kelompok MC1 dan kurang dari 30% pada MC2.
Selain itu, meski menjadi bagian dari kelas menengah, banyak dari mereka yang belum mendapatkan akses sanitasi layak, air bersih, dan kualitas hunian yang baik. Menurut Bank Dunia, hanya 11% dari kelas menengah yang kebutuhan non-moneternya terpenuhi.
Pertanyaannya, jika kelas menengah saja hidup pas-pasan, bagaimana dengan kondisi kelas di bawahnya?
Baca juga: Kiat Mengatur Keuangan untuk Menghadapi Krisis
Pelajaran Keuangan yang Bisa Diambil dari Fenomena Menurunnya Kelas Menengah

Fenomena menurunnya kelas menengah memberikan banyak pelajaran penting tentang manajemen keuangan. Dari situasi ini, ada beberapa langkah yang bisa diambil untuk memperkuat stabilitas finansial dan menghadapi tantangan ekonomi. Berikut adalah pelajaran keuangan yang bisa dipetik dari fenomena ini.
Pentingnya Dana Darurat
Situasi tak terduga seperti pandemi dapat mengguncang stabilitas keuangan secara drastis. Dana darurat berperan penting dalam menghadapi krisis ini agar kita enggak harus mengorbankan kebutuhan dasar.
Dengan dana cadangan yang memadai, kita dapat menangani pengeluaran mendadak seperti biaya medis atau kehilangan pekerjaan, dengan tetap memastikan kebutuhan utama tetap terpenuhi. Dana darurat memberi kita perlindungan finansial dan ketenangan pikiran di masa-masa sulit.
Diversifikasi Pendapatan
Mengandalkan satu sumber pendapatan bisa menjadi risiko besar dalam menjaga kestabilan finansial. Dengan memiliki lebih dari satu sumber penghasilan, kita bisa mengurangi dampak negatif jika terjadi kehilangan atau penurunan pendapatan utama.
Diversifikasi ini bisa dilakukan dengan memiliki pekerjaan sampingan, investasi, atau membuka usaha kecil. Dengan cara ini, kita lebih siap menghadapi berbagai situasi ekonomi dan mempertahankan kestabilan finansial. Diversifikasi penghasilan memberikan keamanan tambahan dan fleksibilitas dalam mengelola keuangan.
Perencanaan Keuangan Jangka Panjang
Merencanakan keuangan jangka panjang sangat penting untuk mencapai keamanan finansial. Mulailah dengan punya tabungan—meskipun bukan nominal yang ideal, seenggaknya harus punya dulu. Syukur-syukur bisa punya investasi investasi yang strategis juga, yang dapat memberikan perlindungan dan stabilitas finansial di masa depan.
Dengan perencanaan yang tepat, kita bisa mempersiapkan diri untuk menghadapi situasi tak terduga seperti krisis ekonomi atau pengeluaran darurat. Jadi, enggak perlu turun kelas kalau ada krisis.
Perencanaan jangka panjang juga membantu memastikan bahwa tujuan keuangan, seperti pendidikan anak atau dana pensiun, dapat tercapai dengan lebih efektif. Keamanan finansial yang didapatkan dari perencanaan ini memberikan ketenangan pikiran dan kesiapan untuk menghadapi berbagai kondisi ekonomi.
Hidup Hemat dan Bijak
Mengelola pengeluaran dengan bijak adalah kunci untuk menjaga kesehatan finansial. Penting untuk mengetahui prioritas, seperti kebutuhan pokok dan tabungan, serta menghindari pengeluaran yang tidak perlu. Dengan cara ini, keuangan bisa tetap stabil dan terhindar dari utang.
Hidup hemat bukan berarti menekan semua keinginan, tetapi lebih kepada membuat keputusan keuangan yang cerdas dan terencana. Dengan begitu, kita bisa menabung lebih banyak, berinvestasi, dan menikmati kehidupan tanpa tekanan finansial yang berlebihan.
Hemat dan bijak dalam pengeluaran membantu mencapai tujuan finansial jangka panjang dan memberikan ketenangan pikiran.
Edukasi Keuangan
Memahami konsep dasar keuangan adalah langkah penting untuk membuat keputusan keuangan yang tepat. Pengetahuan tentang pengelolaan utang, investasi, dan perencanaan pensiun dapat membantu mengatur keuangan dengan lebih baik.
Dengan edukasi keuangan yang memadai, kita dapat menghindari jebakan utang, memilih investasi yang menguntungkan, dan merencanakan pensiun dengan bijak. Pemahaman ini enggak hanya meningkatkan kemampuan finansial tetapi juga memberikan rasa percaya diri dalam menghadapi berbagai situasi ekonomi.
Edukasi keuangan membantu mencapai keamanan finansial yang lebih stabil dan masa depan yang lebih cerah.
Baca juga: Jokowi: Rakyat Harus Lebih Banyak Belanja – Begini Cara Belanja Hemat tanpa Kalang Kabut
Fenomena penurunan kelas menengah memberikan banyak pelajaran berharga. Memastikan adanya dana darurat, diversifikasi pendapatan, perencanaan keuangan jangka panjang, hidup hemat dan bijak, serta edukasi keuangan adalah langkah penting yang harus diterapkan. Dengan memahami dan menerapkan pelajaran ini, stabilitas finansial dapat lebih terjaga di masa depan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Menyiapkan Perjalanan Mudik Lebaran Bujet Hemat Selamat
Siapa nih yang udah nggak sabar pengin mudik Leabran? Sabar, ya. Mending siap-siap saja dulu yuk.
Mudik Lebaran memang menjadi momen yang ditunggu-tunggu untuk berkumpul kembali bersama keluarga. Nah, dalam banyak kasus, mudik itu merupakan salah satu pengeluaran di bulan puasa yang paling besar.
Karena itu, untuk mudik, kita butuh membuat perencanaan matang agar bisa berjalan lancar tanpa menguras dompet. Persiapannya mulai kapan? Mulai sekarang.
Table of Contents
Membuat Rencana Mudik Lebaran

Menyambut Lebaran dengan perjalanan mudik enggak harus menguras dompet jika dilakukan dengan perencanaan yang tepat. Membekali diri dengan strategi hemat namun aman untuk mudik bisa menjadi kunci untuk merasakan kehangatan berkumpul bersama keluarga tanpa kekhawatiran finansial.
Untuk itu, kamu bisa mulai dari sini.
1. Menetapkan Anggaran
Mulailah dengan mengevaluasi keuanganmu secara keseluruhan. Dengan begitu, kamu bisa menentukan berapa banyak yang dapat dialokasikan untuk mudik tanpa mengganggu cash flow dan keuangan jangka panjang.
Buatlah daftar semua biaya potensial yang akan dikeluarkan, termasuk transportasi, akomodasi, makanan, dan hiburan. Jangan lupa untuk memasukkan biaya kecil yang sering terlupakan, seperti segala macam tip, biaya tol, hingga biaya parkir.
Setelah ketemu berapa kebutuhannya, jangan lupa untuk menambahkan dana cadangan sebagai biaya tak terduga. Besarnya bisa disesuaikan kondisi, tetapi sekitar 10-20% sudah cukup.
2. Memilih Waktu dan Moda Transportasi
Hari-hari gini sudah ada bocoran perkiraan kapan puncak mudik akan terjadi. Kamu bisa pantau agar bisa merencanakan untuk berangkat beberapa hari sebelum atau setelahnya. Pertimbangkan juga jadwal liburan sekolah dan cuti bersama ya.
Jika memang belum memutuskan, ada baiknya membuat pertimbangan plus minus mudik Lebaran dengan berbagai moda transportasi, seperti bus, kereta, pesawat, mobil pribadi. Terutama dari sisi keamanan dan kenyamanan. Ingat, opsi termurah mungkin enggak selalu yang teraman atau paling nyaman. Gunakan review dan rating online untuk menilai keandalan dan keamanan penyedia layanan transportasi yang akan dipilih.
3. Pemesanan Tiket Dini
Kalau sudah ada keputusan mau mudik Lebaran naik apa, segeralah pesan tiket jauh-jauh hari jika memang sudah memungkinkan. Selain mengamankan kursi, tiket biasanya lebih murah jika kita memesan jauh-jauh hari sebelum tanggal keberangkatan.
Gunakan situs agregator tiket seperti Skyscanner, Kayak, tiket.com atau Traveloka untuk membandingkan harga tiket dari berbagai maskapai atau penyedia jasa transportasi lainnya.
Dengan merencanakan dengan cermat dan memanfaatkan sumber daya yang tersedia, kamu bisa mengurangi stres dan biaya yang terkait dengan mudik, memastikan perjalanan yang lancar dan menyenangkan untuk kamu dan juga keluarga.
Persiapan Mudik

Setelah rencana perjalanan mudik Lebaran sudah siap, selanjutnya kamu bisa mulai menyiapkan printilan untuk berangkat nanti.
1. Bikin Daftar Bawaan
Bikin daftar bawaan mulai sekarang, sehingga nantinya enggak ada yang ketinggalan dan kamu harus membelinya di perjalanan.
Memilih pakaian serbaguna untuk perjalanan membantu mengurangi jumlah bawaan. Bawa pakaian yang dapat dipadupadankan untuk berbagai situasi. Dengan begini, bagasi bisa diirit.
Perlengkapan mandi ukuran traveling atau produk isi ulang dalam botol kecil juga efektif menghemat ruang dan biaya. Jangan lupa juga untuk membawa obat-obatan dasar seperti obat sakit kepala, antidiare, dan plester.
Cari cara untuk bisa menekan biaya ini dan itu. Misalnya saja, untuk minuman selama perjalanan, akan lebih hemat jika kamu membawa satu galon air mineral dan beberapa tumbler untuk masing-masing anggota keluarga. Dengan demikian, selain bisa mengurangi pembelian air kemasan, kamu juga bisa mengurangi sampah plastik.
2. Pelajari Cara Packing yang Hemat Ruang
Cara packing yang hemat ruang ini sebaiknya jangan disepelekan. Kalau misalnya kita mau mudik Lebaran menggunakan pesawat, ini bisa menentukan apakah kita perlu membayar ekstra untuk bagasi atau tidak. Begitu juga kalau mau mudik dengan bus. Jika bisa menghemat ruang dalam tas bawaan, perjalanan akan lebih nyaman.
Ada banyak cara packing hemat ruang yang bisa dipelajari. Salah satunya adalah menggulung pakaian alih-alih melipat. Kalau membawa sepatu, ruang di dalam sepatu juga bisa difungsikan. Di media sosial, sering banget orang sharing bagaimana cara packing hemat ruang. Kamu bisa menemukannya dengan mudah.

3. Kesehatan dan Keselamatan
Kesehatan, kenyamanan, dan keselamatan adalah yang paling utama harus diprioritaskan jika kita melakukan perjalanan, termasuk perjalanan mudik lebaran.
So, pastikan kesehatan dalam kondisi prima ketika hendak berangkat nanti. Kalau perlu, lakukan check-up kesehatan. Kalau punya kondisi khusus, konsultasikan dengan dokter.
Lalu, siapkan beberapa barang demi keamanan, kesehatan, dan kenyamanan ini:
- Kit P3K: Selalu bawa kit P3K dasar yang berisi antiseptik, plester, obat luka, dan barang-barang esensial lainnya.
- Hand Sanitizer dan Masker: Mengingat situasi saat ini, membawa hand sanitizer dan masker masih disarankan, demi menjaga higiene dan mencegah penyebaran kuman.
- Senter atau Lampu Kepala: Barang ini bisa sangat berguna dalam situasi darurat, terutama jika berada di area yang kurang penerangan.
Mempersiapkan barang bawaan dengan cerdas dan mengutamakan kesehatan serta keselamatan tidak hanya akan membuat perjalanan lebih nyaman tetapi juga dapat menghemat biaya dan menghindarkan dari banyak kesulitan selama perjalanan.
Mudik Lebaran dengan bujet hemat dan tetap selamat memungkinkan berkumpul bersama keluarga tanpa kekh
awatiran finansial. Persiapan yang matang dan strategi yang tepat menjadi kunci sukses perjalanan yang berkesan.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Mengelola Keuangan untuk Generasi TikTok: Dari FOMO ke JOMO (Joy of Missing Out)
Di era digital saat ini, media sosial telah menjadi bagian yang enggak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari. Apalagi sekarang, saat muncul generasi TikTok.
Siapa nih yang sempat kecanduan buat belanja TikTok live? Sudah pernah menghitung belum, habis berapa sampai dengan fitur ini menghilang? Apakah barang yang dibeli (atau diborong) kemarin, sekarang masih digunakan? Masih bermanfaat penuh? Atau sudah dianggurin?
Ya, memang. TikTok, sebagai salah satu platform media sosial yang paling cepat berkembang, telah mengubah cara kita berkomunikasi, berbagi informasi, dan bahkan memengaruhi perilaku konsumsi kita.
Dengan kontennya yang menarik dan mudah diakses, TikTok menjadi sarana hiburan yang tak hanya menghibur tapi juga sering kali memicu perbandingan sosial di antara generasi TikTok itu sendiri.
Table of Contents
Apa Itu FOMO dan JOMO pada Generasi TikTok?

FOMO, itu dia. Hal yang kemudian menjadi masalah generasi zaman sekarang, termasuk generasi TikTok.
FOMO, atau Fear of Missing Out, merujuk pada perasaan cemas atau takut ketinggalan tren. Baik itu experience, acara, aktivitas, atau tren apa pun deh yang (terlihat) seru dinikmati oleh orang lain.
Dalam konteks keuangan, FOMO terutama dapat memicu keputusan pembelian impulsif yang akhirnya harus dialami oleh generasi TikTok. Artinya, kita melakukannya hanya agar bisa merasa “termasuk” atau update, alias enggak ketinggalan tren terkini.
Ya, akibatnya daripada manfaat dan keuntungannya, justru lebih banyak buntungnya. Banyak generasi TikTok mengalami tekanan keuangan karena berusaha memenuhi standar gaya hidup yang ditetapkan oleh lingkaran sosial atau influencer di media sosial—tanpa sadar sama kondisi diri sendiri.
Nah, terlalu banyak yang FOMO, muncul JOMO. Sebagai reaksi terhadap FOMO, Joy of Missing Out atau JOMO ini bisa digambarkan sebagai perasaan puas atau bahagia karena sudah memutuskan untuk enggak mengikuti tren.
Dengan semangat JOMO, kita akhirnya jadi bisa lebih fokus pada apa yang benar-benar memberi kepuasan dan kebahagiaan. Nah, dalam konteks keuangan, JOMO bisa jadi “alat” yang membuat generasi TikTok menjadi lebih bijaksana dan berpikir panjang. Terutama sih terhadap pengeluaran.
Efek terdekatnya, keputusan pembelian bisa dilakukan atas dasar value yang sebenarnya. Bukan cuma biar kelihatan edgy doang. Pastinya, hal ini akan lebih bagus efeknya untuk jangka panjang, karena membantu generasi TikTok membangun kebiasaan keuangan yang sehat.
Mengadopsi JOMO dalam mengelola keuangan bukan berarti menghindari pengeluaran sepenuhnya, melainkan membuat pilihan yang lebih “sadar”. Kita bisa membuat prioritas pada pengeluaran yang memang penting sesuai kebutuhan dan tujuan jangka panjang.
So, intinya memang pada menemukan keseimbangan antara menikmati kehidupan saat ini sambil juga menyiapkan diri untuk masa depan.
Dengan begitu, kita perlu tahu nih, bagaimana generasi TikTok dapat mengatasi tekanan FOMO dan merangkul JOMO sebagai cara untuk mengelola keuangan secara lebih efektif dan memperoleh kepuasan hidup yang lebih dalam.
Strategi Anti-FOMO, Menuju JOMO

Jadi, apa yang kudu dilakukan pertama, biar generasi TikTok ini bisa switching dari FOMO ke JOMO?
Ya pastinya kita harus mengatasi dulu rasa takut untuk ketinggalan tren. Kalau sudah enggak takut ketinggalan tren, rasanya FOMO bisa segera disingkirkan. Iya nggak sih?
1. Mengenali Value Diri Sendiri
Luangkan waktu untuk benar-benar memikirkan apa sih value kita sebenarnya? Apa yang membuat kita bahagia dan puas?
Dengan tahu apa value kita sebenarnya, kita bisa mendapatkan gambaran, apakah antara value dan kebutuhan dengan pengeluaran itu sudah selaras?
Gampangannya gini. Kalau dari meluangkan waktu di atas, ternyata kita sadar bahwa kita menganggap kesehatan mental dan fisik itu penting, misalnya. Maka, mungkin kita lebih butuh untuk membangun rutinitas olahraga, mengubah pola makan, atau belajar meditasi. Bukan belanja pakaian baru.
2. Membuat Anggaran
Nah, kalau sudah tahu sebenarnya maunya kita apa, maka selanjutnya, ya sudah pasti harus membuat anggarannya.
Misalnya, kalau mau pakai contoh yang sama dengan di atas, berarti mungkin kita lebih baik meluangkan waktu untuk mencari solusi tentang bagaimana supaya bisa rutin olahraga. Nah, di sini perlu hati-hati juga sih, teteup. Jangan sampai, kita merasa solusi terbaiknya adalah langganan gym, tapi ternyata ke depan membership itu dianggurin saja (lagi). Ya, itu sih namanya belum ketemu solusinya.
So, coba deh, diluangkan waktu, cari solusi yang bener-bener sesuai dengan masalahmu dan buat anggarannya. Kalau memang perlu membership gym ya enggak apa. Pastikan, beneran dipakai. Lalu, masukkan anggaran membership ini di anggaran rutin.
3. Penggunaan Media Sosial secara Sadar

Menggunakan media sosial dengan cara yang lebih sadar bisa membantu kita mengurangi perasaan harus selalu ikut serta dalam tren atau melakukan pembelian impulsif. Berikut adalah beberapa langkah konkret untuk menggunakannya dengan lebih bijak:
- Batasi Waktu Media Sosial: Tentukan batasan waktu harian untuk menggunakan media sosial. Misalnya, batasi diri hanya 30 menit atau 1 jam setiap hari.
- Evaluasi dan Kurangi Akun yang Diikuti: Lihat daftar akun yang diikuti. Tanyakan pada diri sendiri, apakah akun-akun ini membuat kita merasa positif? Apakah akun-akun itu mendorong kita untuk menghabiskan uang tanpa perlu? Jika iya, mungkin saatnya untuk berhenti mengikuti atau membatasi interaksi dengan akun-akun tersebut.
- Ikuti Akun Positif: Cari dan mulai mengikuti akun yang menyebarkan energi positif atau konten yang inspiratif. Ini bisa berupa akun yang fokus pada pengembangan diri, motivasi, tabungan dan investasi. Seperti akun QM Financial, misalnya?
- Waktu Detoks Media Sosial: Tentukan satu hari dalam seminggu sebagai hari detoks dari media sosial. Gunakan waktu ini untuk melakukan aktivitas yang tidak berkaitan dengan internet, seperti membaca buku, berolahraga, atau menghabiskan waktu dengan keluarga dan teman-teman.
Yang pasti sih, kudu sadarkan diri sendiri bahwa apa yang orang post di media sosial sering kali merupakan hal-hal yang bagus-bagus doang. Realitanya, bisa saja enggak sebagus itu. So, enggak perlu banget membandingkan hidup kita dengan snapshot momen terbaik orang lain.
Dengan mengambil langkah-langkah ini, generasi TikTok bisa mengurangi dampak negatif media sosial terhadap keuangan dan kesejahteraan mental. Pada akhirnya, kita pun bisa lebih menikmati kehidupan nyata dan membuat pilihan yang lebih sehat dan lebih bijaksana.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Langkah Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga dengan Gaji 3 Juta
Cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta memang bukan hal mudah. Namun, dengan perencanaan dan strategi yang tepat, hal ini bisa dicapai.
Buktinya, banyak kok keluarga berpendapatan terbatas berhasil mengelola keuangannya dengan baik. Mereka enggak hanya bisa memenuhi kebutuhan sehari-hari tapi bahkan juga bisa menabung.
Rahasia mereka terletak pada penerapan langkah-langkah pengelolaan keuangan yang cerdas dan disiplin.
Dalam dunia yang penuh ketidakpastian ini, memiliki kemampuan mengatur keuangan adalah keterampilan yang sangat berharga. Terlebih lagi, untuk keluarga dengan penghasilan 3 juta per bulan, setiap rupiah yang masuk dan keluar harus dihitung dengan cermat.
Kunci dari kesuksesan pengelolaan keuangan terletak pada pemahaman akan prioritas dan penggunaan sumber daya yang ada dengan efektif. Langkah-langkah yang akan diuraikan dalam artikel ini bertujuan untuk memberikan panduan dalam mencapai stabilitas finansial dengan gaji yang ada.
Table of Contents
Cara Mengatur Keuangan Rumah Tangga dengan Gaji 3 Juta

1. Kenali Pengeluaran
Memahami ke mana uang beredar setiap bulan adalah langkah awal yang penting dalam cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta. Kategorikan pengeluaran menjadi setidaknya 4 kategori besar: kebutuhan rutin, cicilan utang, investasi, dan lifestyle.
Kebutuhan rutin meliputi pengeluaran-pengeluaran untuk kebutuhan pokok, misalnya seperti makan, token listrik, pulsa, ongkos transportasi, perawatan diri, dan sebagainya. Cicilan utang termasuk KPR, cicilan kartu kredit, paylater, cicilan panci, dan sejenisnya. Investasi adalah pengeluaran-pengeluaran untuk dana darurat, dana pensiun, dana pendidikan anak, dan sebagainya. Sementara lifestyle adalah pengeluaran self reward, makan-makan di luar, hobi, dan sejenisnya.
Catatlah setiap pengeluaran yang dilakukan, sesuai dengan kategorinya. Dengan cara ini, kamu dapat mengendalikan cash flow dengan lebih baik. Dengan mencatat setiap pengeluaran, jelas terlihat apa saja yang menjadi lubang kebocoran uang. Dari situ, bisa dianalisis, mana pengeluaran yang bisa dipangkas atau diatur ulang.
Salah satu aspek terpenting dalam mengatur keuangan adalah membedakan antara kebutuhan dan keinginan. Banyak orang terjebak dalam membeli barang atau jasa yang sebenarnya tidak mereka butuhkan. Memahami perbedaan ini bisa menghemat jumlah uang yang cukup signifikan setiap bulannya. Dengan demikian, uang tersebut bisa dialokasikan untuk pos pengeluaran lain yang lebih penting atau untuk tabungan.
2. Pakai Formula 4-3-2-1
Memiliki anggaran yang jelas adalah fondasi kuat dalam cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta. Salah satu cara efektif untuk mengatur anggaran adalah dengan menerapkan formula 4-3-2-1.
Dalam pendekatan ini, 40% dari total penghasilan dialokasikan untuk kebutuhan rutin seperti makanan, tempat tinggal, dan transportasi. Selanjutnya, 30% ditujukan untuk membayar cicilan utang, apabila ada. Sementara itu, 20% bisa digunakan untuk kegiatan yang meningkatkan kualitas hidup, seperti hobi atau jalan-jalan. Terakhir, 10% dari penghasilan sebaiknya dialokasikan untuk investasi, yang akan berperan sebagai fondasi keuangan di masa depan.
Dengan gaji 3 juta, langkah pertama adalah menentukan jumlah uang untuk masing-masing kategori sesuai formula tersebut. Kurang lebih hitungannya seperti ini:
- Rp1.200.000 untuk kebutuhan rutin
- Rp900.000 (maksimal) untuk cicilan utang
- Rp600.000 untuk kegiatan lifestyle
- Rp300.000 untuk investasi.
Dari sini, lebih mudah mengalokasikan dana spesifik untuk makanan, tempat tinggal, transportasi, dan pendidikan dalam kategori kebutuhan rutin.

3. Tentukan Prioritas dan Fleksibel
Adalah penting bagi kita untuk mengenali prioritas dan fleksibel sebagai cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta. Artinya, kita harus bisa mengubah prioritas—meski sudah kita tentukan anggarannya—secepat kondisi yang berubah.
Misalnya saja, jika cicilan utang sudah lunas, bagian anggaran tersebut bisa dialihkan untuk menambah dana investasi atau tabungan. Demikian pula, jika terdapat kenaikan gaji, perlu mempertimbangkan untuk menyesuaikan alokasi anggaran agar sesuai dengan kebutuhan atau tujuan keuangan baru. Atau misalnya lagi butuh dana banyak karena ada pengeluaran ekstra yang penting, anggaran untuk lifestyle bisa dialihkan dulu.
Perlu bijak untuk memutuskan dan menentukan prioritas, juga fleksibel dengan kondisi. Namun, sekaligus disiplin juga terhadap anggaran yang sudah ditentukan.
4. Punyai Strategi Hemat di Semua Pos
Karena cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta itu cukup terbatas, kamu perlu punya banyak strategi jitu untuk penghematan. Hal-hal berikut ini bisa kamu lakukan untuk bisa menghemat di semua pos:
- Belanja di pasar lokal atau tradisional
- Manfaatkan beragam promo supermarket
- Hemat listrik dan air, matikan lampu dan keran saat enggak dipakai.
- Pilih moda transportasi yang lebih ekonomis, misalnya dengan transportasi umum.
- Pilih berjalan kaki atau bersepeda untuk jarak dekat.
- Liburan dengan piknik di taman lokal atau menonton film di rumah
- Daur ulang atau perbaiki barang daripada membeli baru
Dengan strategi yang tepat, mengurangi pengeluaran di semua pos bukan hanya mungkin, tapi juga dapat meningkatkan kualitas hidup.

5. Tambah Penghasilan
Mencari pendapatan tambahan merupakan langkah cerdas dalam cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta. Banyak peluang yang bisa dimanfaatkan, sesuai dengan kemampuan dan waktu yang tersedia.
Mulai dari pekerjaan sampingan seperti menulis lepas, desain grafis, atau menjual produk handmade online. Setiap kemampuan unik bisa menjadi sumber penghasilan tambahan.
Diversifikasi sumber pendapatan bukan hanya tentang menambah jumlah uang yang masuk. Lebih dari itu, ini tentang membangun kestabilan keuangan.
Dengan memiliki beberapa sumber pendapatan, risiko kehilangan pendapatan utama menjadi tidak terlalu menakutkan. Ini ibaratnya seperti membangun jaring pengaman finansial, sehingga ketika satu sumber pendapatan terganggu, masih ada sumber lain yang bisa diandalkan.
Mempraktikkan langkah-langkah dalam cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta di atas memang membutuhkan komitmen dan disiplin.
Namun, dengan pengetahuan dan strategi yang tepat, setiap keluarga dapat mencapai kestabilan finansial, dengan cara mengatur keuangan rumah tangga dengan gaji 3 juta ini. Untuk mendalami lebih jauh tentang cara mengatur keuangan dengan lebih efektif, yuk, bergabung dengan kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Persiapan Ibadah Puasa di Tengah Pandemi COVID-19
Nggak terasa ya, kurang lebih satu minggu lagi kita akan memasuki bulan Ramadan. Lalu apa saja persiapan ibadah puasa yang harus kita lakukan di tengah pandemi ini? Pastinya sih, ibadah puasa kali harus lebih banyak kamu jalani #dirumahaja.
Ya, pasti juga akan berbeda dari bulan-bulan Ramadan sebelumnya ya? Semoga kamu enggak bersedih ya, tapi justru menganggap momen Ramadan kali ini sebagai momen untuk benar-benar serius beribadah. Semoga dengan puasa kamu, semua kesulitan diangkat dan diringankan. Amin?
So, meski berbeda dengan Ramadan yang sudah-sudah, kita tetap harus melakukan beberapa persiapan nih. Salah satunya, yang terpenting adalah persiapan secara finansial. Karena kondisi berubah, arus kas berubah, maka harus ada penyesuaian juga saat kita menjalani ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19 seperti ini.
Apa saja yang bisa kita lakukan untuk persiapan ibadah puasa di tengah pandemi ini?

1. Anggarkan
Persiapan ibadah puasa secara finansial yang pertama pastinya adalah membuat anggaran.
Sekali lagi, kita akan menjalani Ramadan yang berbeda tahun ini. So, mungkin sekarang sudah enggak ada badai bukber lagi ya? Undangan-undangan buka bersama akan sangat berkurang, atau malah enggak ada sama sekali.
Jadi, kalau tahun kemarin kita harus memiliki anggaran khusus untuk bukber lantaran cukup bikin dompet kewalahan, tahun ini anggaran ini mungkin bisa dialihkan untuk menyusun menu sahur dan buka sendiri di rumah.
Berarti tabungan aman dari bocor dong? Belum tentu. Kita kan baru sekali ini menjalani ibadah puasa di tengah bencana wabah penyakit seperti ini? So, tetap waspada dengan pengeluaran-pengeluaran yang nggak perlu ya. Minimalkan dengan membuat anggaran. Catat setiap pengeluaran yang ada, dan evaluasi secara berkala.
Cek juga penghasilanmu, karena mungkin berubah juga. Jadi sesuaikan antara penghasilan dan pengeluaran.
2. Susun menu dan masak sendiri
Paling aman untuk tabungan adalah ketika kita bisa memasak sendiri untuk hidangan sahur dan buka puasa. So, selama masa persiapan ibadah puasa ini, kita bisa manfaatkan untuk menyusun menu.
Pastikan menu-menunya bergizi ya, karena kita benar-benar membutuhkan asupan baik belakangan ini. Kamu bisa menyusun menu secara mingguan atau sekaligus untuk sebulan.
Ya, enggak apa sih kalau mau sesekali juga pesan makanan online lewat aplikasi. Anggap saja sebagai selingan dan rekreasi. Atau, kamu juga bisa beli makanan atau bahannya dari bisnis teman-temanmu. Di WAG RT dan RW aja sekarang nggak ubahnya marketplace. Tiap hari ada promo ini itu, jualan anu apa saja. Ramai bener, dan menyenangkan.
Tapi ada baiknya, tetap kamu perhitungkan dan sesuaikan dengan kondisimu ya.

3. Stok seperlunya
Kalau sudah menyusun menu, maka selanjutnya kamu pasti butuh stok bahan makanan.
Satu saja rule-nya: jangan kebanyakan. Stok seperlunya, disesuaikan dengan menu yang sudah disusun dan juga banyaknya anggota keluarga di rumah. Selalu ingat, bahwa banyak yang lain yang juga memiliki kebutuhan yang sama, jadi berbagi ya.
Lagi pula, kulkasnya juga mungkin nggak muat kan?
4. Fokus pada sesama yang butuh bantuan
Ibadah puasa kali ini sepertinya akan sangat baik kalau kita lebih fokus lagi pada sesama dengan lebih banyak perhatian pada mereka dan berbagi.
Anggaran untuk buka bersama yang tahun ini berkurang juga bisa dialihkan nih ke pos sosial ini.
Yuk, kita bantu lebih banyak orang lagi yang terdampak COVID-19. Bisa mulai dari orang-orang di sekitar kita; tukang angkut sampah, pasukan penyapu jalan, tukang becak, dan lainnya. Kita juga bisa mendonasikan sebagian untuk mendukung para tenaga medis yang berada di garis depan. Karena mereka akan selalu butuh bantuan untuk mendapatkan APD.

5. Pindah online
Karena kita harus menghindari atau meminimalkan aktivitas di luar rumah, maka kita bisa memfokuskan diri lebih banyak untuk ibadah di rumah.
Kalau biasanya, kita bisa ngabuburit sambil lapar mata, sekarang ngabuburitnya ya di rumah saja. Siapkan saja rencana untuk melakukan beberapa aktivitas seru saat ngabuburit di rumah. Sepertinya, bakal banyak hal yang bisa dikerjakan sih. Mungkin juga akan banyak acara atau event online yang bisa diikuti untuk melewatkan ngabuburit dengan lebih berfaedah, semacam webinar, atau IG Live talkshow, atau kajian-kajian online.
Jadi, siapkan kuota yang cukup. Jangan lupa masukkan ke dalam anggaran ya.
Itu dia beberapa persiapan ibadah puasa yang bisa kita lakukan, untuk menikmati bulan Ramadan di tengah masa pandemi COVID-19 seperti sekarang. Percaya deh, kualitas ibadahmu tidak akan berkurang kok dengan hanya mengurangi aktivitas di luar rumah.
Tetap semangat menjalaninya ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Hal tentang Alokasi Arus Kas di Masa Karantina Mandiri
Apa kabar kamu yang masih karantina mandiri? Semoga masih survive lahir batin sampai hari ini. Salah satu hal keuangan yang harus kamu sesuaikan selama masa karantina mandiri (yang sudah diperpanjang) ini adalah alokasi arus kas kamu.
Bisa ngebayangin nggak sih, sudahlah badan kurang sehat, eh … keuangan ternyata juga enggak mendukung.
QM Financial sudah beberapa kali membuat artikel dan juga sharing di media sosial mengenai betapa pentingnya mengatur keuangan dan terutama soal alokasi arus kas ini. Salah satu tujuan terbesarnya adalah agar keuangan bisa menjadi pendukungmu untuk keep going and surviving, alih-alih menjadi bakal masalah yang bikin tambah runyam.
Itu harapannya.
So, sekarang rutinitas hidup kita berubah. Yang tadinya berangkat ke kantor untuk bekerja, sekarang harus kerja dari rumah. Yang sekolah, juga harus menjalani pendidikan secara online. Begitu juga beribadah, kita beribadah sendiri-sendiri di rumah.
Yes, semua berubah. Tak pelak, kita pun harus menyusun lagi kebiasaan-kebiasaan kita, termasuk dalam hal keuangan. Apa saja yang berubah dan harus diubah, dalam arti disesuaikan?
5 Hal Alokasi Arus Kas yang Harus Disesuaikan di Masa Karantina Mandiri

1. Cicilan utang
Apa kabar cicilan utangmu? Masih berapa lagi tagihannya?
Alokasi arus kas yang paling penting memang ada di pos cicilan utang. Jadi, kalau kamu mau mengatur ulang, di pos ini kamu bisa memulainya. Kalau kamu kewalahan lantaran bisnis atau pekerjaanmu terimbas oleh pandemi ini, kamu bisa mengajukan keringanan pada pihak pemberi pinjaman.
Pemerintah sendiri menjanjikan kelonggaran pelunasan kredit hingga satu tahun bagi para pekerja informal. Bagaimana dengan kita, orang kantoran, yang bergaji UMR, bukan pekerja informal tapi gaji juga nggak gede-gede amat? Selamat! Kita sudah dianggap mampu untuk mengatur keuangan kita sendiri, tanpa harus dibantu oleh pemerintah. Jadi, coba cari jalan untuk bisa mengulur waktu.
Toh, dengan kondisi seperti ini, pihak pemberi pinjaman kemungkinan besar juga akan memahami. Semua orang terimbas kan? Jadi, tak ada salahnya meminta keringanan jika memang kamu kewalahan.
2. Efisiensi belanja
Salah satu opsi mengubah alokasi arus kas yang bisa kamu lakukan adalah menurunkan standar kualitas hidup untuk sementara waktu. Kalau tadinya apa-apa harus merek super, sekarang bolehlah diturunkan sedikit. Misalnya, beras juga enggak harus grade A, grade B pun masih enak kok dimakan. Harganya lebih bersahabat. Bisa dipakai untuk tambahan lauk yang bergizi.
Selain itu, coba efisien dan efektifkan waktu belanja. Cukup belanja sekali seminggu, tanpa mesti menimbun. Bagi-bagilah dengan sesama yang lain. Mereka juga punya kebutuhan yang sama. Buatlah daftar kebutuhan, and stick to it! Segera pulang setelah selesai belanja.
Seminggu kemudian, kita bisa keluar dan belanja lagi. Cukupkan perbekalan hasil belanja kali ini untuk seminggu.
Bisa kan? Bisa dong.

3. Sosial
Alokasi arus kas untuk pengeluaran sosial juga bisa berubah. Tanpa menghilangkannya sama sekali, kita bisa mengalihkannya ke bentuk solidaritas pada sesama yang membutuhkan. Apalagi jika kamu memang punya lebih.
Seperti tempo hari, ada gerakan untuk membelikan makanan untuk para driver ojol. Nominalnya mungkin kecil, tapi efeknya bagi mereka yang butuh pasti sangat besar.
Kamu juga bisa ikut merawat tetangga kiri kanan, atau saudara, yang sudah lanjut usia. Kalau mau ke supermarket, sekalian deh tanya, mereka butuh apa? Sekalian dibelanjain.
Pengeluaran sosial justru tidak boleh dikurangi di masa sulit seperti ini. Percaya deh, kalau kita punya solidaritas tinggi terhadap sesama, pasti nanti suatu saat kebaikan itu akan kembali juga pada kita.
4. Cek investasi
Apa kabar investasimu? Apakah kamu sedang menekuri nasib lantaran investasi sahammu bergerak ke arah yang kurang menyenangkan?
Tenang. Jangan terburu-buru untuk panik dulu. Ingatlah untuk selalu balik lagi ke #TujuanLoApa, dan rencana semula. Kamu investasi untuk apa? Berapa lama? Lakukan analisis, apakah dengan jangka waktu sekian itu, investasimu masih aman? Jika memang waktunya masih panjang, kamu enggak perlu panik. Sejarahnya, grafik investasi memang selalu berfluktuasi, sehingga nanti akan bounce back juga pada waktunya.
Namun, jika sekarang kamu butuh dananya, maka boleh saja kamu pertimbangkan untuk dicairkan. Perhitungkan untung ruginya dengan saksama ya.

5. Lifestyle
Kalau dalam alokasi arus kas biasanya, kamu bisa “menghabiskan” 20% dari gaji untuk pos lifestyle. Nah, sekarang kamu perlu cermati kembali. Bisakah dihemat lagi? Mungkin mereknya yang harus diganti dari grade A menjadi grade B? Atau bahkan bisa ditunda saja?
Toh, kamu akan lebih banyak melewatkan waktumu di rumah kan? Pos buat nongkrong di kafe mungkin bisa kamu alihkan untuk menambah kuota internet untuk memperlancar kerjaan.
Cek lagi ya, di setiap posnya.
Hidup memang lagi berubah. Alokasi arus kas juga akan berubah, menyesuaikan kondisi. Namun, kita pasti bisa mengatasinya. Intinya: catat ulang semua pengeluaranmu, sehingga kamu akan menemukan polanya lagi.
Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Sering Bikin Bocor Dadakan dan Tanpa Sadar
Ya gitu deh. Kadang adaaa aja pengeluaran rumah tangga di luar anggaran rutin bulanan, yang kemudian bikin tabungan bocor dadakan, atau bahkan tanpa sadar terjadi.
Yah, begitulah. Kadang kita sudah berusaha sungguh-sungguh untuk menyusun anggaran yang pas, tapi pengeluaran kadang ada saja. Atau mungkin, kita sudah membuat anggaran bulanan berdasarkan pengeluaran bulan sebelumnya tanpa sadar bahwa anggaran bulan sebelumnya juga bocor. Jadi auto bocor juga kan, anggaran bulan ini?
Jadi, ayo kenali pengeluaran rumah tangga apa saja yang bikin anggaran jadi bocor, supaya bulan depan kita bisa menyusun anggaran yang lebih pas dan lebih baik? Yuk, kita lihat satu per satu.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Bisa Bikin Anggaran Bocor

1. Keseringan pesan makan layan antar
Sibuk sih. Iya, tahu kok. Memang keluarga zaman sekarang semakin sibuk. Tuntutan dan gaya hidup yang semakin tinggi juga akhirnya “memaksa” kedua orang tua harus bekerja. Akhirnya, demi kepraktisan, pesan makanan online aja deh.
Well, semoga pada sadar kalau ada selisih harga antara yang di aplikasi dengan harga di warung sebenarnya. Juga ada ongkos buat nganter makanan ke rumah. Memang ada diskon untuk delivery fee, kadang ya? Besarnya bisa setengah lebih. Tapi misalnya nih, ada selisih Rp5.000 untuk harga makanan, plus ongkos kirim Rp10.000 (meski ini sudah diskon dari Rp18.000, misalnya). Nah, sudah Rp15.000 tambahan sendiri untuk makanan kan?
Kalau Rp15.000 dipakai buat masak sendiri, barangkali sudah jadi tambahan lauk ekstra deh.
It’s ok sih kalau sesekali pesan online, apalagi kalau capek banget. Tapi ada baiknya kalau beri proporsi dalam pengeluaran rumah tangga secara tersendiri. Selebihnya, usahakan untuk memasak saja. Atau kalau enggak ya, mampir ke warungnya lalu pesan takeaway, sembari pulang dari kantor.
Lebih hemat, cobain deh.
2. Belanja kecil di minimarket
Duh, pasta gigi habis. Wah, minyak goreng tinggal sedikit. Ouch, butuh sabun pel nih. Lalu berangkatlah ke minimarket yang terdekat.
Minimarket memang cukup menolong, kalau butuh sesuatu yang sifatnya darurat. Tapi, belanja-belanji kecil di minimarket keseringan juga bisa bikin pengeluaran rumah tangga jadi bocor alus.
Lagi-lagi karena ada selisih harga antara minimarket franchise itu dengan harga barang misalnya di hypermarket besar, apalagi di pasar tradisional. Lumayan juga lo, antara Rp2.000 sampai belasan ribu.

3. Boros listrik
Pergi dari rumah, lupa mematikan lampu kamar. AC juga masih menyala. Tidur sambil ditonton sama televisi, alih-alih kita yang nonton tivi.
Saking menjadi kebiasaan, kita jadi enggak ngeuh kalau hal-hal seperti ini bakalan memengaruhi tagihan listrik, atau jadi bikin beli token lebih sering.
Coba yuk, dikurang-kurangi dan dihemat pemakaian listriknya. Matikan alat-alat yang tidak digunakan. Kalau perlu, buat ceklis di dekat pintu rumah, berisi alat apa saja yang harus dimatikan; lampu, AC, kipas angin, TV, pompa air, kompor, dan lain-lain. Selain agar lebih hemat, juga faktor safety lo!
Oh iya, ganti juga lampu-lampu pendar dan neonnya dengan lampu hemat energi. It works lo, untuk memangkas tagihan listrik di pengeluaran rumah tangga bulanan.
4. Boros air
Penyebab pengeluaran rumah tangga bocor yang keempat ini sama aja kayak poin ketiga di atas. Saking begitu terbiasa.
Keran bocor enggak segera diperbaiki. Siram tanaman dengan air leding dua kali sehari.
Itu beberapa contoh dari borosnya kita menggunakan air. Coba deh, segera perbaiki keran bocor, biar enggak nambah tagihan PDAM. Begitu juga dengan menyiram tanaman. Kalau lagi musim hujan begini, coba tampung air hujan. Bisa dipakai untuk menyiram tanaman nanti.
Ibu saya di rumah malah rajin banget menampung air cucian bahan makanan–air cucian beras, air cucian sayur dan buah, dan lain sebagainya–untuk kemudian disiramkan ke tanaman. Malah koleksi tanamannya jadi subur banget.

5. Langganan ini-itu yang enggak maksimal dinikmati
Langganan TV kabel, padahal sehari-hari saja sudah pergi pagi pulang malam, dan weekend lebih suka pergi sekeluarga nonton film ke bioskop. Langganan majalah dan koran, tapi lebih suka baca berita di gadget. Langganan aplikasi musik premium, padahal ya, kalau pakai yang gratisan juga bisa (meski “terganggu” iklan). Jadi member gym, padahal rajin olahraganya cuma 1 minggu pertama.
Mubazir banget kan, pengeluaran rumah tangga yang kelima ini, kalau misalnya memang ada? Coba yuk, diperiksa lagi. Apakah ada langganan-langganan yang enggak bisa dinikmati maksimal? Kalau ada, mending berhenti saja.
6. Perbaikan rumah dan kendaraan
Rumah dan kendaraan pada umumnya akan mulai “rewel” begitu masuk usia kelima tahun.
Kalau rumah ya misalnya atap bocor, dinding mulai mengelupas, lantai pecah–belum lagi alat dan perabotan yang rusak dan perlu diperbaiki. Demikian juga dengan kendaraan–mobil misalnya. Memasuki tahun kelima, pasti mulai minta ganti parts ini itu–accu, ban, kampas, dan seterusnya.
Jadi, mesti disiapkan deh dana pos pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan satu ini. Ini sih bukan bocor halus ya, karena bakalan kerasa banget. Tapi, dadakan biasanya, dan enggak bisa ditunda.

7. Mupeng sama diskon, tanpa perhitungan
“Buy 2 get 3”–nah, kan jadi beli 2 item, padahal butuhnya cuma satu.
“Diskon 10% untuk pembelian kedua”–nah, ini juga sama saja, jadi beli 2 biji, padahal butuhnya ya satu doang.
“Gratis planner cantik untuk pembelanjaan minimal Rp500.000”–yha! Jadi cari-cari barang lagi biar bisa genap Rp500.000, plannernya lucuk soalnya!
Siapa nih yang sering kejadian begini?
Enggak hanya sebagai penyebab bocor pengeluaran rumah tangga, bocor ketujuh ini juga sering terjadi pada mereka yang masih singles. Iya apa iya?
Cara mengatasinya gampang sebenarnya: belilah sesuai kebutuhan. Sudah, begitu saja kok.
Nah, jadi, pengeluaran rumah tangga yang mana nih yang sampai sekarang masih jadi “monster” pembuat anggaran bulanan keluarga bocor? Atau, ada yang lain? Coba tulis di kolom komen ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.