5 Contoh Penghasilan Tahunan yang Bisa Didapatkan Karyawan, Finansial dan Nonfinansial
Memahami berbagai contoh penghasilan tahunan yang bisa didapatkan oleh karyawan adalah penting untuk menilai potensi finansial dari suatu pekerjaan. Penghasilan yang diterima oleh karyawan ini enggak hanya terbatas pada gaji bulanan yang diterima lo, tetapi juga berbagai bentuk kompensasi lain yang bisa sangat beragam tergantung pada kebijakan perusahaan dan jenis pekerjaannya.
Penghasilan yang didapatkan oleh karyawan bisa berarti penghasilan finansial dan nonfinansial. Penghasilan finansial umumnya mudah diukur dan langsung berdampak pada kondisi ekonomi karyawan. Sementara itu, penghasilan nonfinansial mungkin tidak langsung berupa uang, tetapi dapat meningkatkan kualitas hidup dan kepuasan kerja, yang tidak kalah pentingnya.
Table of Contents
5 Contoh Penghasilan Tahunan yang Diterima Karyawan
Dalam dunia kerja modern, setiap perusahaan berusaha untuk menawarkan paket kompensasi yang menarik dan komprehensif untuk menarik serta mempertahankan talenta terbaik.
Nah, coba yuk, kita menggali lebih dalam tentang apa saja contoh penghasilan tahunan yang bisa diterima oleh karyawan. Juga tentang bagaimana kompensasi ini bisa beragam, tergantung pada industri, peran, dan kebijakan perusahaan masing-masing.
1. Tunjangan
Tunjangan karyawan adalah berbagai bentuk kompensasi finansial atau fasilitas yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan di luar gaji pokok mereka. Tujuan dari tunjangan ini umumnya untuk meningkatkan kesejahteraan karyawan, menarik dan mempertahankan talenta, serta memberikan motivasi bagi karyawan untuk meningkatkan kinerjanya.
Tunjangan bisa diberikan secara bulanan bersama gaji, tetapi ada juga tunjangan yang bisa menjadi contoh penghasilan tahunan. Misalnya:
- Bonus Tahunan: Tunjangan yang diberikan oleh perusahaan sebagai bonus. Biasanya dihitung secara persentase dari gaji pokok atau berdasarkan formula tertentu yang terkait dengan kinerja perusahaan dan karyawan.
- Tunjangan Hari Raya (THR): Di Indonesia, tunjangan ini wajib diberikan kepada karyawan menjelang hari raya keagamaan besar, umumnya Idulfitri, sesuai dengan ketentuan pemerintah.
- Bonus Kinerja: Tunjangan ini umumnya diberikan berdasarkan pencapaian target masing-masing karyawan atau tim selama tahun tersebut.
- Tunjangan Pendidikan: Ada perusahaan yang memberikan tunjangan tahunan untuk pendidikan anak karyawan, yang dibayarkan per tahun ajaran.
- Uang Cuti: Di beberapa perusahaan, karyawan mendapat pembayaran uang cuti jika mereka tidak mengambil seluruh jatah cuti tahunannya.
- Tunjangan Kendaraan atau Transportasi: Meskipun biasanya diberikan per bulan, beberapa perusahaan menawarkan tunjangan ini dalam jumlah besar di awal atau akhir tahun untuk pemeliharaan kendaraan.
Penghasilan ini dapat bervariasi tergantung pada industri, lokasi, dan kebijakan spesifik dari perusahaan tempat seseorang bekerja.
Baca juga: Strategi Meningkatkan Loyalitas Karyawan Melalui Perbaikan Keuangan Pribadi
2. Profit Sharing
Profit sharing atau bagi hasil adalah skema yang dijalankan oleh beberapa perusahaan untuk memberi penghargaan kepada karyawan. Skema ini mengizinkan karyawan mendapatkan sebagian dari keuntungan tahunan perusahaan.
Biasanya, contoh penghasilan tahunan ini berlaku di perusahaan yang kinerjanya dapat diukur secara jelas atau yang hasilnya secara langsung berpengaruh terhadap keuntungan perusahaan. Skema seperti ini bertujuan untuk mendorong karyawan agar bekerja lebih efektif dan efisien, karena keberhasilan perusahaan secara langsung mempengaruhi pendapatan mereka.
3. Tunjangan Kesehatan
Umumnya perusahaan memberikan tunjangan kesehatan bersamaan dengan gaji setiap bulan. Namun, ada juga yang menyediakan manfaat tambahan secara tahunan, termasuk cek kesehatan gratis setiap tahun. Ini termasuk contoh penghasilan tahunan nonfinansial.
Dengan adanya fasilitas ini, karyawan pun dapat menjalani pemeriksaan kesehatan secara rutin tanpa biaya tambahan, membantu mereka memantau dan menjaga kesehatan dengan lebih baik. Fasilitas ini juga mengurangi kekhawatiran karyawan tentang biaya kesehatan dan menunjukkan komitmen perusahaan terhadap kesejahteraan karyawan.
4. Pelatihan atau Sertifikasi
Ada perusahaan yang memiliki kebijakan untuk memberikan kursus pelatihan atau meraih sertifikasi tertentu. Kebijakan ini bertujuan untuk mendorong karyawan dalam pengembangan keahlian dan peningkatan kualifikasi profesional. Ini juga termasuk contoh penghasilan tahunan nonfinansial, jika perusahaan memberikannya secara rutin setiap tahunnya.
Dengan demikian, karyawan merasa dihargai atas upaya mereka untuk berkembang, sementara perusahaan mendapat manfaat dari peningkatan kompetensi dan efektivitas kerja tim mereka.
Bonusnya, kadang ada insentif atau bentuk penghargaan lain yang meningkatkan motivasi karyawan untuk terus belajar dan berkembang.
5. Saham dan Opsi Saham
Beberapa perusahaan memasukkan saham atau opsi saham dalam paket kompensasi mereka. Hal ini memberi karyawan kesempatan untuk memiliki sebagian dari perusahaan tempat mereka bekerja. Jika saham ini juga memberikan dividen setiap tahun, maka ini bisa dimasukkan ke dalam contoh penghasilan tahunan yang diterima oleh karyawan.
Opsi saham ini bisa dianggap sebagai insentif yang berharga karena memberikan potensi keuntungan finansial jika nilai perusahaan meningkat.
Dengan adanya saham, karyawan pun mendapatkan status tambahan sebagai “pemilik” perusahaan. Karyawan yang memegang saham menjadi lebih terlibat dan memiliki kepentingan langsung dalam kesuksesan perusahaan, yang dapat memotivasi kinerja dan dedikasi yang lebih tinggi.
Baca juga: 9 Hak Finansial yang Diberikan Berdasarkan Kontrak Kerja Karyawan
Kesimpulan
Melalui pembahasan mengenai berbagai contoh penghasilan tahunan di atas, kita dapat melihat bahwa ada banyak peluang bagi karyawan untuk meningkatkan pendapatan, baik dari sisi finansial maupun nonfinansial. Dari gaji pokok, bonus, dan insentif, hingga tunjangan kesehatan dan opsi saham, setiap elemen memiliki potensi untuk memperkaya pengalaman kerja serta meningkatkan kestabilan finansial karyawan.
Untuk benar-benar memanfaatkan berbagai sumber penghasilan ini, penting bagi karyawan untuk mengelola dengan baik keuangan masing-masing. Mempelajari dasar-dasar keuangan dan memahami cara terbaik untuk menginvestasikan dan menghemat uang adalah langkah penting dalam merasakan manfaat penuh dari kompensasi yang diterima.
Dengan mengambil kendali atas keuangan pribadi, karyawan dapat memastikan bahwa setiap bentuk penghasilan yang diperoleh memberikan dampak maksimal terhadap kualitas hidup dan masa depan masing-masing.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Uang Pisah Karyawan Resign dan Hak Lain yang Perlu Diketahui
Ada banyak karyawan yang resign, tetapi enggak tahu kalau ada hak karyawan resign. Nah, kamu yang lagi baca artikel ini, gimana? Apakah kamu tahu kalau ada uang pisah karyawan resign?
Memang belum semua perusahaan menerapkan hal ini. Padahal sebenarnya peraturannya juga sudah ada, yakni Peraturan Pemerintah Nomor 35 Tahun 2021. Dikutip dari situs Indonesia Baik, regulasi ini berfungsi mengatur berbagai aspek ketenagakerjaan. Termasuk di dalamnya adalah perjanjian kerja, alih daya, serta norma waktu kerja dan istirahat.
Saat kamu mengundurkan diri atau ada pengakhiran hubungan kerja, sebagai karyawan, kamu berhak atas uang pisah karyawan resign serta penggantian hak tertentu. Peraturan ini memang ada untuk memastikan bahwa kamu dan karyawan lain yang berhenti bekerja, baik secara sukarela maupun enggak, tetap mendapatkan kompensasi yang adil.
Kompensasi ini dihitung berdasarkan ketentuan yang telah disepakati dalam perjanjian kerja atau kebijakan perusahaan, sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh pemerintah dalam PP tersebut.
Table of Contents
Uang Pisah Karyawan Resign dan Hak Lainnya
Nah, kalau kamu seorang karyawan, kamu wajib tahu nih. Bahwa ketika kamu memutuskan untuk mengundurkan diri dari tempat kerja, ada beberapa hak keuangan yang seharusnya kamu terima. Apa saja? Masih mengutip dari Indonesia Baik, berikut hak-hak tersebut.
1. Uang Pisah Karyawan Resign
Uang pisah karyawan resign adalah jumlah uang yang disepakati yang diberikan oleh perusahaan kepada kamu sebagai karyawan yang mengundurkan diri dari perusahaan. Besaran uang ini dapat bervariasi, tergantung pada kesepakatan dalam kontrak kerja, kesepakatan bersama, atau kebijakan internal perusahaan.
2. Uang Penggantian Hak
Selanjutnya, ada juga yang namanya uang penggantian hak. Hak di sini adalah hak mendapatkan kompensasi yang dibayarkan untuk mengganti beberapa hak lain yang belum terpenuhi. Ya misalnya kayak cuti tahunan yang belum diambil.
Perhitungan uang penggantian cuti umumnya menggunakan formula 1/25 dari jumlah gaji pokok ditambah dengan tunjangan tetap, dikalikan dengan sisa cuti yang belum diambil. Tapi ya, balik lagi, sesuai kesepakatan dan kebijakan perusahaan ya.
Selain itu, uang penggantian hak ini juga meliputi biaya transportasi kalau misalnya kamu—dan keluarga kalau ada—harus pulang ke tempat asal atau pindah ke tempat baru.
Selain yang dijelaskan di atas, terkadang ada pula hak-hak lain yang didefinisikan dalam kontrak kerja yang juga harus dikompensasikan. Semua memang balik lagi ke kesepakatan kerja dan kebijakan perusahaan.
3. Mendapatkan Surat Keterangan Kerja
Selain berhak atas kompensasi finansial, karyawan yang resign juga berhak mendapatkan surat keterangan kerja atau paklaring. Surat ini penting sebagai bukti resmi bahwa karyawan yang bersangkutan memang telah bekerja pada perusahaan tersebut selama periode tertentu. Surat ini penting, karena berguna untuk keperluan mencari pekerjaan baru atau untuk kepentingan administratif lainnya.
Baca juga: Mau Resign dari Kantor, Pertimbangkan 4 Benefit Ini!
Setelah Menerima Hak Uang Pisah Karyawan Resign dan Hak Lainnya
Nah, gimana? Apakah kamu menerima semua hak di atas ketika kamu resign dari tempat kerjamu sekarang? Ada baiknya, kamu cari tahu dulu sih, apakah perusahaan tempat kamu bekerja memang memiliki kebijakan seperti ini. Intinya, tanyakan dulu sebelum menuntut hak kamu.
Nah, kalau memang ada dan hak uang pisah karyawan resign serta hak-hak finansial lainnya sudah kamu terima, kamu lantas dapat mengambil beberapa langkah penting untuk transisi ke tahap berikutnya dalam karier kamu.
Berikut adalah beberapa hal yang bisa kamu lakukan untuk mempersiapkan diri menyambut karier baru.
1. Cek Dokumen
Langkah pertama adalah memastikan semua dokumen terkait pekerjaan, seperti surat keterangan kerja atau paklaring, sudah diterima. Dokumen ini sangat penting untuk membuktikan pengalaman kerja saat melamar pekerjaan baru.
Simpan dan jadikan satu semua dokumen di tempat khusus yang aman. Hal ini penting, agar nantinya kalau diperlukan, kamu bisa menemukannya kembali dengan mudah. Perbanyak kalau memang perlu, sebagai dokumentasi.
2. Update Resume atau CV
Langkah selanjutnya adalah mengupdate resume atau CV. Memasukkan detail pekerjaan terakhir, keterampilan yang diperoleh, dan pencapaian spesifik selama masa kerja di perusahaan yang baru saja kamu tinggalkan. Hal ini akan membantu dalam mencari peluang kerja baru, dengan harapan mendapatkan yang lebih baik tentunya.
3. Upgrade Diri
Selain itu, kamu juga bisa mempertimbangkan untuk mendaftarkan diri dalam program pelatihan atau kursus untuk meningkatkan keahlian atau mempelajari keahlian baru. Dengan begitu, kamu punya peluang untuk mendapatkan posisi yang lebih baik atau beralih ke bidang yang berbeda.
Baca juga: 9 Hak Finansial yang Diberikan Berdasarkan Kontrak Kerja Karyawan
4. Atur Keuangan
Mengatur keuangan pribadi ini nih yang paling penting. Terutama kalau kamu resign sebelum mendapatkan pekerjaan baru.
Proses mencari pekerjaan baru itu enggak bisa dipastikan. Bisa saja memakan waktu lebih lama dari yang diharapkan. Menyusun anggaran dan mengevaluasi pengeluaran akan membantu dalam menjaga kestabilan finansial selama periode transisi. Semoga dana darurat kamu juga sudah siap ya.
5. Networking
Akhirnya, memanfaatkan jaringan profesional yang ada atau berpartisipasi dalam kegiatan networking dapat membuka lebih banyak peluang. Berinteraksi dengan kolega dari industri yang sama atau menghadiri acara profesional dapat memberi kamu informasi lebih banyak tentang lowongan kerja yang barangkali enggak diiklankan secara luas.
So, kesimpulannya memahami hak-hak finansial setelah mengundurkan diri, termasuk mendapatkan uang pisah karyawan resign, adalah langkah penting untuk memastikan transisi karier yang mulus.
Penting juga untuk mengelola kompensasi ini dengan bijak sambil mengeksplorasi peluang berikutnya. Dengan pengetahuan yang tepat tentang hak-hak ini, mempersiapkan masa depan setelah resign dapat dilakukan dengan lebih terstruktur dan efektif. Hal ini akan memungkinkanmu untuk memanfaatkan setiap kesempatan yang datang dengan penuh percaya diri.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Perbandingan Metode Perhitungan Lembur Karyawan di Berbagai Negara dan Apa yang Bisa Dipelajari?
Perhitungan lembur karyawan merupakan aspek penting dalam manajemen sumber daya manusia yang berbeda di setiap negara. Tak hanya di Indonesia, setiap negara punya sistem dan aturan yang dirancang untuk memastikan pekerja mendapatkan kompensasi yang adil atas waktu tambahan yang mereka kerjakan.
Memahami variasi ini memberi wawasan tentang bagaimana negara-negara mengatasi tantangan dalam menyeimbangkan kebutuhan bisnis dengan hak-hak pekerja. Dengan mengeksplorasi berbagai pendekatan terhadap lembur, kita bisa mengidentifikasi praktik terbaik yang mungkin diadopsi untuk meningkatkan kepuasan kerja dan efisiensi operasional, sambil memastikan keadilan bagi semua pihak yang terlibat.
Coba yuk, kita lihat beberapa peraturan perhitungan lembur karyawan di beberapa negara.
Table of Contents
Peraturan Perhitungan Lembur Karyawan di Berbagai Negara
1. Kanada
Di Kanada, peraturan perhitungan lembur karyawan menyatakan bahwa pengusaha wajib membayar lembur dengan tarif yang lebih tinggi. Namun, ada aturan lain juga, bahwa pemberi kerja juga dapat meminta karyawan untuk mengambil waktu libur sebagai ganti lembur, yang dikenal sebagai banked time.
Kecuali ditentukan lain dalam kontrak kerja, perhitungan lembur karyawan tidak dihitung berdasarkan jumlah jam kerja harian yang melebihi batas tertentu. Perhitungan lembur hanya dilakukan secara mingguan atau lebih lama melalui perjanjian rata-rata.
Terdapat pekerjaan tertentu yang tidak tercakup dalam ketentuan lembur menurut Undang-Undang Standar Pekerjaan, seperti manajer dan pengawas. Mereka tidak berhak atas pembayaran lembur jika pekerjaan yang dilakukan bersifat manajerial atau supervisi.
2. Prancis
Di Prancis, durasi kerja dalam seminggu secara resmi adalah 35 jam untuk semua jenis perusahaan. Durasi kerja dalam sehari tidak boleh melebihi 10 jam. Selain itu, karyawan tidak diperkenankan bekerja lebih dari 4,5 jam tanpa istirahat. Durasi maksimal kerja harian bisa ditingkatkan menjadi 12 jam jika ada perjanjian.
Setiap karyawan harus mendapatkan istirahat minimal 20 menit setiap enam jam kerja. Semua pekerja mendapatkan periode istirahat harian sepanjang 11 jam berturut-turut, yang bisa berkurang menjadi 9 jam dalam kasus tertentu, lagi-lagi tergantung pada perjanjian. Periode istirahat mingguan minimal adalah 35 jam berturut-turut, yang terdiri dari 11 jam ditambah periode istirahat 24 jam secara berturut-turut per minggu.
3. Jepang
Di Jepang, durasi kerja yang ditetapkan adalah 8 jam sehari dengan total 40 jam dalam seminggu, dan setiap pekerja dijamin mendapatkan minimal satu hari libur per minggu.
Untuk lembur, pengusaha diwajibkan membayar tambahan minimal 25% dari upah jam biasa. Jika pekerja melakukan tugas pada hari libur yang sudah ditetapkan, tambahan upahnya adalah 35%. Selain itu, pekerjaan yang dilakukan antara pukul 22.00 hingga 05.00 memerlukan pembayaran tambahan 25%.
4. Amerika Serikat
Di California, jam kerja yang melebihi 8 jam dalam sehari dihitung sebagai lembur. Jika bekerja pada hari ketujuh berturut-turut dalam satu minggu, 8 jam pertama juga dihitung sebagai lembur. Untuk pekerjaan yang melebihi 12 jam dalam sehari atau melebihi delapan jam pada hari ketujuh berturut-turut, upah yang dibayarkan adalah dua kali lipat dari tarif normal.
Baca juga: Kerja Lembur demi Uang Tambahan? Yay or Nay?
Perhitungan Lembur di Indonesia
Dikutip dari situs Online Pajak, Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan di Indonesia menetapkan durasi kerja resmi. Untuk enam hari kerja dalam seminggu, durasi kerjanya adalah 7 jam per hari atau total 40 jam per minggu. Sementara itu, bagi pekerja yang bekerja lima hari dalam seminggu, durasi kerja adalah 8 jam per hari dengan total tetap 40 jam per minggu.
Ada pengecualian untuk sektor tertentu yang tidak terikat oleh aturan jam kerja standar ini. Berdasarkan Pasal 78 UU tersebut, lembur hanya boleh dilakukan maksimal 3 jam per hari dan tidak lebih dari 14 jam dalam seminggu. Jika durasi kerja melebihi batas yang ditentukan di Pasal 77, maka perusahaan harus membayar upah lembur kepada pekerja.
Selain itu, perhitungan lembur karyawan ini tidak mencakup kerja yang dilakukan pada hari libur resmi atau istirahat mingguan.
Pelajaran Penting tentang Peraturan Perhitungan Lembur di Beberapa Negara
Aturan perhitungan lembur karyawan yang berbeda-beda di setiap negara mengungkapkan pelajaran penting dalam hal manajemen tenaga kerja dan perlindungan hak pekerja. Berikut adalah beberapa pelajaran menarik yang bisa dipelajari.
1. Pentingnya Work-Life Balance
Aturan seperti di Prancis dan Jepang yang menetapkan batas maksimal jam kerja harian dan mingguan menunjukkan komitmen terhadap work-life balance. Hal ini bisa dimaknai, bahwa pemerintah pun punya perhatian terhadap soal ini, karena dengan begitu enggak hanya memastikan kesejahteraan pekerja tetapi juga bisa meningkatkan produktivitas.
2. Perlindungan Melalui Kompensasi Lembur
Di negara-negara seperti Amerika Serikat, yang diwakili oleh negara bagian California, tingkat kompensasi lembur yang tinggi—seperti dua kali lipat tarif biasa—menekanan pada pengusaha untuk mengelola jam kerja dengan lebih efisien dan menghindari eksploitasi tenaga kerja.
3. Fleksibilitas dan Adaptasi
Di Kanada, sistem banked time itu memungkinkan fleksibilitas bagi karyawan dan pengusaha untuk mengatur waktu kerja yang lebih sesuai dengan kebutuhan operasional dan preferensi masing-masing, asalkan tetap dalam kerangka hukum.
4. Keberagaman Aturan Sesuai Sektor
Sementara di Indonesia, terindikasi bahwa kebijakan lembur bisa disesuaikan sesuai kebutuhan sektor tertentu. Hal ini penting untuk industri yang memerlukan jam kerja yang berbeda dari norma umum, seperti layanan kesehatan atau perhotelan.
5. Pentingnya Istirahat
Aturan yang mewajibkan istirahat setelah jam kerja tertentu, seperti di Jepang dan Prancis, menggarisbawahi bahwa istirahat cukup adalah esensial untuk menjaga efisiensi dan mengurangi risiko kecelakaan kerja karena kelelahan.
Kesemua pelajaran ini menunjukkan bahwa aturan perhitungan lembur yang efektif dapat menjadi alat penting dalam kebijakan ketenagakerjaan untuk melindungi hak-hak pekerja sekaligus memastikan keberlanjutan operasional perusahaan.
Dari berbagai aturan lembur yang berlaku di beberapa negara, kita dapat melihat komitmen global dalam melindungi hak-hak pekerja sambil mempertahankan produktivitas perusahaan. Work-life balance, kompensasi yang adil, dan fleksibilitas menjadi kunci dalam menciptakan lingkungan kerja yang mendukung dan efisien.
Namun, penting untuk diingat bahwa, berapa pun uang lembur yang diterima, tanpa pengelolaan keuangan yang baik, semua upaya tersebut bisa berakhir sia-sia. Oleh karena itu, mengelola dengan bijak pendapatan dari lembur adalah langkah esensial untuk memastikan bahwa waktu dan tenaga yang telah diinvestasikan dalam bekerja lebih memberikan manfaat nyata bagi kehidupan finansial.
Baca juga: 9 Hak Finansial yang Diberikan Berdasarkan Kontrak Kerja Karyawan
Nah, bagaimana dengan perusahaan kamu? Apakah sudah mengikuti peraturan yang ada? Atau, ada hal spesial lain yang berpengaruh terhadap aturan perhitungan lembur tersebut? Lalu, apakah karyawan sudah diberikan pelatihan keuangan yang sesuai, agar mereka bisa mengelola uang lemburnya dengan baik?
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Kesalahan yang Harus Dihindari Saat Negosiasi Gaji
Emang boleh negosiasi gaji? Minta naik gaji, gitu? Biar dapat lebih layak?
Lah, kenapa enggak?
Negosiasi gaji adalah langkah penting dalam setiap proses perekrutan atau perubahan pekerjaan. Banyak orang merasa ragu atau tidak nyaman saat harus membahas gaji, tetapi sebenarnya, negosiasi gaji sangat dianjurkan dan merupakan praktik yang umum di dunia kerja.
Dengan bernegosiasi, kamu enggak hanya menunjukkan pemahaman dan apresiasi terhadap nilai yang kamu bawa, tetapi juga memastikan bahwa kamu menerima kompensasi yang adil dan sesuai dengan kontribusi yang dapat kamu berikan nanti.
Table of Contents
Pentingnya Negosiasi Gaji
Salah satu alasan utama mengapa negosiasi gaji penting adalah karena hal ini memungkinkanmu untuk mendapatkan gaji yang sesuai dengan standar industri dan tingkat pengalaman.
Banyak perusahaan memberikan tawaran awal yang diharapkan akan dinegosiasikan. Dengan begitu—dengan melakukan negosiasi, kamu dapat mencapai kesepakatan yang lebih menguntungkan.
Selain itu, negosiasi gaji yang sukses dapat memiliki dampak jangka panjang pada penghasilanmu, membantu mengurangi kesenjangan gaji, dan mencerminkan profesionalisme serta keseriusanmu dalam mengejar karier.
Nah, tapi, memang enggak banyak orang yang bisa melakukannya secara taktis dan tepat.
Kesalahan Umum yang Sering Terjadi saat Negosiasi Gaji
Negosiasi gaji bisa menjadi proses yang menegangkan dan penting dalam karier seseorang. Kalau salah bertindak, salah kata, atau salah lainnya, maka efeknya bisa cukup besar.
Karena itu, hindari beberapa hal berikut yang merupakan kesalahan umum karyawan yang nego gaji tetapi caranya kurang tepat.
1. Kurangnya Persiapan
Enggak melakukan riset tentang standar gaji untuk posisi dan industri yang kamu lamar bisa membuatmu menuntut gaji yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Nah, ini malah dampaknya lebih besar daripada enggak negosiasi sih.
Jadi, untuk bisa sukses nego, kamu harus berbekal data. Cari tahu berapa standar gaji yang diterima oleh orang-orang yang bekerja di bidang dan level yang sama denganmu. Pastikan bahwa memang gaji yang kamu tawar itu memang ada background data. Jangan asal sebut angka.
Setelah tahu datanya, miliki angka minimum yang dapat kamu terima. Dengan begitu, kamu bisa terhindarmenerima tawaran yang tidak sesuai dengan kebutuhan atau harapan.
2. Enggak Mengetahui Nilai Diri
Penting untuk mengetahui keterampilan, pengalaman, dan nilai yang kamu bawa ke perusahaan. Tanpa pemahaman ini, kamu mungkin enggak bisa membenarkan permintaan gaji kamu.
Kamu bisa lakukan penilaian diri secara menyeluruh. Tuliskan semua keterampilan teknis dan nonteknis yang kamu miliki. Pertimbangkan juga pengalaman kerjamu sebelumnya, proyek-proyek yang telah kamu selesaikan, serta prestasi yang telah kamu capai.
Buat daftar yang mencakup semua aspek ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang apa yang akan kamu tawarkan pada perusahaan.
3. Terlalu Cepat Menerima Tawaran Pertama
Tawaran pertama biasanya merupakan titik awal untuk negosiasi. Menerima tawaran pertama tanpa mencoba untuk negosiasi bisa membuat kamu kehilangan potensi gaji yang lebih tinggi.
Dengan melakukan negosiasi, kamu dapat menunjukkan bahwa kamu serius terhadap posisi tersebut dan memiliki harapan yang realistis serta adil berdasarkan riset pasar dan pengalaman yang kamu miliki.
Dengan begitu, kamu berkesempatan menetapkan dasar yang lebih baik untuk kenaikan gaji dan perkembangan karier di masa depan.
4. Mengabaikan Paket Kompensasi Secara Keseluruhan
Gaji memang merupakan komponen penting dari kompensasi, tetapi bukan satu-satunya aspek yang perlu dipertimbangkan. Ketika menilai penawaran pekerjaan, penting untuk melihat keseluruhan paket kompensasi dan benefit.
Misalnya seperti tunjangan-tunjangan, bonus, waktu libur, fleksibilitas kerja, potensi pengembangan karier, dan sebagainya.
Dengan mempertimbangkan semua komponen ini, kamu dapat mengevaluasi tawaran pekerjaan secara lebih komprehensif dan memastikan bahwa kamu enggak hanya fokus pada gaji pokok saja. Keseluruhan paket kompensasi yang baik dapat memberikan kepuasan kerja yang lebih tinggi dan kesejahteraan finansial yang lebih baik dalam jangka panjang.
Baca juga: Pertimbangan Kenaikan Gaji vs. Benefit Lainnya: Lebih Menguntungkan yang Mana?
5. Bersikap Emosional atau Terlalu Agresif
Negosiasi gaji adalah momen penting dalam proses penerimaan pekerjaan, dan sangat penting untuk melakukannya dengan profesionalisme dan ketenangan. Negosiasi yang dilakukan dengan tenang dan terarah enggak hanya membantu kamu mencapai kesepakatan yang menguntungkan. Namun, juga memperkuat hubungan baik dengan calon atasan. Selain itu, kalau kamu bisa nego gaji dengan baik, kamu juga sudah menunjukkan kemampuan komunikasi kamu lo.
6. Mengungkapkan Angka Gaji Sebelumnya
Jika memungkinkan, hindari mengungkapkan gajimu sebelumnya. Pasalnya, hal ini bisa memengaruhi tawaran yang akan kamu terima dan membatasi potensi kamu mendapatkan gaji yang sepadan.
7. Mengabaikan Timing yang Tepat
Memilih waktu yang tepat untuk negosiasi sangat penting. Negosiasi di saat yang kurang tepat, seperti saat perusahaan sedang mengalami kesulitan finansial, kemungkinan besar sih enggak akan berhasil.
Jadi, coba, sebelum kamu nego gaji, lihat-lihat dulu situasi dan kondisi perusahaan ya. Jangan sampai kamu malah dinilai nirempati karena minta naik gaji, pas kantor lagi terombang-ambing keuangannya.
8. Tidak Mendokumentasikan Kesepakatan
Setelah negosiasi selesai dan kesepakatan dicapai, pastikan semua detail ditulis dan dikonfirmasi secara tertulis. Ini membantu menghindari kesalahpahaman di kemudian hari.
Kamu bisa mem-follow up-nya dengan email, atau minta pembaruan surat kontrak. Pastikan bahwa semua kesepakatan yang sudah dilakukan telah tercakup di dalamnya.
Menghindari kesalahan-kesalahan ini dapat membantu Anda dalam mencapai hasil yang lebih baik dalam negosiasi gaji dan memastikan bahwa Anda mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan nilai Anda.
Negosiasi gaji adalah langkah krusial dalam memastikan bahwa kamu telag mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan nilai dan kontribusi di perusahaan. Namun, mendapatkan gaji yang baik hanyalah langkah awal. Penting untuk juga memiliki keterampilan dalam mengelola keuangan pribadi kamu agar manfaat dari hasil negosiasi tersebut dapat dioptimalkan.
Untuk itu, mengusulkan pada kantor untuk mengundang QM Financial untuk memberikan kelas keuangan di kantor bisa menjadi langkah cerdas. Dengan begitu, kamu dan karyawan lain mendapatkan wawasan tentang bagaimana mengelola pendapatan secara efektif, menabung, berinvestasi, dan merencanakan masa depan keuangan dengan lebih baik.
Dengan demikian, setelah negosiasi gaji disepakati, kamu enggak hanya mendapatkan kompensasi yang layak, tetapi juga memiliki kemampuan untuk mengelolanya dengan bijaksana, memastikan stabilitas dan kesejahteraan finansial jangka panjang.
Ingin meningkatkan kesejahteraan finansial dan produktivitas karyawan di kantor? Yuk, undang QM Financial untuk mengadakan kelas keuangan yang komprehensif dan praktis di kantor. Hubungi QM Financial sekarang ya!
Bagaimana Penilaian Kerja Karyawan Memengaruhi Kesejahteraan Finansial
Tidak semua perusahaan memiliki sistem penilaian kerja karyawan. Padahal, penilaian ini mampu memberikan dampak besar terhadap kesejahteraan finansial mereka.
Karyawan yang memperoleh hasil evaluasi tinggi berpotensi meraih gaji dan bonus yang pada akhirnya mampu menaikkan nilai pendapatan mereka. Sebaliknya, hasil evaluasi kerja yang buruk akan menghambat naiknya gaji yang berpotensi membuat karier semakin meredup.
Meskipun terlihat sepele, penting sekali untuk mencapai penilaian kerja yang baik bagi karyawan. Misalnya, dengan meningkatkan produktivitas, menyelesaikan project dengan baik, dan berkontribusi aktif sesuai visi perusahaan. Pekerjaan yang dilakukan dengan positif akan membuat penilaian kerja menjadi baik. Inilah kunci meningkatkan kesejahteraan finansial karyawan.
Hubungan antara Produktivitas dan Kompensasi yang Diterima Karyawan
Dalam penilaian kerja karyawan, produktivitas dan kompensasi karyawan memiliki hubungan yang sangat erat. Saat kamu meningkatkan produktivitas, maka secara otomatis kamu akan memberikan value yang lebih besar untuk perusahaan.
Umumnya, perusahaan akan menghargai setiap produktivitas yang diberikan oleh karyawan melalui pemberian kompensasi yang tepat, baik itu kenaikan gaji, bonus, atau insentif lainnya.
Dengan bekerja lebih produktif, maka perusahaan akan lebih menghargai kinerja karyawan. Beberapa upaya meningkatkan produktivitas yang bisa dilakukan seperti mencapai target, melakukan inovasi, memenangkan tender, dan kontribusi positif lainnya.
Jenis-jenis Metode Penilaian Kerja Karyawan
Ada banyak metode penilaian kinerja yang diterapkan oleh berbagai perusahaan. Proses ini sangat penting untuk meningkatkan produktivitas karyawan sekaligus kualitas perusahaan.
Penilaian kerja karyawan juga bisa dipakai untuk dasar pengambilan keputusan perusahaan terkait hubungan kerja karyawan. Perusahaan dapat memutuskan untuk memberikan apresiasi pada karyawan produktif dan berprestasi atau justru tidak memperpanjang kontrak kerja karyawan yang kinerjanya kurang memenuhi harapan.
Seperti apa contoh metode penilaian kerja karyawan ini? Ada beberapa, mari kita lihat.
Behaviorally Anchored Rating Scale (BARS)
BARS adalah metode penilaian karyawan yang menggunakan rating scale. Metode ini termasuk jenis metode yang paling umum diterapkan dalam perusahaan karena melibatkan penilaian kualitatif dan kuantitatif, sehingga dinilai lebih efektif.
Management by Objectives (MBO)
Dalam metode MBO, manajer dan karyawan saling bersinergi untuk mengidentifikasi, merencanakan, dan mengelola tujuan untuk mencapai kesuksesan dalam periode tertentu. Metode ini melibatkan S.M.A.R.T (Specific, Measurable, Achievable, Realistic, and Time-sensitive).
360-Degree Feedback
Metode 360-Degree Feedback bertujuan untuk mengevaluasi karyawan dengan cara mengumpulkan pendapat dari semua pihak yang berkaitan dengan kinerja karyawan. Metode ini cukup efektif untuk menghilangkan bias dalam penilaian kinerja dan memberikan realita yang jelas tentang kompetensi karyawan selama bekerja.
Pengaruh Hasil Penilaian Kerja terhadap Gaji dan Bonus
Hasil penilaian kinerja bisa sangat memengaruhi besar atau kecilnya gaji dan bonus karyawan. Hal ini mampu mencerminkan kualitas, produktivitas, dan kontribusi karyawan terhadap perusahaan.
Kecenderungannya, karyawan yang memperoleh penilaian kerja yang baik akan mendapatkan gaji yang lebih tinggi. Mereka juga akan mendapatkan bonus atau insentif dari kinerjanya yang telah dilakukan dengan produktif.
Umumnya, perusahaan akan memberikan bonus pada karyawan yang telah memenuhi atau melampaui target tertentu. Bonus tersebut dapat mencakup bonus absensi, bonus project, dan lain-lain. Tentu saja, ini tergantung pada kebijakan masing-masing juga ya.
Dampak Penilaian Kerja terhadap Kesejahteraan Finansial Karyawan
Selain berpengaruh terhadap gaji dan bonus, penilaian kerja juga berdampak pada kesejahteraan finansial karyawan. Karyawan yang memperoleh penilaian kerja positif secara konsisten berpeluang besar untuk dipromosikan atau naik jabatan. Hal ini tentunya diiringi dengan kenaikan gaji secara signifikan.
Beberapa dampak lain yang bisa dirasakan di antaranya sebagai berikut.
Memperoleh Banyak Manfaat Perusahaan
Tidak sedikit perusahaan yang menawarkan beragam manfaat tambahan kepada karyawan agar bisa mencapai penilaian kerja yang tinggi, seperti asuransi, rencana pensiun, cuti berbayar tambahan, dan lain-lain. Hal ini tentu dapat meminimalkan pengeluaran untuk biaya kesehatan dan persiapan pensiun.
Pekerjaan yang Aman
Memperoleh pekerjaan tetap yang mampu memberikan jaminan kesejahteraan tentu menjadi impian banyak orang. Dengan mengantongi penilaian kerja yang positif, maka kamu bisa memperoleh keamanan pekerjaan yang lebih terjamin. Alhasil, stabilitas finansial dapat tercapai dalam jangka panjang.
Berkesempatan Menabung Lebih Banyak
Gaji dan insentif yang terkumpul banyak dari keunggulan penilaian kerja akan mampu memberikan kesempatan bagi karyawan untuk menabung.
Sejatinya, menabung adalah suatu hal yang penting dilakukan semua orang untuk kebutuhan finansial di masa depan. Jika penilaian kerjanya baik, tentu karyawan dapat menabung dengan jumlah yang lebih besar.
Perlunya Memberikan Kelas Keuangan kepada Karyawan
Memberikan kelas keuangan pada karyawan sangat penting untuk menciptakan lingkungan kerja yang produktif, dan suportif. Pada akhirnya, hal ini turut meningkatkan kinerja karyawan secara menyeluruh. Beberapa alasan pentingnya memberikan kelas keuangan untuk karyawan di antaranya sebagai berikut:
Meningkatkan Kesejahteraan Karyawan
Karyawan yang berwawasan luas tentang dunia keuangan akan mampu mengelola gaji dengan lebih efisien. Mereka akan mampu memenuhi segala kebutuhan primer tanpa mengesampingkan kesejahteraan mental dan fisiknya.
Meningkatkan Loyalitas Karyawan
Memberikan kelas keuangan adalah bukti bahwa perusahaan peduli dengan kesejahteraan karyawan. Dengan begitu, karyawan akan lebih loyal dalam mencurahkan segala potensinya untuk kemajuan perusahaan.
Meningkatkan Citra Perusahaan
Selain meningkatkan loyalitas dan kesejahteraan karyawan, memberikan kelas keuangan juga dapat meningkatkan citra perusahaan di mata publik. Ini merupakan bentuk tanggung jawab sosial yang pada akhirnya berdampak baik pada reputasi perusahaan.
Mendorong Karyawan Berinvestasi
Kesejahteraan karyawan tidak akan maksimal jika hanya menabung tanpa diimbangi dengan investasi. Berinvestasi merupakan salah satu strategi finansial yang telah direkomendasikan oleh para pakar keuangan untuk memperoleh passive income dengan cara yang efektif. Dengan memberikan kelas keuangan pada karyawan, maka mereka akan lebih melek finansial dan terdorong untuk mulai berinvestasi.
Penilaian kerja karyawan merupakan faktor penting untuk meningkatkan produktivitas mereka. Karyawan yang produktif mempunyai kesempatan lebih besar untuk meraih peluang karier yang tinggi dan pendapatan yang lebih besar untuk kesejahteraan finansialnya.
Yuk, mari, undang QM team untuk mengadakan kelas keuangan di kantormu! Kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Kompensasi dari Perusahaan yang Ditentukan oleh Performance Karyawan: Apa Manfaatnya?
Dalam dunia korporat modern, bagaimana kompensasi dari perusahaan yang ditentukan oleh performance karyawan telah menjadi isu sentral dalam strategi manajemen sumber daya manusia.
Konsep ini kini tidak hanya dilihat sebagai imbalan standar atas jasa, tetapi semakin berkembang menjadi instrumen untuk mendorong kinerja, memotivasi, dan memastikan keselarasan antara tujuan karyawan dengan tujuan bisnis perusahaan.
Pada era ketika talenta adalah kunci keberhasilan bisnis, kompensasi dari perusahaan yang diberikan dengan berdasarkan performa karyawan muncul sebagai pendekatan yang kritis, menggantikan model-model kompensasi tradisional yang sebelumnya mendominasi industri.
Namun, apa sebenarnya manfaat dari pendekatan ini bagi perusahaan dan karyawannya?
Manfaat Kompensasi dari Perusahaan bagi Karyawan
Dalam dunia kerja kontemporer, pendekatan kompensasi dari perusahaan berbasis performance karyawan seperti ini semakin diminati oleh banyak perusahaan. Meskipun alasan utama perusahaan mengadopsi model ini adalah untuk meningkatkan efisiensi dan produktivitas, tak dapat dimungkiri bahwa kompensasi dari perusahaan berbasis performa juga membawa manfaat signifikan bagi karyawan. Apa saja?
1. Pemberian Penghargaan atas Prestasi
Salah satu keinginan dasar manusia dalam pekerjaannya adalah dihargai. Kompensasi dari perusahaan berbasis performance karyawan ini, pada intinya, merupakan bentuk pengakuan langsung atas hasil kerja seseorang.
Karyawan yang bekerja dengan keras, berinovasi, dan memberikan kontribusi besar bagi perusahaan akan merasa dihargai melalui insentif finansial yang diterima. Ini mendorong rasa pencapaian dan kepuasan kerja, yang keduanya krusial bagi kesejahteraan emosional karyawan.
2. Motivasi Intrinsik dan Ekstrinsik
Ketika upaya karyawan dihargai dengan imbalan finansial, hal ini pun mendorong motivasi ekstrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari adanya hadiah.
Namun tak hanya itu, kompensasi berbasis performa juga bisa menumbuhkan motivasi intrinsik, yaitu motivasi yang berasal dari keinginan untuk melakukan tugas dengan baik karena merasa puas dengan tugas tersebut. Melalui pengakuan dan hadiah, karyawan dapat merasa pekerjaan mereka memiliki makna dan nilai.
3. Kesempatan untuk Meningkatkan Pendapatan
Salah satu keuntungan paling jelas dari pemberian kompensasi dari perusahaan berbasis performa adalah potensi untuk meningkatkan pendapatan. Sebagai gantinya dari sistem gaji tetap yang terbatas oleh posisi atau senioritas, karyawan memiliki kesempatan untuk meningkatkan penghasilan mereka berdasarkan kontribusi nyata yang diberikan.
Hal ini menawarkan kesempatan bagi mereka yang ambisius untuk mencapai kesejahteraan finansial yang lebih baik.
4. Transparansi dan Keterbukaan
Kompensasi dari perusahaan berbasis performance karyawan yang dirancang dengan baik harus transparan. Karyawan harus mengetahui kriteria apa yang digunakan untuk menilai performa mereka dan bagaimana hal itu dihubungkan dengan kompensasi dari perusahaan.
Transparansi ini memberikan kejelasan bagi karyawan tentang apa yang diharapkan dari mereka dan bagaimana mereka dapat mencapai target tersebut.
5. Pengembangan Profesional
Dengan insentif yang jelas untuk meningkatkan kinerja, karyawan akan lebih termotivasi untuk mengembangkan kemampuan dan keterampilan mereka. Hal ini bisa dicapai melalui pelatihan formal, belajar mandiri, atau inisiatif pengembangan lainnya.
Hasilnya, karyawan tidak hanya mendapat kompensasi dari perusahaan yang lebih baik tetapi juga pertumbuhan profesional yang berkesinambungan.
Manfaat Kompensasi dari Perusahaan bagi Perusahaan Itu Sendiri
Kompensasi dari perusahaan yang diberikan berdasarkan performance karyawan ini juga bukan hanya sekadar tren semata. Namun, merupakan refleksi dari pemahaman yang mendalam tentang bagaimana mengoptimalkan sumber daya manusia untuk mencapai tujuan bisnis.
Perusahaan yang berhasil mengimplementasikan strategi ini bukan hanya menghargai kinerja karyawan, tetapi juga menikmati sejumlah manfaat korporat yang berkelanjutan. Apa saja?
1. Peningkatan Produktivitas
Inti dari kompensasi dari perusahaan adalah memberikan insentif bagi karyawan untuk bekerja dengan efisiensi dan efektivitas maksimal. Dengan imbalan yang langsung terkait dengan performa, karyawan lebih cenderung untuk meningkatkan produktivitas mereka. Hasilnya adalah output yang lebih tinggi dengan sumber daya yang sama atau bahkan lebih sedikit.
2. Alokasi Sumber Daya yang Efisien
Dengan menghubungkan kompensasi dari perusahaan dengan performa, perusahaan dapat mengalokasikan sumber daya mereka dengan cara yang lebih efisien. Gaji dan insentif dialokasikan kepada mereka yang paling berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan, memastikan bahwa investasi dalam tenaga kerja memberikan imbal hasil maksimal.
3. Mendorong Budaya Berorientasi Hasil
Ketika kompensasi dari perusahaan diberikan dan dikaitkan dengan kinerja, seluruh organisasi bisnis akan cenderung bergerak ke arah budaya yang berorientasi pada hasil. Hal ini dapat menciptakan lingkungan yang memungkinkan pencapaian karyawan dirayakan dan dihargai.
4. Retensi Talent
Karyawan berkinerja tinggi ingin dihargai sesuai dengan kontribusi mereka. Kompensasi dari perusahaan yang diberikan berdasarkan performa menawarkan pengakuan finansial atas kontribusi tersebut, meningkatkan peluang perusahaan untuk mempertahankan talenta-talenta terbaiknya.
Hal ini menghemat biaya yang berhubungan dengan perekrutan, pelatihan, dan orientasi karyawan baru.
5. Kemampuan Adaptasi dalam Lingkungan yang Berubah
Dalam lingkungan bisnis yang cepat berubah, perusahaan harus fleksibel dan adaptif. Dengan adanya kompensasi dari perusahaan seperti ini, perusahaan dapat dengan cepat menyesuaikan insentif berdasarkan prioritas bisnis yang berubah, memastikan bahwa karyawan tetap fokus pada tujuan utama saat ini.
6. Meningkatkan Kolaborasi dan Inovasi
Dengan sistem reward yang tepat, perusahaan dapat mendorong karyawan untuk berkolaborasi dan berinovasi. Insentif berbasis tim, misalnya, bisa mendorong kolaborasi lintas departemen, sedangkan bonus untuk inovasi dapat mendorong pemikiran kreatif.
Dengan adanya kompensasi dari perusahaan berdasarkan performance karyawan ini, secara langsung dan tidak langsung, perusahaan mengakui bahwa karyawan adalah aset berharga. Insentif akan menjadi modal bagi mereka untuk lebih berkembang dan memberikan yang terbaik.
Dalam lingkungan bisnis yang terus berubah dan kompetitif, perusahaan memerlukan strategi yang tidak hanya menarik talenta terbaik tetapi juga mempertahankan dan memotivasi mereka untuk berkinerja optimal. Dengan menerapkan sistem kompensasi dari perusahaan yang berorientasi pada hasil, perusahaan dapat membangun hubungan win-win dengan karyawan, yang memungkinkan keduanya saling mendukung dalam mencapai keberhasilan bersama. Ini bukan hanya tentang pembayaran; ini adalah investasi dalam masa depan organisasi bisnis perusahaan terkait.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Negosiasi Gaji Karyawan dan Kiat Sukses untuk Mendapatkan Kompensasi yang Layak
Pernahkah kamu merasa bahwa kompensasi atau gaji yang kamu terima belum sesuai dengan kualifikasi dan kontribusi yang kamu berikan pada perusahaan? Atau mungkin, saat melamar pekerjaan baru, kamu merasa ragu untuk menyampaikan ekspektasi gaji yang kamu inginkan? Kamu enggak sendirian kok. Faktanya, banyak dari kita sering kali merasa canggung atau tidak yakin saat membahas topik negosiasi gaji karyawan ini.
Negosiasi gaji karyawan bukan hanya tentang angka, tetapi juga tentang menghargai diri sendiri, mengetahui nilai kontribusi yang bisa kamu berikan, dan tentunya mendapatkan hak yang layak atas kerja keras yang telah kamu investasikan.
Di sisi lain, bagi pemberi kerja, memberikan kompensasi yang tepat juga penting agar karyawan merasa dihargai dan termotivasi untuk memberikan performa terbaiknya.
Karena itu, dalam artikel ini, kita akan membahas lebih lanjut tentang negosiasi gaji karyawan dan bagaimana kamu bisa mendekati proses ini dengan persiapan dan strategi yang matang. Simak terus artikel ini sampai selesai ya.
Tantangan dalam Negosiasi Gaji Karyawan
Membahas gaji karyawan sering kali menjadi momen yang penuh tekanan. Kenapa? Karena ada beberapa tantangan yang mungkin kamu hadapi saat melakukan negosiasi. Tantangan seperti apa? Mari kita lihat satu per satu.
Kesalahpahaman antara Ekspektasi dan Realitas
Banyak karyawan beranggapan bahwa mereka seharusnya mendapatkan lebih berdasarkan kontribusi atau keahlian mereka.
Sementara itu, pemberi kerja mungkin memiliki anggaran atau pertimbangan lain yang membatasi tawaran yang mereka berikan. Kesalahpahaman ini bisa memicu frustrasi dan ketidakpuasan.
Kurangnya Informasi tentang Standar Gaji Karyawan
Tanpa informasi yang tepat mengenai standar gaji karyawan di industri tertentu, kamu mungkin merasa bingung tentang berapa seharusnya gaji yang layak untuk posisimu. Di sisi lain, pemberi kerja mungkin juga tidak memiliki informasi yang akurat untuk menentukan tawaran yang kompetitif.
Rasa Takut atau Ketidaknyamanan
Banyak yang merasa tidak nyaman, takut, hingga jengah untuk membuka topik negosiasi gaji karyawan ini. Rasa takut ditolak, dianggap serakah, atau bahkan kehilangan peluang pekerjaan membuat banyak orang memilih untuk menerima apa yang ditawarkan tanpa bernegosiasi.
Kurangnya Keterampilan Negosiasi
Memang enggak semua orang memiliki keterampilan (juga keberanian) atau pengalaman dalam bernegosiasi, apalagi jika ini adalah kali pertama dilakukan. Rasanya canggung, betul? Tanpa persiapan yang matang, kamu bisa jadi merasa enggak pede atau enggak yakin bagaimana cara menyampaikan argumenmu dengan efektif.
Nah, sebenarnya, dengan mengetahui tantangannya seperti ini, kamu sudah satu langkah untuk lebih siap untuk menghadapinya dan mendorong percakapan menuju hasil yang lebih positif. Tinggal diteruskan ke beberapa kiat sukses untuk nego berikut.
Kiat-kiat Sukses untuk Negosiasi Gaji Karyawan
Memperoleh kompensasi yang sesuai dengan kemampuan dan kontribusi kamu tentunya menjadi tujuan dalam negosiasi gaji. Namun, bagaimana cara mencapainya? Berikut beberapa kiat yang bisa kamu terapkan.
1. Percaya pada Nilai Diri
Sebelum memulai negosiasi, pastikan kamu mengetahui kelebihan, keahlian, dan pengalaman yang kamu miliki. Ini akan membantu kamu menyampaikan argumen dengan lebih percaya diri.
Kalau perlu, catat prestasi atau kontribusi yang telah kamu berikan (atau yang potensial bisa kamu berikan) pada perusahaan. Ini akan memperkuat posisi kamu dalam negosiasi.
2. Komunikasikan secara Profesional
Saat menyampaikan ekspektasi gaji, gunakan data dari riset gaji yang kamu lakukan. Menyebutkan standar industri atau benchmarking gaji juga dapat membuat argumenmu lebih objektif.
Hindari emosi berlebihan, tetap tenang dan profesional. Fokus pada fakta yang sudah kamu kumpulkan.
3. Berpikir Fleksibel
Pahami bahwa gaji karyawan bukan satu-satunya bentuk kompensasi. Manfaat lain seperti bonus, saham, asuransi kesehatan, atau waktu libur juga penting. Jika gaji yang ditawarkan kurang dari ekspektasi, mungkin kamu bisa bernegosiasi pada manfaat lainnya.
Selain itu, daripada memberikan satu angka spesifik, tawarkan rentang gaji yang kamu harapkan. Hal ini dapat memberi ruang fleksibilitas dan menunjukkan kesiapan kamu untuk bernegosiasi.
4. Jangan Takut Mengatakan “Tidak”
Kamu memiliki hak untuk menolak tawaran yang menurutmu tidak sesuai. Jika kamu merasa bahwa tawaran tersebut jauh dari ekspektasi dan tidak ada ruang untuk bernegosiasi, mungkin lebih baik untuk menunggu peluang yang lebih sesuai.
5. Siapkan Opsi Cadangan
Selalu punya rencana B. Jika negosiasi tidak berjalan sesuai harapan, pertimbangkan apa langkah selanjutnya yang akan kamu ambil. Apakah kamu akan mencari pekerjaan lain atau menerima tawaran dengan kondisi tertentu? Dengan mempunyai opsi cadangan, kamu akan merasa lebih aman dan percaya diri.
Dengan menerapkan kiat-kiat di atas, kamu akan lebih siap untuk menghadapi negosiasi gaji karyawan dan meningkatkan peluang mendapatkan kompensasi yang sesuai dengan nilai dan keahlianmu. Ingatlah bahwa negosiasi adalah proses timbal balik; dengan komunikasi yang baik dan persiapan yang matang, kamu dapat mencapai kesepakatan yang menguntungkan bagi kedua pihak.
Kesalahan Umum dalam Negosiasi Gaji
Dalam proses negosiasi gaji, terdapat beberapa kesalahan yang sering dilakukan oleh karyawan. Kesalahan-kesalahan ini bisa menghambat peluang untuk mendapatkan kompensasi yang lebih baik. Mari kita pelajari apa saja kesalahan tersebut agar kamu bisa menghindarinya.
Menerima Tawaran Pertama tanpa Bernegosiasi
Banyak karyawan yang menerima tawaran gaji pertama yang diberikan oleh pemberi kerja tanpa mencoba bernegosiasi. Padahal, banyak pemberi kerja yang sudah mengantisipasi adanya negosiasi dan memberikan tawaran awal di bawah anggaran yang mereka miliki.
Tidak Mempertimbangkan Manfaat Lainnya selain Gaji
Fokus hanya pada gaji pokok bisa membuat kamu melewatkan kesempatan untuk mendapatkan manfaat lain seperti bonus, insentif, fasilitas kesehatan, cuti yang lebih banyak, atau fleksibilitas jam kerja.
Terlalu Agresif atau Terlalu Pasif
Menyampaikan ekspektasi dengan terlalu agresif bisa membuat pemberi kerja merasa terintimidasi atau merasa kamu tidak fleksibel. Sementara dengan sikap yang terlalu pasif, kamu mungkin tidak akan mendapatkan kompensasi yang kamu layak.
Tidak Melakukan Riset Gaji Sebelumnya
Tanpa pengetahuan tentang standar gaji di industri atau untuk posisi tertentu, kamu mungkin akan menetapkan ekspektasi yang terlalu tinggi atau terlalu rendah. Riset gaji adalah kunci untuk membekali diri dengan informasi yang objektif saat bernegosiasi.
Mengungkapkan Ekspektasi Gaji Terlalu Dini
Jika kamu menyampaikan ekspektasi gaji terlalu dini dalam proses wawancara, kamu mungkin kehilangan ruang bernegosiasi. Sebaiknya tunggu sampai kamu mendapatkan tawaran atau setidaknya sampai tahap akhir wawancara.
Berdasarkan pada Kebutuhan Pribadi
Menggunakan alasan pribadi seperti mau melunasi utang atau memenuhi kebutuhan hidup sebagai alasan untuk mendapatkan gaji lebih tinggi bisa membuat kamu tampak tidak profesional. Bahkan, hal ini mengindikasikan kalau keterampilan pengelolaan keuanganmu enggak mumpuni.
Fokuslah pada kualifikasi, pengalaman, dan kontribusi yang kamu bawa untuk perusahaan. Atau, kalau memang benar pengelolaan keuanganmulah yang kurang mumpuni, kamu bisa meminta perusahaan untuk memberikan kelas keuangan.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Lebih dari Sekadar Uang, Ini Contoh Insentif Non Finansial yang Bisa Diterima Karyawan
Contoh insentif non-finansial menjadi hal yang paling dicari dalam dunia kerja saat ini. Di sisi lain, masih banyak orang berpikir bahwa uang adalah motivasi utama bagi karyawan.
Memang, gaji yang kompetitif dan bonus kinerja adalah bagian penting dari strategi retensi karyawan. Namun, ada banyak cara lain untuk memotivasi dan menghargai karyawan yang tak kalah efektifnya. Penelitian menunjukkan bahwa contoh insentif non-finansial bisa memiliki dampak yang lebih besar dalam meningkatkan kepuasan dan produktivitas kerja.
Manfaat dari insentif non-finansial melampaui sekadar meningkatkan moral karyawan. Insentif ini juga dapat membantu menciptakan lingkungan kerja yang lebih baik, memperkuat ikatan antara karyawan dan perusahaan, dan mendorong loyalitas karyawan. Mereka menawarkan cara kreatif dan personal untuk mengakui prestasi dan dedikasi karyawan, yang pada akhirnya dapat mendorong kinerja mereka ke tingkat yang lebih tinggi.
Artikel ini akan membahas berbagai contoh insentif non finansial yang dapat diterapkan oleh perusahaan untuk memberi penghargaan kepada karyawan mereka. Dengan memahami dan menerapkan insentif non-finansial ini, perusahaan dapat menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif, serta meningkatkan retensi dan loyalitas karyawan.
Pengertian dan Manfaat Insentif Non Finansial
Contoh insentif non finansial adalah bentuk penghargaan atau pujian yang diberikan kepada karyawan sebagai pengakuan atas prestasi mereka. Insentif ini dapat berupa penghargaan, pengakuan, promosi, atau kesempatan untuk pengembangan profesional.
Berikut beberapa manfaat insentif non-finansial dalam meningkatkan kinerja karyawan.
Meningkatkan Motivasi
Insentif non-finansial dapat memberikan dorongan yang besar untuk karyawan karena mereka merasa dihargai dan diakui. Hal ini dapat mendorong mereka untuk bekerja lebih keras dan lebih efektif, karena mereka melihat bahwa usaha mereka diperhatikan dan dihargai.
Penghargaan Prestasi
Insentif non-finansial seperti penghargaan atau pengakuan dapat menjadi cara yang baik untuk memberikan penghargaan atas prestasi karyawan. Hal ini tidak hanya meningkatkan moral karyawan, tetapi juga memotivasi rekan kerja lainnya untuk berusaha mencapai standar yang sama.
Membangun Loyalitas
Karyawan yang merasa dihargai dan dihormati cenderung lebih setia kepada perusahaan mereka. Mereka akan lebih mungkin untuk tetap berada di perusahaan, mengurangi tingkat pergantian karyawan dan membantu mempertahankan pengetahuan dan keterampilan yang penting.
Meningkatkan Kepuasan Kerja
Insentif non-finansial seperti fleksibilitas waktu kerja, lingkungan kerja yang baik, dan kesempatan untuk pengembangan profesional dapat meningkatkan kepuasan kerja karyawan. Karyawan yang puas cenderung lebih produktif dan lebih berkomitmen terhadap pekerjaan mereka.
Pengembangan Keterampilan dan Karier
Insentif seperti pelatihan profesional, konferensi, atau peluang untuk promosi dapat membantu karyawan mengembangkan keterampilan mereka dan bergerak maju dalam karier mereka. Ini bukan hanya bermanfaat bagi karyawan, tetapi juga perusahaan, karena membantu membangun tenaga kerja yang lebih terampil dan berpengalaman.
Jadi kita bisa melihat kan? Bahwa, insentif non-finansial dapat memiliki dampak yang signifikan terhadap kinerja dan kepuasan karyawan, dan dapat menjadi alat yang efektif untuk memotivasi dan mempertahankan tenaga kerja yang berkualitas.
Contoh Insentif Non Finansial
Berikut beberapa contoh insentif non finansial yang bisa diterima karyawan.
Penghargaan dan Pengakuan
Penghargaan untuk Employee of the Month, piala, sertifikat, atau pujian publik dalam rapat perusahaan juga bisa menjadi salah satu contoh insentif non finansial, dan merupakan cara bagus untuk mengakui dan merayakan prestasi karyawan.
Peluang Pengembangan Karier
Kesempatan untuk belajar dan berkembang adalah juga contoh insentif non finansial yang sangat berharga. Hal ini bisa berupa pelatihan, konferensi, peluang untuk berpartisipasi dalam proyek khusus, atau promosi.
Fleksibilitas Waktu Kerja
Fleksibilitas dalam jam kerja juga bisa menjadi salah satu contoh insentif non finansial yang akan disukai oleh karyawan. Hal ini bisa berarti memungkinkan mereka untuk bekerja dari rumah, menyesuaikan jam kerja mereka, atau memberikan waktu luang yang lebih fleksibel.
Kesejahteraan Karyawan
Contoh insentif non finansial program kesejahteraan karyawan, seperti akses ke gym perusahaan atau program kesehatan mental, bisa sangat dihargai oleh karyawan.
Hak Liburan yang Lebih Baik
Memberikan waktu libur yang ekstra atau lebih fleksibel bisa menjadi contoh insentif non finansial yang sangat berharga. Dengan catatan, enggak perlu dengan syarat harus membawa laptop saat berlibur ya.
Lingkungan Kerja yang Nyaman
Membuat lingkungan kerja yang nyaman dan menarik juga bisa menjadi insentif besar. Hal ini bisa berarti menyediakan peralatan kerja yang baik, lingkungan kerja yang bersih dan rapi, atau bahkan fasilitas seperti ruang istirahat yang nyaman atau kantin yang menyediakan makanan sehat.
Kesempatan untuk Berkontribusi
Beberapa karyawan akan merasa termotivasi oleh kesempatan untuk berkontribusi pada tujuan atau visi perusahaan. Memberi mereka kesempatan untuk memberikan masukan atau berpartisipasi dalam pengambilan keputusan bisa menjadi insentif yang kuat.
Sebagai kesimpulan, insentif non-finansial berperan penting dalam memberikan motivasi dan penghargaan kepada karyawan. Baik itu penghargaan, peluang pengembangan karier, fleksibilitas waktu kerja, peningkatan kesejahteraan karyawan, atau pengembangan diri seperti training finansial, semua contoh ini menunjukkan bahwa insentif tidak harus berbentuk uang untuk memberikan dampak yang besar.
Training finansial, khususnya, adalah insentif non-finansial yang sangat bermanfaat. Melalui pelatihan ini, karyawan tidak hanya mendapatkan pengetahuan dan keterampilan yang mereka butuhkan untuk sukses dalam peran mereka saat ini, tetapi juga membekali mereka dengan alat yang mereka butuhkan untuk sukses dalam kehidupan pribadi dan profesional mereka secara keseluruhan.
Memahami dan memanfaatkan insentif non-finansial, termasuk training finansial, dapat membantu perusahaan menciptakan lingkungan kerja yang lebih positif dan produktif. Ini bukan hanya tentang memberikan penghargaan kepada karyawan, tetapi juga tentang membangun hubungan yang lebih baik dan meningkatkan loyalitas karyawan.
Oleh karena itu, dalam menciptakan strategi kompensasi karyawan, perusahaan perlu mempertimbangkan lebih dari sekadar gaji dan bonus. Mereka juga perlu mempertimbangkan bagaimana mereka dapat menggunakan insentif non-finansial untuk mendukung dan menghargai karyawan mereka.
Jika kantor kamu pengin mengundang tim QM Financial untuk belajar finansial bareng, kamu bisa langsung menghubungi ini ya!
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Gaji Besar Versus Kepuasan Kerja: Pilih Mana?
Dalam suatu obrolan, seorang teman ikrib (saking akrabnya) pernah bilang begini, “Buat kerja, seenggaknya harus salah satu lu dapet: kalau lu gak suka sama kerjaannya, lu harus punya gaji besar. Tapi, kalau duitnya dikit, setidaknya lu mesti hepi ngerjainnya. Ya, syukur-syukur dapet dua-duanya. Kalau enggak ada, ya ngapain?”
Setuju enggak kira-kira dengan kata-kata di atas? Pendapat pribadi nih ya–kalau memang bisa memilih pekerjaan–saya sih setuju dengan pernyataan tersebut.
Maksudnya, nasib ya siapa yang bisa menentukan. Betul? Kadang kita memang bisa dapat semua yang kita mau, kadang juga enggak. Kalau memang nasib lagi baik, dan kita bisa memilih pekerjaan, maunya sih ya dapat gaji besar dan hepi ngerjainnya. Tapi kalau enggak bisa dapat yang ideal macam itu, ya setidaknya harus salah satu yang dipilih. Kalau enggak ada yang bisa dipilih (plus kepepet), ya akhirnya apa aja deh dikerjain, asal halal.
Ternyata kontroversi soal gaji besar versus kepuasan kerja ini masih saja diperdebatkan di antara para pelaku dunia kerja. Ya, wajar sih, karena masing-masing punya kebutuhan dan prioritas yang berbeda. So–lagi-lagi opini pribadi nih–enggak ada yang salah dan enggak ada yang benar 100% tentang gaji besar versus kepuasan kerja. Tergantung kondisi masing-masing.
Pilih Mana?
Gaji Besar
Siapa sih yang enggak butuh duit? Enggak ada, iya nggak sih? Realistis saja, sepertinya enggak ada orang yang nggak butuh duit. Makanya, banyak karyawan yang seneng-seneng saja kalau dapat gaji besar. Enggak heran juga, ada fresh graduate yang menolak gaji Rp8 juta.
Tapi, kadang banyak yang lupa. Bahwa nominal gaji itu ekuivalen dengan besarnya beban, tanggung jawab, dan tuntutan.
The New York Times pernah mengulas dan memberikan data survei yang dilakukannya pada 500.000 pekerja di Amerika Serikat, yang membawa kesimpulan akhir bahwa gaji besar ternyata tak menjamin seseorang bahagia dan puas dengan pekerjaannya. Beberapa orang mengungkapkan, gaji mereka yang besar menuntut aneka bentuk pengorbanan–hilangnya waktu kebersamaan dengan keluarga, dengan teman-teman, enggak bisa menekuni hobi, kurangnya waktu beristirahat, dan sebagainya.
Belum lagi, jika kondisi dan situasi di tempat kerja juga kurang nyaman; terlalu banyak politik kantor, drama ina-inu, gosip, kurangnya kerja sama antar rekan, dan sebagainya.
Hal-hal tersebut seakan membuat nominal besar di slip gaji yang diterima setiap bulan menjadi “bukan apa-apa” lagi.
Namun, di sisi lain, gaji besar bisa menjadi motivasi bagi seorang karyawan untuk berusaha lebih baik dan berkontribusi lebih banyak. Gaji dan berbagai kompensasi bisa menjadi “bensin” yang selalu membakar semangat untuk terus bekerja dengan baik.
Ada yang enggak setuju dengan hal ini? Kayaknya sih semua setuju ya?
Kepuasan Kerja
Di sisi lain, kepuasan kerja memang bisa dicapai saat kita mendapatkan gaji yang selayaknya dengan hasil dan kinerja yang sudah kita berikan. Logikanya, kalau hasil kerja bisa memuaskan pastinya kita juga boleh mengharap gaji besar. Sehingga besaran gaji dan juga kepuasan ini akan saling memengaruhi. Dengan logika yang sama pula, kita seharusnya jadi bisa menyimpulkan, saat kepuasan kerja tercapai maka kita pun pasti happy menjalani kerja tersebut.
Tetapi, ternyata, fakta yang dibawa oleh survei yang dilakukan The New York Times mengatakan, bahwa gaji besar enggak selamanya bisa menjamin orang bahagia saat bekerja. Alih-alih, banyak yang mengungkapkan justru hal-hal di luar gajilah yang menentukan apakah mereka akan bertahan di suatu pekerjaan atau lebih memilih pindah kantor atau bahkan pindah bidang kerja.
Banyak responden yang mengungkapkan, bahwa mereka punya gaji besar namun gerah akan kompetisi antarkaryawan di kantor yang sangat ketat. Bukannya saling membantu, masing-masing malah saling menjatuhkan. Lama-kelamaan mereka tak merasa puas lagi pada pekerjaannya. Bukan lantaran tak dibayar cukup, tetapi karena pekerjaan yang dimiliki tidak mencakup kebutuhan jiwa dasar, yaitu kenyamanan dan keamanan, kebutuhan untuk berkembang, menjalin hubungan baik dengan sesama, serta ikut berkontribusi dalam bidang yang digeluti.
Hmmm, kalau dari sini tampak bahwa kebutuhan untuk eksis dan dihargai ternyata jauh lebih tinggi ketimbang kebutuhan untuk mendapatkan gaji besar.
Gaji Besar Versus Kepuasan Kerja: Mana yang Dipilih?
Sekali lagi, hal ini tergantung pada prioritas masing-masing karyawan. Ada yang memang berharap punya gaji besar. Karena itu, ia siap dengan segala konsekuensinya, seperti siap bersaing dengan rekan kerja sendiri, siap bekerja keras dengan target ketat, hingga siap pula dengan beban kerja yang lebih banyak dan berat. Suasana kurang kondusif pun bisa diatasi, karena ia sudah siap dengan konsekuensi itu juga.
Di sisi lain, ada karyawan yang lebih puas dengan mengejar passion-nya, meskipun mungkin gajinya tak sebesar karyawan yang lain. Tapi ada beberapa faktor keamanan dan kenyamanan yang dirasakan, sehingga ia merasa bisa berkontribusi pula dengan maksimal.
Well, berapa pun gaji yang kita terima–baik gaji besar ataupun gaji kecil–itu sebenarnya relatif dan harus selalu disyukuri, karena banyak hal yang memengaruhi. Permasalahan terbesarnya adalah mampukah kita mengelola gaji kita–seberapa pun besarnya itu–sehingga bisa membuat kita bertahan hidup sampai tiba waktu gajian berikutnya? Banyak lo, yang punya gaji besar tapi ternyata di pertengahan bulan sudah terlanda sindrom tanggal tua.
Duh, semoga enggak banyak yang tersindir ya.
Yuk, ikut kelas-kelas finansial online dari QM Financial yang bisa dipilih sesuai kebutuhan! Cek jadwalnya di web Event QM Financial atau follow akun Instagram QM Financial biar update terus ya.
3 Hal Penting tentang Kompensasi Karyawan yang Harus Diketahui Semua Orang
Sudah banyak hal sudah kita bahas; gaji, berbagai benefit yang diberikan oleh kantor, THR alias tunjangan hari raya, hingga company trip. Yups, kita sudah banyak membahas mengenai kompensasi karyawan.
So, dalam artikel ini kita akan bahas kompensasi karyawan secara keseluruhan, mulai dari pengertian hingga faktor-faktor yang memengaruhi pemberian kompensasi ini. Shall we?
Pengertian Kompensasi Karyawan
Kompensasi karyawan secara singkat bisa didefinisikan sebagai segala bentuk imbalan atas hasil kerja yang sudah diberikan oleh karyawan kepada perusahaan, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Pastinya tujuan diberikannya kompensasi karyawan ini adalah sebagai penghasilan dari karyawan sebagai individu yang berhak atas penghidupan yang layak, dan sebagai ikatan kerja sama antara perusahaan dan karyawan. Pemberian kompensasi ini juga merupakan pemenuhan kewajiban perusahaan terhadap karyawan, seperti yang sudah diatur dalam undang-undang ketenagakerjaan yang disahkan oleh pemerintah.
Tujuan lainnya dari kompensasi karyawan antara lain:
- Memberikan motivasi lebih pada karyawan untuk memberikan hasil yang terbaik.
- Mencegah karyawan meninggalkan pekerjaannya.
- Memperbaiki dan meningkatkan disiplin kerja karyawan
- Bisa menjadi standar kualitas dan prestasi kerja
Jadi, segala macam–baik yang kasatmata ataupun tidak kasatmata–bentuk imbalan buat kita yang sudah bekerja di kantor itu bisa disebut sebagai kompensasi karyawan.
Lo, kok ada kasatmata tak kasatmatanya? Iya, bener kok itu. Mari kita lihat ke beberapa bentuk kompensasi yang diterima oleh karyawan.
Beberapa Bentuk Kompensasi Karyawan yang Diberikan oleh Perusahaan
Ada beberapa bentuk kompensasi karyawan yang diterimakan. Apa saja? Mari kita lihat.
1. Kompensasi langsung
Kompensasi karyawan ini adalah bentuk kompensasiyang langsung bisa dirasakan oleh karyawan. Biasanya juga disebut dengan kompensasi finansial, lantaran kompensasi ini diberikan dalam bentuk uang.
Kompensasi langsung ini berupa:
- Upah yang dibayarkan secara harian, ataupun gaji yang dibayarkan per bulan.
- Tunjangan-tunjangan, yang diberikan rutin–baik yang dihitung per kehadiran maupun yang tidak. Seperti tunjangan jabatan, tunjangan makan, transportasi, dan lain sebagainya.
- Reward dan bonus, yang diberikan tidak setiap bulan. Seperti Tunjangan Hari Raya, bonus tahunan, dan lain sebagainya.
- Insentif, yang diberikan pada karyawan khusus karena sudah memenuhi standar target kerja tertentu. Misalnya komisi untuk para sales yang mampu meraih angka deals tertentu.
- Fasilitas yang disediakan untuk memperlancar kerja karyawan
2. Kompensasi tidak langsung
Kompensasi karyawan tidak langsung merupakan kompensasi atau imbalan yang secara tidak langsung dirasakan oleh karyawan, meliputi benefit atau manfaat, dan pelayanan atau service.
Kompensasi tidak langsung ini bisa saja dalam bentuk finansial maupun kompensasi nonfinansial.
Kompensasi karyawan tidak langsung dalam bentuk finansial merupakan kompensasi yang dapat meningkatkan kesejahteraan hidup karyawan. Misalnya pemberian asuransi kesehatan yang akan memberikan perlindungan pada para karyawan dan juga anggota keluarganya, penyertaan karyawan di program dana pensiun, tunjangan perumahan, fasilitas peminjaman dana dengan bunga rendah, dan lain sebagainya.
Ada pula kompensasi karyawan tidak langsung yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi karyawan, misalnya seperti tunjangan pendidikan untuk meraih gelar lebih tinggi, pemberian training-training yang sesuai dengan kebutuhan karyawan, dan lain sebagainya.
Sedangkan, kompensasi karyawan tidak langsung nonfinansial bisa diberikan dalam bentuk liburan bareng, pemberian hak cuti–termasuk hak cuti hamil bagi karyawan wanita–pemakaian kendaraan kantor dalam car ownership program, ataupun pemenuhan fasilitas kantor terbaik agar karyawan semakin nyaman dalam bekerja.
Kriteria Pemberian dan Faktor yang Memengaruhi Kompensasi Karyawan
Kompensasi untuk karyawan ini memang merupakan kewajiban perusahaan dan menjadi hak bagi para karyawan. Namun, pemberian dan besarannya tentu ada aturannya.
Pemberian kompensasi karyawan ini seharusnya:
- Memadai, dalam arti harus memperhatikan tingkat taraf hidup normal yang berlaku saat itu, dan memenuhi aturan yang sudah ditetapkan oleh pemerintah.
- Adil, dalam artian setiap karyawan berhak mendapatkan kompensasi tergantung jabatan, beban kerja dan tanggung jawab masing-masing.
- Efektif, dalam arti tidak berlebihan, seimbang dengan kinerja dan gaji/upah yang berlaku.
- Aman, dalam artian, kompensasi karyawan ini diberikan untuk membangkitkan rasa aman dan nyaman karyawan dalam bekerja sehari-harinya.
Lalu, faktor apa saja yang biasanya memengaruhi besaran kompensasi karyawan yang diberikan oleh perusahaan ini? Ada beberapa, mari kita lihat.
- Kemampuan untuk membayar. Ini menjadi faktor utama pastinya. Perusahaan pasti tidak akan membayar kompensasi melebihi kemampuan.
- Produktivitas dan kinerja karyawan, tentunya yang produktivitasnya lebih tinggi akan mendapatkan kompensasi yang lebih banyak ketimbang yang lainnya.
- Posisi, jabatan, dan beban kerja, semakin tinggi jabatan, semakin banyak beban kerja maka kompensasi yang diterima juga semakin besar.
- Peraturan pemerintah, yang berupa penetapan UMR dalam suatu wilayah.
Nah, sudah tahu serba-serbi kompensasi karyawan–mulai dari pengertian, jenis dan bentuknya, serta faktor-faktor yang memengaruhi pemberian dan besarannya–sekarang saatnya kita untuk tahu bagaimana cara terbaik untuk mengolah semua bentuk kompensasi itu, sehingga kita bisa memanfaatkannya untuk menaikkan kualitas hidup kita.
Untuk membantu karyawan Anda agar dapat mengoptimalkan kompensasi dan benefit yang didapat dari perusahaan, Anda dapat mengundang QM Financial untuk memberikan program edukasi keuangan dan HR di perusahaan Anda. Sila WA ke 0811 1500 688 (NITA/MIA). Jangan lupa follow juga Instagram QM Financial untuk info-info kelas finansial online terbaru.