Persiapan Ibadah Puasa di Tengah Pandemi COVID-19
Nggak terasa ya, kurang lebih satu minggu lagi kita akan memasuki bulan Ramadan. Lalu apa saja persiapan ibadah puasa yang harus kita lakukan di tengah pandemi ini? Pastinya sih, ibadah puasa kali harus lebih banyak kamu jalani #dirumahaja.
Ya, pasti juga akan berbeda dari bulan-bulan Ramadan sebelumnya ya? Semoga kamu enggak bersedih ya, tapi justru menganggap momen Ramadan kali ini sebagai momen untuk benar-benar serius beribadah. Semoga dengan puasa kamu, semua kesulitan diangkat dan diringankan. Amin?
So, meski berbeda dengan Ramadan yang sudah-sudah, kita tetap harus melakukan beberapa persiapan nih. Salah satunya, yang terpenting adalah persiapan secara finansial. Karena kondisi berubah, arus kas berubah, maka harus ada penyesuaian juga saat kita menjalani ibadah puasa di tengah pandemi COVID-19 seperti ini.
Apa saja yang bisa kita lakukan untuk persiapan ibadah puasa di tengah pandemi ini?

1. Anggarkan
Persiapan ibadah puasa secara finansial yang pertama pastinya adalah membuat anggaran.
Sekali lagi, kita akan menjalani Ramadan yang berbeda tahun ini. So, mungkin sekarang sudah enggak ada badai bukber lagi ya? Undangan-undangan buka bersama akan sangat berkurang, atau malah enggak ada sama sekali.
Jadi, kalau tahun kemarin kita harus memiliki anggaran khusus untuk bukber lantaran cukup bikin dompet kewalahan, tahun ini anggaran ini mungkin bisa dialihkan untuk menyusun menu sahur dan buka sendiri di rumah.
Berarti tabungan aman dari bocor dong? Belum tentu. Kita kan baru sekali ini menjalani ibadah puasa di tengah bencana wabah penyakit seperti ini? So, tetap waspada dengan pengeluaran-pengeluaran yang nggak perlu ya. Minimalkan dengan membuat anggaran. Catat setiap pengeluaran yang ada, dan evaluasi secara berkala.
Cek juga penghasilanmu, karena mungkin berubah juga. Jadi sesuaikan antara penghasilan dan pengeluaran.
2. Susun menu dan masak sendiri
Paling aman untuk tabungan adalah ketika kita bisa memasak sendiri untuk hidangan sahur dan buka puasa. So, selama masa persiapan ibadah puasa ini, kita bisa manfaatkan untuk menyusun menu.
Pastikan menu-menunya bergizi ya, karena kita benar-benar membutuhkan asupan baik belakangan ini. Kamu bisa menyusun menu secara mingguan atau sekaligus untuk sebulan.
Ya, enggak apa sih kalau mau sesekali juga pesan makanan online lewat aplikasi. Anggap saja sebagai selingan dan rekreasi. Atau, kamu juga bisa beli makanan atau bahannya dari bisnis teman-temanmu. Di WAG RT dan RW aja sekarang nggak ubahnya marketplace. Tiap hari ada promo ini itu, jualan anu apa saja. Ramai bener, dan menyenangkan.
Tapi ada baiknya, tetap kamu perhitungkan dan sesuaikan dengan kondisimu ya.

3. Stok seperlunya
Kalau sudah menyusun menu, maka selanjutnya kamu pasti butuh stok bahan makanan.
Satu saja rule-nya: jangan kebanyakan. Stok seperlunya, disesuaikan dengan menu yang sudah disusun dan juga banyaknya anggota keluarga di rumah. Selalu ingat, bahwa banyak yang lain yang juga memiliki kebutuhan yang sama, jadi berbagi ya.
Lagi pula, kulkasnya juga mungkin nggak muat kan?
4. Fokus pada sesama yang butuh bantuan
Ibadah puasa kali ini sepertinya akan sangat baik kalau kita lebih fokus lagi pada sesama dengan lebih banyak perhatian pada mereka dan berbagi.
Anggaran untuk buka bersama yang tahun ini berkurang juga bisa dialihkan nih ke pos sosial ini.
Yuk, kita bantu lebih banyak orang lagi yang terdampak COVID-19. Bisa mulai dari orang-orang di sekitar kita; tukang angkut sampah, pasukan penyapu jalan, tukang becak, dan lainnya. Kita juga bisa mendonasikan sebagian untuk mendukung para tenaga medis yang berada di garis depan. Karena mereka akan selalu butuh bantuan untuk mendapatkan APD.

5. Pindah online
Karena kita harus menghindari atau meminimalkan aktivitas di luar rumah, maka kita bisa memfokuskan diri lebih banyak untuk ibadah di rumah.
Kalau biasanya, kita bisa ngabuburit sambil lapar mata, sekarang ngabuburitnya ya di rumah saja. Siapkan saja rencana untuk melakukan beberapa aktivitas seru saat ngabuburit di rumah. Sepertinya, bakal banyak hal yang bisa dikerjakan sih. Mungkin juga akan banyak acara atau event online yang bisa diikuti untuk melewatkan ngabuburit dengan lebih berfaedah, semacam webinar, atau IG Live talkshow, atau kajian-kajian online.
Jadi, siapkan kuota yang cukup. Jangan lupa masukkan ke dalam anggaran ya.
Itu dia beberapa persiapan ibadah puasa yang bisa kita lakukan, untuk menikmati bulan Ramadan di tengah masa pandemi COVID-19 seperti sekarang. Percaya deh, kualitas ibadahmu tidak akan berkurang kok dengan hanya mengurangi aktivitas di luar rumah.
Tetap semangat menjalaninya ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Hal tentang Alokasi Arus Kas di Masa Karantina Mandiri
Apa kabar kamu yang masih karantina mandiri? Semoga masih survive lahir batin sampai hari ini. Salah satu hal keuangan yang harus kamu sesuaikan selama masa karantina mandiri (yang sudah diperpanjang) ini adalah alokasi arus kas kamu.
Bisa ngebayangin nggak sih, sudahlah badan kurang sehat, eh … keuangan ternyata juga enggak mendukung.
QM Financial sudah beberapa kali membuat artikel dan juga sharing di media sosial mengenai betapa pentingnya mengatur keuangan dan terutama soal alokasi arus kas ini. Salah satu tujuan terbesarnya adalah agar keuangan bisa menjadi pendukungmu untuk keep going and surviving, alih-alih menjadi bakal masalah yang bikin tambah runyam.
Itu harapannya.
So, sekarang rutinitas hidup kita berubah. Yang tadinya berangkat ke kantor untuk bekerja, sekarang harus kerja dari rumah. Yang sekolah, juga harus menjalani pendidikan secara online. Begitu juga beribadah, kita beribadah sendiri-sendiri di rumah.
Yes, semua berubah. Tak pelak, kita pun harus menyusun lagi kebiasaan-kebiasaan kita, termasuk dalam hal keuangan. Apa saja yang berubah dan harus diubah, dalam arti disesuaikan?
5 Hal Alokasi Arus Kas yang Harus Disesuaikan di Masa Karantina Mandiri

1. Cicilan utang
Apa kabar cicilan utangmu? Masih berapa lagi tagihannya?
Alokasi arus kas yang paling penting memang ada di pos cicilan utang. Jadi, kalau kamu mau mengatur ulang, di pos ini kamu bisa memulainya. Kalau kamu kewalahan lantaran bisnis atau pekerjaanmu terimbas oleh pandemi ini, kamu bisa mengajukan keringanan pada pihak pemberi pinjaman.
Pemerintah sendiri menjanjikan kelonggaran pelunasan kredit hingga satu tahun bagi para pekerja informal. Bagaimana dengan kita, orang kantoran, yang bergaji UMR, bukan pekerja informal tapi gaji juga nggak gede-gede amat? Selamat! Kita sudah dianggap mampu untuk mengatur keuangan kita sendiri, tanpa harus dibantu oleh pemerintah. Jadi, coba cari jalan untuk bisa mengulur waktu.
Toh, dengan kondisi seperti ini, pihak pemberi pinjaman kemungkinan besar juga akan memahami. Semua orang terimbas kan? Jadi, tak ada salahnya meminta keringanan jika memang kamu kewalahan.
2. Efisiensi belanja
Salah satu opsi mengubah alokasi arus kas yang bisa kamu lakukan adalah menurunkan standar kualitas hidup untuk sementara waktu. Kalau tadinya apa-apa harus merek super, sekarang bolehlah diturunkan sedikit. Misalnya, beras juga enggak harus grade A, grade B pun masih enak kok dimakan. Harganya lebih bersahabat. Bisa dipakai untuk tambahan lauk yang bergizi.
Selain itu, coba efisien dan efektifkan waktu belanja. Cukup belanja sekali seminggu, tanpa mesti menimbun. Bagi-bagilah dengan sesama yang lain. Mereka juga punya kebutuhan yang sama. Buatlah daftar kebutuhan, and stick to it! Segera pulang setelah selesai belanja.
Seminggu kemudian, kita bisa keluar dan belanja lagi. Cukupkan perbekalan hasil belanja kali ini untuk seminggu.
Bisa kan? Bisa dong.

3. Sosial
Alokasi arus kas untuk pengeluaran sosial juga bisa berubah. Tanpa menghilangkannya sama sekali, kita bisa mengalihkannya ke bentuk solidaritas pada sesama yang membutuhkan. Apalagi jika kamu memang punya lebih.
Seperti tempo hari, ada gerakan untuk membelikan makanan untuk para driver ojol. Nominalnya mungkin kecil, tapi efeknya bagi mereka yang butuh pasti sangat besar.
Kamu juga bisa ikut merawat tetangga kiri kanan, atau saudara, yang sudah lanjut usia. Kalau mau ke supermarket, sekalian deh tanya, mereka butuh apa? Sekalian dibelanjain.
Pengeluaran sosial justru tidak boleh dikurangi di masa sulit seperti ini. Percaya deh, kalau kita punya solidaritas tinggi terhadap sesama, pasti nanti suatu saat kebaikan itu akan kembali juga pada kita.
4. Cek investasi
Apa kabar investasimu? Apakah kamu sedang menekuri nasib lantaran investasi sahammu bergerak ke arah yang kurang menyenangkan?
Tenang. Jangan terburu-buru untuk panik dulu. Ingatlah untuk selalu balik lagi ke #TujuanLoApa, dan rencana semula. Kamu investasi untuk apa? Berapa lama? Lakukan analisis, apakah dengan jangka waktu sekian itu, investasimu masih aman? Jika memang waktunya masih panjang, kamu enggak perlu panik. Sejarahnya, grafik investasi memang selalu berfluktuasi, sehingga nanti akan bounce back juga pada waktunya.
Namun, jika sekarang kamu butuh dananya, maka boleh saja kamu pertimbangkan untuk dicairkan. Perhitungkan untung ruginya dengan saksama ya.

5. Lifestyle
Kalau dalam alokasi arus kas biasanya, kamu bisa “menghabiskan” 20% dari gaji untuk pos lifestyle. Nah, sekarang kamu perlu cermati kembali. Bisakah dihemat lagi? Mungkin mereknya yang harus diganti dari grade A menjadi grade B? Atau bahkan bisa ditunda saja?
Toh, kamu akan lebih banyak melewatkan waktumu di rumah kan? Pos buat nongkrong di kafe mungkin bisa kamu alihkan untuk menambah kuota internet untuk memperlancar kerjaan.
Cek lagi ya, di setiap posnya.
Hidup memang lagi berubah. Alokasi arus kas juga akan berubah, menyesuaikan kondisi. Namun, kita pasti bisa mengatasinya. Intinya: catat ulang semua pengeluaranmu, sehingga kamu akan menemukan polanya lagi.
Semangat ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Sering Bikin Bocor Dadakan dan Tanpa Sadar
Ya gitu deh. Kadang adaaa aja pengeluaran rumah tangga di luar anggaran rutin bulanan, yang kemudian bikin tabungan bocor dadakan, atau bahkan tanpa sadar terjadi.
Yah, begitulah. Kadang kita sudah berusaha sungguh-sungguh untuk menyusun anggaran yang pas, tapi pengeluaran kadang ada saja. Atau mungkin, kita sudah membuat anggaran bulanan berdasarkan pengeluaran bulan sebelumnya tanpa sadar bahwa anggaran bulan sebelumnya juga bocor. Jadi auto bocor juga kan, anggaran bulan ini?
Jadi, ayo kenali pengeluaran rumah tangga apa saja yang bikin anggaran jadi bocor, supaya bulan depan kita bisa menyusun anggaran yang lebih pas dan lebih baik? Yuk, kita lihat satu per satu.
7 Pengeluaran Rumah Tangga yang Bisa Bikin Anggaran Bocor

1. Keseringan pesan makan layan antar
Sibuk sih. Iya, tahu kok. Memang keluarga zaman sekarang semakin sibuk. Tuntutan dan gaya hidup yang semakin tinggi juga akhirnya “memaksa” kedua orang tua harus bekerja. Akhirnya, demi kepraktisan, pesan makanan online aja deh.
Well, semoga pada sadar kalau ada selisih harga antara yang di aplikasi dengan harga di warung sebenarnya. Juga ada ongkos buat nganter makanan ke rumah. Memang ada diskon untuk delivery fee, kadang ya? Besarnya bisa setengah lebih. Tapi misalnya nih, ada selisih Rp5.000 untuk harga makanan, plus ongkos kirim Rp10.000 (meski ini sudah diskon dari Rp18.000, misalnya). Nah, sudah Rp15.000 tambahan sendiri untuk makanan kan?
Kalau Rp15.000 dipakai buat masak sendiri, barangkali sudah jadi tambahan lauk ekstra deh.
It’s ok sih kalau sesekali pesan online, apalagi kalau capek banget. Tapi ada baiknya kalau beri proporsi dalam pengeluaran rumah tangga secara tersendiri. Selebihnya, usahakan untuk memasak saja. Atau kalau enggak ya, mampir ke warungnya lalu pesan takeaway, sembari pulang dari kantor.
Lebih hemat, cobain deh.
2. Belanja kecil di minimarket
Duh, pasta gigi habis. Wah, minyak goreng tinggal sedikit. Ouch, butuh sabun pel nih. Lalu berangkatlah ke minimarket yang terdekat.
Minimarket memang cukup menolong, kalau butuh sesuatu yang sifatnya darurat. Tapi, belanja-belanji kecil di minimarket keseringan juga bisa bikin pengeluaran rumah tangga jadi bocor alus.
Lagi-lagi karena ada selisih harga antara minimarket franchise itu dengan harga barang misalnya di hypermarket besar, apalagi di pasar tradisional. Lumayan juga lo, antara Rp2.000 sampai belasan ribu.

3. Boros listrik
Pergi dari rumah, lupa mematikan lampu kamar. AC juga masih menyala. Tidur sambil ditonton sama televisi, alih-alih kita yang nonton tivi.
Saking menjadi kebiasaan, kita jadi enggak ngeuh kalau hal-hal seperti ini bakalan memengaruhi tagihan listrik, atau jadi bikin beli token lebih sering.
Coba yuk, dikurang-kurangi dan dihemat pemakaian listriknya. Matikan alat-alat yang tidak digunakan. Kalau perlu, buat ceklis di dekat pintu rumah, berisi alat apa saja yang harus dimatikan; lampu, AC, kipas angin, TV, pompa air, kompor, dan lain-lain. Selain agar lebih hemat, juga faktor safety lo!
Oh iya, ganti juga lampu-lampu pendar dan neonnya dengan lampu hemat energi. It works lo, untuk memangkas tagihan listrik di pengeluaran rumah tangga bulanan.
4. Boros air
Penyebab pengeluaran rumah tangga bocor yang keempat ini sama aja kayak poin ketiga di atas. Saking begitu terbiasa.
Keran bocor enggak segera diperbaiki. Siram tanaman dengan air leding dua kali sehari.
Itu beberapa contoh dari borosnya kita menggunakan air. Coba deh, segera perbaiki keran bocor, biar enggak nambah tagihan PDAM. Begitu juga dengan menyiram tanaman. Kalau lagi musim hujan begini, coba tampung air hujan. Bisa dipakai untuk menyiram tanaman nanti.
Ibu saya di rumah malah rajin banget menampung air cucian bahan makanan–air cucian beras, air cucian sayur dan buah, dan lain sebagainya–untuk kemudian disiramkan ke tanaman. Malah koleksi tanamannya jadi subur banget.

5. Langganan ini-itu yang enggak maksimal dinikmati
Langganan TV kabel, padahal sehari-hari saja sudah pergi pagi pulang malam, dan weekend lebih suka pergi sekeluarga nonton film ke bioskop. Langganan majalah dan koran, tapi lebih suka baca berita di gadget. Langganan aplikasi musik premium, padahal ya, kalau pakai yang gratisan juga bisa (meski “terganggu” iklan). Jadi member gym, padahal rajin olahraganya cuma 1 minggu pertama.
Mubazir banget kan, pengeluaran rumah tangga yang kelima ini, kalau misalnya memang ada? Coba yuk, diperiksa lagi. Apakah ada langganan-langganan yang enggak bisa dinikmati maksimal? Kalau ada, mending berhenti saja.
6. Perbaikan rumah dan kendaraan
Rumah dan kendaraan pada umumnya akan mulai “rewel” begitu masuk usia kelima tahun.
Kalau rumah ya misalnya atap bocor, dinding mulai mengelupas, lantai pecah–belum lagi alat dan perabotan yang rusak dan perlu diperbaiki. Demikian juga dengan kendaraan–mobil misalnya. Memasuki tahun kelima, pasti mulai minta ganti parts ini itu–accu, ban, kampas, dan seterusnya.
Jadi, mesti disiapkan deh dana pos pengeluaran rumah tangga untuk kebutuhan satu ini. Ini sih bukan bocor halus ya, karena bakalan kerasa banget. Tapi, dadakan biasanya, dan enggak bisa ditunda.

7. Mupeng sama diskon, tanpa perhitungan
“Buy 2 get 3”–nah, kan jadi beli 2 item, padahal butuhnya cuma satu.
“Diskon 10% untuk pembelian kedua”–nah, ini juga sama saja, jadi beli 2 biji, padahal butuhnya ya satu doang.
“Gratis planner cantik untuk pembelanjaan minimal Rp500.000”–yha! Jadi cari-cari barang lagi biar bisa genap Rp500.000, plannernya lucuk soalnya!
Siapa nih yang sering kejadian begini?
Enggak hanya sebagai penyebab bocor pengeluaran rumah tangga, bocor ketujuh ini juga sering terjadi pada mereka yang masih singles. Iya apa iya?
Cara mengatasinya gampang sebenarnya: belilah sesuai kebutuhan. Sudah, begitu saja kok.
Nah, jadi, pengeluaran rumah tangga yang mana nih yang sampai sekarang masih jadi “monster” pembuat anggaran bulanan keluarga bocor? Atau, ada yang lain? Coba tulis di kolom komen ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
9 Istilah Keuangan Pribadi Paling Sederhana yang Harus Dipahami
Susah juga, kalau mau mengelola keuangan tapi belum paham betul apa saja yang dibahas. Bener nggak? Mau baca tip segala macam, tapi beberapa istilah keuangan pribadi enggak paham artinya. Ya bhay saja deh akhirnya.
Pemahaman memang menjadi hal pertama yang harus dicapai lebih dulu. Kalau kita paham betul dengan apa yang kita baca, dan juga apa yang kita omongkan, biasanya sih ya lebih mudah memahami hal-hal lainnya juga.
Banyak istilah keuangan pribadi yang masih terdengar asing di telinga, tapi sudah mencoba belajar investasi, akhirnya ketemulah beberapa istilah dalam saham yang lebih rumit … ya bakalan susah juga.
So, ayo belajar dari yang paling basic dulu, yaitu memahami beberapa istilah keuangan pribadi yang bakalan paling sering kamu temui–terutama sih, kalau kamu suka baca-baca artikel di situs ini ataupun follow akun Instagram QM Financial.
Kamu bakalan banyak menemukan istilah keuangan pribadi berikut ini.

1. Pengeluaran
Dalam laporan keuangan pribadi, pengeluaran berarti adalah uang-uang yang kita belanjakan untuk berbagai keperluan.
Di QM Financial, kita membagi pengeluaran dalam 5 pos:
- Cicilan/utang, yaitu uang yang digunakan untuk mencicil atau membayar kembali utang yang kita lakukan. Misalnya cicilan KPR, cicilan kartu kredit, dan sebagainya.
- Investasi/tabungan, yaitu sejumlah uang yang kita sisihkan untuk disimpan–biar enggak ikut terbelanjakan demi tujuan tertentu. Kadang tak hanya menabung, kita juga berinvestasi, yaitu menanam uang di suatu tempat agar bisa berkembang atau menguntungkan.
- Pengeluaran rutin, yaitu uang-uang yang kita belanjakan untuk keperluan rutin, seperti listrik, groceries, dan sebagainya.
- Dana sosial, adalah uang-uang yang dikeluarkan demi tujuan sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya.
- Lifestyle, adalah uang yang dibelanjakan untuk kebutuhan tersier, yang penting nggak penting, yang kadang hanya untuk memenuhi keinginan alih-alih kebutuhan.
2. Pendapatan
Pendapatan atau pemasukan atau penghasilan adalah uang atau materi yang kita dapatkan sebagai hasil usaha atau jerih payah kita.
Kalau karyawan ada gaji, untuk freelancer ada fee. Kalau pebisnis? Gaji juga, dari bisnisnya. Kalau investor, dari capital gain ataupun dari deviden.
3. Kekayaan bersih
Istilah keuangan pribadi yang ketiga ini berarti adalah selisih dari pendapatan keseluruhan plus aset, kemudian dikurangi dengan pengeluaran, termasuk posisi utang.
Nilai kekayaan bersih inilah yang akan menentukan apakah kita punya kondisi keuangan yang sehat atau enggak. Kalau hasilnya positif, maka kita punya arus keuangan yang sehat karena berarti pendapatan dan aset kita lebih besar daripada pengeluaran plus utang. Tapi, kalau negatif, berarti kondisi keuangan kita kurang sehat sehingga harus segera dicari cara untuk memperbaikinya.

4. Financial check up
Financial check up merupakan istilah keuangan pribadi yang berarti hal-hal yang kita lakukan dalam rangka cek kondisi kesehatan keuangan kita.
Dalam financial check up, kita akan mengecek status harta serta utang yang kita miliki, yang kemudian hasil data tersebut kita olah menjadi neraca dan arus kas.
Financial check up ini biasanya dilakukan setahun sekali–meski kalaupun lebih sering itu juga bagus. Kita bisa melakukannya sembari membuat review laporan keuangan akhir tahun, atau pada saat kita hendak membuat laporan SPT sebagai wajib pajak.
5. Neraca
Kamu pasti enggak terlalu asing juga dengan istilah keuangan pribadi yang kelima ini, karena sering disebut kalau kita lagi ngomongin soal keuangan di mana pun.
Neraca di sini bukan berarti timbangan, tetapi catatan perbandingan untung rugi, utang piutang, pemasukan dan pengeluaran, dan sebagainya (sumber: Kamus Besar Bahasa Indonesia). Neraca inilah hasil dari financial checkup yang kita lakukan, yang menampakkan posisi kekayaan bersih kita yang kemudian bisa menunjukkan kondisi kesehatan keuangan kita.
6. Bocor halus
Istilah ‘bocor halus’ mungkin banyak kamu dengar kalau kamu lagi ngobrol sama trainer-trainer QM Financial saja ya? Inilah istilah yang kami gunakan untuk menyebut sejumlah uang yang enggak ketahuan rimbanya, ngilang gitu aja dari dompet atau tabungan kita tanpa tercatat atau termonitor.
Tahu-tahu duit berkurang aja.
“Saudara” dari bocor halus adalah bocor ambyar, yaitu istilah untuk menyebut arus kas keluar yang tak terkendali.

7. Aset
Masih menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, aset berarti:
- sesuatu yang mempunyai nilai tukar
- modal; kekayaan
Aset (aktif) ada beberapa macam yang bisa dijadikan sebagai andalan finansial, yaitu surat berharga, properti, dan bisnis. Dengan memiliki aset aktif, kamu akan mempunyai pendapatan pasif. Biasanya orang-orang membangun aset aktif ini demi menjamin masa pensiun mereka, masa ketika mereka tidak produktif lagi menghasilkan uang.
Sudahkah kamu mempunyai aset aktif milikmu sendiri sekarang?
8. Likuiditas
Kalau dalam istilah keuangan pribadi, likuiditas berarti adalah kemampuan kita untuk membayar utang yang sekarang sedang kita miliki tepat pada waktunya.
9. Inflasi
Istilah keuangan pribadi kesembilan ini akan sering kita dengar terutama kalau lagi bahas mengenai berbagai tujuan finansial jangka panjang, seperti dana pendidikan anak, dana pensiun, juga dana kepemilikan rumah.
Inflasi adalah kemerosotan nilai uang (kertas) karena banyaknya dan cepatnya uang (kertas) beredar sehingga menyebabkan naiknya harga barang-barang.
Lagi-lagi ini menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia ya.
Inflasi merupakan hal yang pasti terjadi di setiap negara di dunia–termasuk Indonesia. So, inflasi memang harus selalu diperhitungkan, terutama jika kamu sedang merencanakan masa depanmu.
Sebenarnya masih banyak istilah keuangan pribadi lain yang seharusnya ikut dijelaskan di sini, tapi akan jadi panjang banget. So, mungkin kita akan sambung lagi di artikel yang lain ya.
Semoga bisa sedikit membantumu saat belajar mengelola keuangan pribadimu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Cara Menghemat Pos Pengeluaran Transportasi saat Berangkat Kerja untuk Karyawan di Jakarta
Ternyata, kalau dihitung-hitung, kerja di Jakarta itu pemborosan paling besar bisa jadi dari pos pengeluaran transportasi lo!
Belum lagi ada fakta yang menyebutkan, bahwa berangkat kerja adalah hal yang paling menyebalkan dalam aktivitas seorang karyawan. Masih mending bersih-bersih rumah, katanya. Enggak heran sih, karena berangkat dan pulang kerja berarti harus selalu berdamai dengan kemacetan!
Dan, tahu enggak, ada penelitian yang dilakukan oleh Scandinavian Journal of Economics yang menemukan, bahwa pekerja yang menghabiskan waktu sekitar 22 menit ke kantor, memiliki pengeluaran 35% lebih banyak tiap bulannya ketimbang yang tidak. Maka, enggak heran lagi, kalau begitu sampai di kantor, karyawan sudah mengalami gejala 3L–lemah, letih, lesu–duluan. Begitu juga saat harus pulang ke rumah, belum jalan sudah stres.
And we have to deal with this, everyday! Ouch!
Makanya ada cerita, ada seorang karyawan yang mendapatkan fasilitas mobil dinas dari kantor. Dengan car ownership program dari kantornya, ia berhak menggunakan mobil itu selama untuk keperluan pekerjaan sampai batas waktu tertentu, hingga mobil bisa benar-benar jadi miliknya. However, si karyawan yang tinggal di daerah Tangerang, malah lebih suka meninggalkan mobil di rumah. Apa pasal? Boros! Boros pengeluaran, dan boros energi serta emosi, katanya.
Hal ini akhirnya juga jadi masalah tersendiri antara si karyawan dengan kantor. Pihak perusahaan merasa sudah memberikan fasilitas, tapi akhirnya tidak efisien. Sedangkan karyawan merasa malah dibebani oleh fasilitas dan benefit yang diberikan oleh kantor.
Hmmm. Dari cerita ini kita bisa menarik satu kesimpulan, adalah perlu untuk dipertimbangkan juga bagi perusahaan, apakah pemberian benefit tertentu itu memang dibutuhkan oleh karyawan atau enggak? Jangan-jangan malah membebani, seperti halnya kasus si karyawan yang mendapatkan car ownership program di atas?
Jadi, bagaimana ya caranya menghemat pos pengeluaran transportasi ini supaya kita enggak stres duluan? Well, mungkin kita bisa mempertimbangkan untuk ganti moda transportasi saja. Nggak usah pakai kendaraan pribadi.
5 Moda yang bisa dipertimbangkan untuk mengganti kendaraan pribadi demi menghemat pos pengeluaran transportasi ke kantor
1. Commuter Line
Commuter line, atau kereta rel listrik komuter, bisa jadi adalah moda transportasi umum yang jadi andalan banget untuk para karyawan di Jakarta. Selain bisa mengurangi kemacetan, biaya untuk naik KRL juga relatif lebih murah banget ketimbang harus naik kendaraan pribadi.
Untuk naik KRL, kita perlu memilih mau pakai Kartu Multi Trip atau mau tiket harian aja. Kalau dihitung-hitung, pastinya dengan punya Kartu Multi Trip ya akan jauh lebih murah dan mudah buat kita-kita yang tiap hari akan memanfaatkan KRL untuk berangkat kerja. Kurang lebih dengan isi ulang saldo minimal Rp30.000, itu sudah bisa dipakai untuk beberapa kali perjalanan. Pos pengeluaran transportasi jadi bisa dipangkas banyak deh.
Coba bandingkan dengan habisnya bensin untuk naik kendaraan pribadi.
Memang saat ini KRL masih belum senyaman itu. Mari berharap pada pemerintah agar bisa meningkatkan pelayanan KRL yang kini sangat vital bagi masyarakat.
2. MRT
Dengan diresmikannya MRT pada bulan Maret 2019 yang lalu, kini moda transportasi umum ini pun menjadi primadona bagi para warga Jakarta yang ingin bepergian.
Sama seperti KRL, untuk dapat naik MRT kita akan butuh kartu bayar, yang dinamai Jelajah. Ada 2 tipe juga: single trip dan multi trip. Dan sudah seperti yang bisa diduga juga, yang multi trip jatuhnya akan lebih murah.
Dengan ongkos Rp3.000 hingga Rp14.000 sekali jalan, tergantung jauh dekat tujuan, pastinya pos pengeluaran transportasi akan lebih terselamatkan.
Mari berharap, agar MRT menjangkau lebih banyak area lagi secepatnya.
3. TransJakarta
Bus TransJakarta–sejak diresmikan–jelas menjadi moda transportasi umum yang paling laris digunakan oleh para karyawan dan pekerja di Jakarta. Dengan tarif Rp3.500, asalkan enggak keluar dari halte, kita dapat menjangkau area mana pun di Jakarta dengan lebih mudah.
Meski yah, sekarang TransJakarta juga nggak bebas-bebas macet banget sih, lantaran selalu saja ada oknum-oknum yang mengganggu busway. Hvft!
4. Ojek online
Nah, ketimbang pakai kendaraan sendiri, masih mending pakai ojek online yang kini punya tarif sekitar Rp1.600/km. Memang lebih mahal sih jatuhnya dibandingkan dengan moda transportasi umum yang lain. Tapi kita bisa kok ngulik supaya bisa menghemat pos pengeluaran transportasi. Paling enggak, pasti lebih hemat ketimbang bawa kendaraan pribadi.
Sesuaikan saja dengan jalur perjalananmu, lalu utak-atik deh. Dari mana sampai mana pakai KRL, lalu mungkin bisa dilanjut dengan TransJakarta, dan kemudian supaya sampai kantor tepat waktu, kita harus menyambung dengan ojek online. Coba bandingkan dengan saat kita menggunakan kendaraan pribadi. Bandingkan.
5. Ikut komunitas nebengers
Sudah tahu komunitas nebengers belum? Komunitas ini terdiri atas orang-orang yang suka barengan berangkat kerja.
Komunitas ini berawal di Twitter, kemudian ngehits. Kalau enggak salah, sebelumnya hanya untuk “trayek” Jakarta-Bandung dan sebaliknya saja. Tapi sekarang merambah ke kota-kota lain, meski yang paling sibuk tetaplah di Jakarta.
Mau coba sesuatu yang baru? Coba gabung di komunitas ini. Ada aplikasi mobilenya juga lo, sehingga sekarang lebih mudah lagi. Nggak cuma bisa menghemat pos pengeluaran transportasi, tapi bisa tambah kenalan dan teman. Seru kan?
Nah, itu dia beberapa trip memangkas pos pengeluaran transportasi buat kita, para karyawan yang bekerja di Jakarta.
Terus, kalau sudah begini berarti gaji sudah aman? Well, coba cek juga pos pengeluaran yang lain; pos makan sehari-hari, pos ngopi, pos boba, pos nonton bioskop …
Yuk, ikutan kelas finansial online-nya QM Financial aja yuk! Kamu bisa belajar mengenali pos-pos pengeluaran mana yang bisa dipangkas, dan mana yang bisa dipindah alokasinya ke hal-hal yang lebih bermanfaat. Cek jadwalnya di web Event QM Financial ya. Dan jangan lupa, follow Instagram QM Financial untuk mendapatkan update, info, dan trik keuangan terbaru dari QM Financial.
5 Pos Pengeluaran Karyawan yang Sebenarnya Mubazir dan Bikin Bocor Halus
Ya ampun, punya gaji kok 25 koma 1. Gajian tanggal 25 koma di tanggal 1. Apa yang salah? Perasaan, semua sudah baik-baik saja, atur pos pengeluaran juga sudah oke. Yang wajib-wajib dulu–cicilan, investasi, operasional, iuran anggota … sebentar, iuran anggota? Iya, anggota klub hobi, membership gym, arisan …
Hmmm, ini nih. Kadang ya, sebagai karyawan, kita sudah berusaha atur cash flow sesuai dengan yang disarankan. Tapi, si bocor-bocor halus kadang teteup aja ada. Bocor halus artinya kondisi saat kita merasa enggak boros, tapi duit hilang aja gitu dari dompet.
Kalau kata Mbak Ligwina Hananto, Lead Trainer QM Financial, adanya bocor halus ini berarti menandakan kita masih belum gape mengatur cash flow. Nah lo. Berarti ayo, belajar lagi.
Untuk bisa mengatasi si bocor halus, maka kita mesti tahu dulu penyebabnya. Kalau bocor halus di ban mobil, kita mesti nyari bolongnya di mana. Kalau bocor halus di pengeluaran? Ya, berarti kita harus cari tahu, pos pengeluaran mana yang mubazir?
Sebagai karyawan, kita memang akan banyak mengeluarkan uang sehari-hari, mulai bangun pagi hingga nanti akhir hari. Masih juga ada pengeluaran bulanan hingga tahunan. Ayo, kita lihat.
5 Pos Pengeluaran Karyawan yang Mubazir
1. Membership gym
Niatnya bagus sih, pengin hidup sehat. Tapi, kalau olahraga sendirian aja, kurang asyik ah. Enakan sekalian aja jadi anggota pusat kebugaran. So, apply deh membership di gym yang oke. Ada iuran administrasi, besarnya sih variatif. Salah satu gym–dari hasil penelusuran–mematok harga Rp700.000 sebagai “mahar” pertama. Lalu, ada iuran anggota sebesar Rp300.000 setiap bulan.
Sekalian deh, membership di fasilitas kolam renangnya juga. Sekali datang sih Rp250.000. Tapi kalau pakai membership, tiap bulan Rp170.000 aja.
Tapi oh tapi, ke gym-nya cuma rajin di 4 bulan pertama aja. Setelah itu, duh, sibuk. Nggak sempat olahraga di gym. Yoga di rumah pakai Youtube, cukuplah.
Terus, membership di gym-nya gimana? Ya udah tetap iuran aja deh, siapa tahu nanti-nanti mau rajin lagi.
Duh, duh. Sungguh pos pengeluaran yang mubazir, Kakak.
2. TV kabel
Maunya sih cari hiburan. Tapi yang bisa di rumah saja. TV kabel jadi pilihan. Tapi … hmmm. Kok channel-channelnya kurang oke ya? Upgrade layanan ah, biar dapat channel yang nayangin film-film box office.
Tapi, akhirnya apa yang terjadi? Lebih banyak nonton Youtube atau Netflix. Akhir pekan? Nonton di bioskop dong, sama teman-teman.
Nonton TV kabelnya kapan?
Padahal pos pengeluaran langganan TV kabel tiap bulannya ini lumayan juga lo. Bisa sampai sekian ratus ribu kan? Iya sih, memang sekalian dengan fasilitas wifi internet yang kenceng. Tapi kalau memang enggak butuh TV kabel, coba cari informasi, apakah kita bisa langganan internetnya aja, terus Youtube-an aja atau Netflix-an aja.
3. Langganan bulanan
Langganan bulanan apa? Majalah? Koran? Aplikasi musik online?
Kalau seumpama nih, baca-baca online saja, kira-kira cukup enggak? Banyak majalah dan koran punya versi online-nya kan? Yang berlangganan ada sih, tapi yang bisa dibaca gratisan juga banyak. Tinggal kita saja yang harus bijak memilih bacaan–yang sebenarnya harus kita lakukan baik ketika membaca media offline maupun online.
Selain itu, pos pengeluaran berlangganan aplikasi musik online juga sepenting itukah? Pilihannya adalah, kalau kita enggak berlangganan, maka akan ada beberapa iklan lewat. Kalau misalkan iklan nggak terasa mengganggu, sepertinya pilihan untuk dengarkan secara gratis aja, nggak masalah kan?
Berlangganan majalah bisa jadi sekian ratus ribu per bulan. Berlangganan aplikasi musik beberapa puluh ribu. Nah, kalau kedua pos pengeluaran yang tak perlu ini dikurangi, lumayan banget kan buat beli reksa dana?
4. Beli boba, kopi kekinian, atau air mineral
Berangkat ke kantor, pilihannya ada dua: beli boba atau beli kopsus alias kopi susu ya? Kemarin sudah menikmati boba, hari ini kayaknya pilihan jatuh ke segelas plastik kopi susu. Oh, jangan lupa juga beli air mineral di minimarket terdekat, kan harus memenuhi kebutuhan tubuh akan air sebanyak 8 gelas sehari, bukan?
Well, coba deh. Beli tumbler yang bagus, lalu bikin kopi sendiri di rumah dan bawa ke kantor. Air mineral juga bisa bawa sendiri dari rumah kan? Beli galon–kalau nggak malah bisa rebus air sendiri dari PAM, lalu isi tumbler yang lain.
Pos pengeluaran untuk boba, kopsus dan air mineral pun bisa dicoret dari anggaran.
5. Belanja di supermarket
Supermarket–apalagi yang berada di dalam mal–memang menyimpan kenyamanan buat belanja. Makanya, banyak yang lebih hepi kalau belanja di supermarket.
Tapi, suasana yang nyaman ini juga costly pada pos pengeluaran lo, karena harga-harga di supermarket tentunya lebih mahal ketimbang harga barang di pasar tradisional. Selisihnya lumayan, satu barang bisa ada selisih harga antara Rp3.000 hingga belasan ribu, dikalikan dengan jumlah barangnya jadi berapa? Pernah nggak menghitung selisih ini?
Pasar tradisional dewasa ini banyak dibangun pemerintah lo. Tak lagi berkesan becek dan jorok, bahkan ada yang bangunannya sudah mirip pusat perbelanjaan. Minus AC saja barangkali, tapi untuk selisih harga yang bisa menyelamatkan pos pengeluaran, ya mengapa nggak belanja aja di pasar tradisional?
Nah, apakah beberapa pos pengeluaran di atas masih ada dalam anggaran bulan ini? Kalau iya, yuk, diatur lagi, supaya bulan depan bisa dikurangi.
Yuk, gabung di kelas-kelas finansial online QM Financial. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk berbagai info dan tip keuangan yang praktis.
#FinClic Pengeluaran di bulan Ramadhan
Kurang lebih 2 minggu lagi umat Islam akan menjalankan ibadah puasa selama 1 bulan lamanya. Kamu sudah mempersiapkan ibadah puasa dari segi finansial kah? Berdasarkan hasil survei yang didakan di IG QM Financial, biasanya terjadi bocor halus atau ambyar saat bulan Ramadhan tiba.
Agar pengeluaranmu saat bulan Ramadhan bisa dikendalikan, mari cek hal berikut:
Waspada Bocor Halus Akibat Bolak Balik Ambil Uang di ATM!
Hayo ngaku!
Berapa kali dalam seminggu kamu bolak-balik ambil uang di ATM?
Mungkin ada yang ambil uang kayak minum obat, 3 kali sehari ke ATM? Setiap hari ke ATM? Seminggu sekali ke ATM?
Ternyata Kita Tidak Perlu Repot Mencatat Pengeluaran Setiap Hari!
Kita sering mendapatkan tips untuk mencatat pengeluaran setiap hari.
TERNYATA INI MENYESATKAN!
Silakan Baca Tentang 5 Pengeluaran Bulanan Yang Harus Kamu Ketahui!
Aduh, tanggal segini uang sudah ngepas ya?
Tarik napas. Jangan lupa buang napas.
Memang gak ada habisnya kalau kita membahas tentang uang bulanan itu cukup atau gak.
Ada cara lho, untuk bisa ngecek. Gimana caranya? Dengan MENCATAT!