Mengapa Diversifikasi Penting: Contoh Investasi dan Bagaimana Cara Menyeimbangkannya
Kamu pasti pernah mendengar ungkapan “jangan taruh semua telurmu dalam satu keranjang”. Betul? Dalam dunia investasi, ungkapan ini memperoleh makna yang lebih mendalam dan menjadi prinsip utama yang harus diterapkan oleh setiap investor: diversifikasi. Sebagai contoh investasi, katakanlah kamu memiliki sejumlah uang yang ingin kamu investasikan. Alih-alih menempatkan seluruhnya pada satu jenis investasi, seperti saham teknologi, akan lebih bijaksana untuk ‘mendiversifikasi’ dan membaginya ke berbagai jenis investasi, seperti obligasi, reksa dana, atau bahkan real estat.
Kenapa sih penting banget untuk melakukan diversifikasi? Alasannya sederhana: untuk mengurangi risiko dan melindungi portofolio investasimu dari fluktuasi pasar yang tidak terduga.
Dengan diversifikasi, kerugian yang mungkin terjadi dari satu jenis investasi dapat diimbangi dengan keuntungan dari jenis investasi lain. Maka dari itu, diversifikasi tidak hanya penting, tetapi sebenarnya sangat penting, dalam strategi investasi jangka panjangmu.
So, kali ini kita bahas yuk, mengapa diversifikasi penting, memberikan beberapa contoh investasi, dan menjelaskan bagaimana cara menyeimbangkannya.
Apa yang Dimaksud dengan Diversifikasi dalam Investasi?
Dalam dunia investasi, diversifikasi adalah metode yang melibatkan pendistribusian dana investasi ke berbagai jenis aset atau contoh investasi. Inti dari diversifikasi adalah menurunkan risiko investasi dengan membagi dananya ke berbagai instrumen investasi, yang mungkin tidak semuanya bergerak seiring dengan kondisi pasar yang sama. Dengan demikian, kemungkinan kerugian dari satu contoh investasi tertentu dapat diperkecil dengan potensi keuntungan dari jenis investasi lainnya.
Diversifikasi menjadi penting dalam dunia investasi, karena berperan dalam mengendalikan risiko dan membuka kesempatan untuk mendapatkan keuntungan yang lebih stabil. Dengan strategi ini, kamu bisa mendapatkan imbal hasil yang lebih baik sepanjang waktu dan mengurangi efek negatif dari fluktuasi pasar yang seringkali tak terduga.
Walaupun diversifikasi tidak dapat sepenuhnya menghindari kerugian, tetapi strategi ini bisa menjadi alat efektif untuk mencapai tujuan investasi jangka panjang kamu.
Contoh Investasi untuk Diversifikasi
Sekarang setelah kamu mengerti apa itu diversifikasi dan mengapa hal itu penting, mari kita masuk ke dalam beberapa contoh investasi yang bisa kamu pertimbangkan untuk diversifikasi.
Memilih investasi yang tepat bukan hanya tentang memilih aset dengan pengembalian tertinggi, tetapi juga tentang memilih berbagai jenis aset yang dapat bersinergi untuk membantumu mencapai tujuan finansial. Dari saham hingga properti, komoditas hingga investasi internasional, berikut ini adalah beberapa contoh investasi yang bisa kamu pertimbangkan untuk diversifikasi portofolio kamu.
1. Saham
Misalkan kamu berinvestasi dalam saham dari berbagai sektor seperti teknologi, kesehatan, manufaktur, dan keuangan. Untuk menyeimbangkannya, kamu sebaiknya memastikan bahwa enggak ada satu sektor pun yang mendominasi portofolio investasimu. Misalnya, jika teknologi menjadi 60% dari portofoliomu, maka itu tandanya kamu terlalu terpapar terhadap risiko dalam sektor teknologi.
Jadi harus gimana? Coba tengok sektor lain. Mungkin sektor perbankan, retail, atau energi, ada yang menarik? Lakukan analisis dan riset seperlunya, sesuai dengan kebutuhan investasimu.
2. Obligasi
Jika kamu berinvestasi dalam contoh investasi berbasis surat utang, seperti obligasi pemerintah dan korporasi, maka opsi menyeimbangkannya adalah berdasarkan tingkat risiko dan pengembalian.
Obligasi pemerintah biasanya lebih aman tetapi menawarkan pengembalian yang lebih rendah, sementara obligasi korporasi bisa menawarkan pengembalian yang lebih tinggi tetapi juga risiko yang lebih besar.
3. Reksa Dana
Misalkan kamu berinvestasi dalam beberapa reksa dana atau dana indeks yang mencakup berbagai sektor dan aset, kamu bisa menyeimbangkannya dengan memastikan bahwa kamu memiliki alokasi yang seimbang ke berbagai aset dan sektor yang berbeda.
4. Properti
Jika kamu berinvestasi dalam properti, kamu bisa menyeimbangkannya dengan contoh investasi lainnya. Misalnya, jika pasar properti sedang turun, kamu masih memiliki saham, obligasi, atau aset lainnya yang bisa tumbuh.
Cara umum untuk menyeimbangkan portofolio adalah dengan melakukan “rebalancing” secara berkala. Rebalancing ini merupakan penyesuaian proporsi investasi dalam portofolio untuk memastikan bahwa proporsi tersebut tetap sesuai dengan tujuan dan toleransi risiko kamu.
Misalnya, jika saham telah berperforma sangat baik dan sekarang alokasinya 70% dari portofolio kamu, padahal tujuan awalmu adalah memiliki 60% saham, maka kamu mungkin perlu untuk menjual beberapa saham dan membeli lebih banyak aset lainnya untuk membawa proporsi tersebut kembali ke 60%.
Tip untuk Menyeimbangkan Portofolio agar Tercapai Diversifikasi dengan Baik
Menyeimbangkan portofolio investasi membutuhkan pemahaman dan strategi yang tepat. Berikut adalah beberapa tips untuk menyeimbangkan portofolio investasimu dengan baik.
Pahami Tujuan Investasi
Sebelum menyeimbangkan portofolio, penting untuk memahami tujuan investasimu. Apakah kamu berinvestasi untuk pensiun, pembelian rumah, pendidikan anak, atau tujuan lainnya? Tujuan ini akan memengaruhi bagaimana kamu harus menyeimbangkan portofolio tersebut.
Tentukan Alokasi Aset Ideal
Alokasi aset ideal kamu akan bergantung pada tujuan, usia, toleransi risiko, dan jangka waktu investasi. Sebagai contoh, investor muda dengan toleransi risiko tinggi dan horizon waktu panjang mungkin akan lebih cocok untuk memiliki alokasi aset yang lebih berat ke saham. Sementara, investor dengan usia yang lebih tua dengan toleransi risiko rendah, bisa jadi akan lebih cocok ke obligasi atau aset lain yang lebih stabil.
Rebalancing Berkala
Lakukan peninjauan berkala portofolio investasimu dan buat penyesuaian jika perlu. Beberapa ahli merekomendasikan rebalancing setidaknya sekali atau dua kali setahun. Namun, keputusan ini sangat bergantung pada situasi dan kebutuhanmu.
Tetap Kalem dan Jangan Terbawa Emosi
Pasar keuangan bisa sangat volatil, sehingga tak jarang menciptakan banyak emosi, seperti ketakutan, kepanikan, keserakahan, euforia berlebihan, dan sejenisnya. So, cobalah untuk tetap kalem dan jangan biarkan emosi mengendalikan keputusan investasi kamu.
Ingatlah, tujuan utama menyeimbangkan portofolio adalah untuk memastikan bahwa investasi yang kamu lakukan tetap sejalan dengan tujuan dan rencana keuanganmu, serta risiko yang dapat kamu ambil masih dalam batas toleransimu.
So, dalam perjalanan investasi kamu, diversifikasi menjadi suatu prinsip yang penting untuk diterapkan. Dengan memahami berbagai contoh investasi dan bagaimana cara menyeimbangkan mereka dalam portofolio kamu, kamu telah mengambil langkah penting untuk mengelola risiko dan potensi pengembalian investasi kamu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Berkenalan dengan Manajer Investasi: Pengertian, Tugas, dan Cara Memilihnya
Untuk kamu yang pengin melakukan investasi reksa dana, sudah berkenalan belum dengan manajer investasi?
Manajer investasi inilah yang nantinya kan mengelola dana investasimu, mau dibelikan instrumen yang mana, sesuai jenis reksa dana yang kamu beli. Makanya, kamu harus kenalan dulu, supaya kamu tahu, apa tugas dan wewenangnya. Dengan tahu tugas dan wewenangnya, nantinya diharapkan perjalanan investasimu bakal nyaman juga.
Nah, enggak perlu berpanjang lebar, yuk, kita langsung kenalan saja dengan posisi yang krusial di dunia investasi ini.
Apa Itu Manajer Investasi?
Manajer investasi, atau yang sering disingkat MI, adalah pihak yang ditunjuk oleh investor untuk mengelola dana investasi dalam bentuk portofolio reksa dana, yang terdirii atas data instrumen, jumlah investasi, dan keuntungan yang didapatkan dalam jangka waktu tertentu.
Kalau mau diibaratkan, manajer investasi ini ibarat tukang rujak. Kita sebagai pembeli memilih pengin rujak bandung, rujak padang, rujak gobet, atau rujak yang lain. Sama-sama rujak, tapi racikannya beda. Nah, si MI inilah yang meracik rujak-rujak tersebut sesuai orderan kita. Buah-buah yang nantinya dijadikan satu adalah instrumen-instrumen investasi yang dibeli, sesuai resep racikannya. Resep racikannya merupakan jenis reksa dana yang ada.
Duh, ngomongin rujak malah jadi ngiler. Tapi semoga dapat ya, penggambarannya.
So, bisa dibilang, setiap manajer investasi pasti akan melakukan yang terbaik, agar portofolio kelolaannya berkinerja moncer. Karena, kalau enggak, bisa jadi pembeli alias investor bakal cabut dan pindah ke tukang rujak sebelah. Optimalnya keuntungan dari reksa dana nantinya juga akan bergantung pada kompetensi manajer investasi. Makanya, kita enggak boleh sembarangan dalam memilihnya.
Tugas dan Wewenang Manajer Investasi
Tugas manajer investasi secara umum ada 4, yaitu:
- Mengelola modal dari investor, yang sudah dipilih dari beberapa jenis reksa dana yang ditawarkan, seperti pasar uang, pendapatan tetap, saham, campuran, syariah, indeks, dan sebagainya.
- Menganalisis dan memilih instrumen yang sesuai. Jika ternyata kinerjanya kurang oke, manajer investasilah yang juga akan memutuskan mau memindahkannya ke instrumen apa, agar imbal bisa lebih baik lagi.
- Memutuskan membeli, menjual, atau menahan modal investasi.
- Melaporkan hasil investasi yang didapatkan
Lalu, bagaimana dengan biaya jasa MI ini? Kabar baiknya, biaya jasa mereka sudah termasuk dalam paket investasi reksa dana yang kamu beli. Kamu bisa mengeceknya dalam laporan, biasanya tak lebih dari 1% dari biaya transaksinya.
So, isi laporan dari manajer investasi itu apa saja? Laporan investasi reksa dana yang disusun tersebut antara lain terdiri atas:
- Laporan posisi aset dan kewajiban, total unit penyertaan dan nilai aktiva bersih untuk tiap unitnya.
- Laporan laba rugi, yang menjelaskan catatan pendapatan dan beban investasi yang menjadi tanggungan investor
- Laporan transaksi, baik posisi jual atau beli instrumen yang sudah dilakukan.
Cara Memilih Manajer Investasi
Karena nantinya manajer investasi yang akan mengelola dana investasi kita, maka sudah seharusnya kita memilihnya dengan cermat.
1. Cek legalitas perusahaan
Tidak sembarang orang atau perusahaan bisa begitu saja menganggap diri mereka sendiri manajer investasi tanpa mendapatkan izin dari otoritas tertinggi, dalam hal ini Otoritas Jasa Keuangan.
Jadi, pastikan MI yang kita pilih sudah terdaftar di OJK sebagai pengelola dana investasi. Kamu bisa mengeceknya langsung ke daftar resmi di website OJK. Hati-hati dengan pihak yang mencoba mencari keuntungan sendiri ya.
2. Cek reputasi
Sebelum mulai membeli reksa dana, disarankan banget bagi kamu untuk mempelajari prospektus reksa dana dengan cermat. Dalam prospektus tersebut ada fund fact sheet yang dapat memberikan gambaran lengkap mengenai kinerja si manajer investasi.
Manajer investasi yang sudah berpengalaman bertahun-tahun, dengan dana kelolaan yang besar dan hasil pengembangan investasi yang meningkat secara eksponensial dari waktu ke waktu biasanya direkomendasikan, karena itu artinya kompetensinya sudah teruji.
3. Cek biaya
Seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, bahwa ada biaya transaksi yang akan diterapkan untuk setiap aktivitas yang dilakukan oleh manajer investasi atas nama investor. Karena itu, jangan sampai besaran biaya ini justru membuat investasimu menjadi berkurang nilainya.
So, cari tahu informasi mengenai berbagai biaya yang dikenakan, mulai dari biaya pembelian unit, penjualan, pengalihan, dan sebagainya, jika ada. Pilihlah manajer investasi yang paling tidak memberatkan.
4. Gaya investasi yang sesuai
Sebelum berinvestasi reksa dana, akan sangat baik adanya bagi kamu untuk mengetahui bagaimana profil risikomu sendiri. Karena nantinya kamu juga harus menyesuaikannya dengan gaya investasi manajer investasi yang akan mengelola dana investasimu. Hal ini nantinya juga akan memengaruhi jenis reksa dana apa yang paling bisa optimal melayani kebutuhan dan tujuann keuanganmu.
Misalnya saja, kamu yang termasuk investor konservatif, maka kamu sebaiknya mencari jenis reksa dana dengan tingkat risiko rendah yang dikelola oleh MI yang berfokus juga pada risiko yang sama. Namun, perlu diketahui, bahwa tingkat risiko yang rendah nantinya juga akan memberikan imbal hasil yang sepadan. Karena itu, perlu dicek juga, apakah dengan berinvestasi di instrumen ini, tujuan keuanganmu bisa tercapai dengan baik ke depannya. Jangan sampai salah perhitungan ya.
Hal yang sama juga berlaku untuk kamu yang berprofil risiko agresif, harus juga memilih jenis reksa dana dan manajer investasi yang sesuai.
5. Review berkala
Lakukan review berkala terhadap kinerja manajer investasi, misalnya per bulan, per 3 bulan, dan seterusnya sesuai kondisi.
Pada dasarnya nilai investasi memang bisa berfluktuasi, naik atau turun. Sebagai investor, kamu berhak untuk menilai, apakah kinerja manajer investasi sesuai dengan harapan. Misalnya memang turun, coba cek kondisi industrinya. Apakah tren memang sedang turun? Jika ya, kamu bisa jadi tak perlu terlalu khawatir, karena pada saatnya, nilai investasi juga akan naik seiring kondisi pasar yang membaik.
So, memang kamu harus tahu alasan naik dan turunnya nilai investasi untuk bisa mengukur kinerjanya.
Nah, demikian perkenalan kita dengan manajer investasi. Semoga cukup bisa memberi gambaran dan informasi yang lengkap ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Investasi Reksa Dana: Pengertian, Keuntungan, Risiko, Jenis, dan Cara Membelinya
Investasi reksa dana biasanya menjadi rekomendasi pertama untuk kamu yang masih pemula. Hal ini terkait dengan tingkat risiko instrumen investasi “patungan” ini yang relatif lebih rendah, terutama jika dibandingkan dengan saham, apalagi cryptocurrency.
Meski dibilang relatif rendah risiko, tetapi untuk bisa mengoptimalkannya, kamu tetap mesti belajar dulu, mulai memahami apa itu arti reksa dana, apa saja jenisnya, hingga bagaimana cara membelinya.
Rumit? Tidak sama sekali. Justru, ini juga jadi salah satu alasan lain mengapa instrumen ini sering menjadi rekomendasi untuk investor pemula; karena cara investasinya sangat sederhana.
So, mari ikuti ulasan selengkapnya di artikel ini, sampai selesai.
Apa Itu Reksa Dana?
UU Pasar Modal nomor 8 tahun 1995 kurang lebih menyebutkan definisi reksa dana adalah wadah untuk menghimpun dana dari pemodal, yang kemudian diinvestasikan ke berbagai instrumen efek, baik di pasar modal maupun pasar uang, oleh pihak yang disebut manajer investasi.
Jadi, kalau mau dijelaskan dengan bahasa awam, reksa dana itu cara kerjanya investor “menitipkan” dana investasi, “berpatungan” dengan investor-investor lainnya ke pihak yang dipercaya dan sudah berpengalaman untuk dikelola demi mendapatkan keuntungan tertentu.
Manajer investasi adalah pihak yang dititipi dana investasi untuk kemudian dibelikan berbagai macam instrumen investasi yang sesuai dengan jenisnya. Nantinya, jika ada imbal hasil, maka dana imbal hasil tersebut juga akan dikelolakan lagi, sehingga menghasilkan keajaiban dunia ketujuh yang bernama compound interest. Perkembangan kelolaan dana investasi ini kemudian dilaporkan pada investor dalam bentuk nilai aktiva bersih, yang bisa kita lihat pada aplikasi si manajer investasi.
Jenis-Jenis Reksa Dana
Kita mengenal beberapa jenis reksa dana, di antaranya:
1. Reksa dana pasar uang
Penempatan dana investasi pada reksa dana pasar uang didominasi oleh instrumen-instrumen pasar uang, minimal 80%, bertenor pendek, kurang dari 1 tahun. Misalnya seperti deposito berjangka, sertifikat Bank Indonesia, surat berharga tenor pendek, dan sebagainya.
Keuntungan instrumen ini cukup stabil meski relatif tidak besar, dengan tingkat risiko yang juga sangat minim, sehingga cocok banget untuk instrumen investasi jangka pendek atau dimanfaatkan untuk menyimpan dana darurat.
2. Reksa dana pendapatan tetap
Penempatan instrumen pada jenis investasi reksa dana ini paling banyak ditempatkan pada surat utang, sebesar minimal 80%. Tingkat risiko instrumen surat utang tetap relatif rendah, meskipun lebih tinggi daripada reksa dana pasar uang.
3. Reksa dana saham
Penempatan dana investor akan paling banyak berada di instrumen saham, minimal 80%. Sesuai dengan pergerakan saham yang fluktuatif, maka tingkat risiko jenis investasi reksa dana ini juga akan tinggi. Meski demikian, tingkat keuntungan juga akan lebih tinggi dibandingkan jenis reksa dana yang lain.
4. Reksa dana campuran
Dengan investasi reksa dana campuran, kamu dimungkinkan untuk bisa berinvestasi di berbagai jenis instrumen, mulai dari produk pasar uang, obligasi, hingga saham. Tingkat risikonya sudah pasti juga disesuaikan.
Keuntungan dan Risiko Investasi Reksa Dana
Setiap instrumen investasi, selain akan memberikan keuntungan bagi investornya, juga akan membawa serta risiko. Tidak pernah ada instrumen investasi yang mampu menjanjikan keuntungan pasti dan tinggi, dengan zero risk alias tanpa risiko. Kalau ada yang menawarkan instrumen investasi dengan janji seperti ini, maka kamu perlu meningkatkan kewaspadaan karena bisa jadi itu adalah investasi bodong.
Begitu juga dengan reksa dana. Ada berbagai keuntungan yang ditawarkan, selain ada risiko yang juga harus dikelola. Karena itu, penting bagi kamu untuk paham profil risiko diri sendiri.
Keuntungan investasi reksa dana:
- Bisa mulai dengan modal yang kecil. Dengan dana Rp100.000 saja, kamu sudah bisa mulai investasi reksa dana. Seiring waktu, kamu bisa menambah sesuai kemampuanmu
- Tak butuh keahlian dan pengetahuan khusus, karena pada dasarnya pengelolaan akan diserahkan pada manajer investasi. Namun, kamu perlu tetap mempelajari cara kerjanya, agar kemudian kamu bisa melakukan review atas perkembangannya, sudah sesuai dengan tujuan keuanganmu atau perlu ada penyesuaian lagi.
- Mudah, karena sekarang hampir setiap manajer investasi memiliki aplikasi mobile yang memungkinkanmu berinvestasi secara online, sehingga lebih praktis. Juga tersedia marketplace reksa dana, tempat berbagai manajer investasi berkumpul. Beli reksa dana di sini akan lebih mudah; semua data juga tersedia secara lengkap.
- Pilihan produknya banyak. Dengan kepiawaianmu menyesuaikannya dengan tujuan keuangan dan jangka waktu, maka perkembangan dana investasimu akan bisa optimal.
Kerugian investasi reksa dana:
- Satu investor rugi, maka semua ikut rugi, jika manajer investasi kurang bisa mengelola dana dengan baik sehingga nilai unit penyertaan berkurang.
- Adanya risiko likuiditas yang terjadi ketika manajer investasi tak mampu mencairkan dana akibat terlalu banyaknya investor yang ingin menarik dana.
- Ada biaya pengelolaan, baik dari manajer investasinya sendiri maupun dari bank kustodian.
- Peluang manajer investasi yang disuspensi atau bangkrut, sehingga dana investasi enggak balik.
Meskipun ada beberapa kelemahan investasi reksa dana, tetapi hal ini bisa ditekan peluangnya dengan cara memilih manajer investasi yang bereputasi baik dan tepercaya. So, do your homework, lakukan riset dan analisis terlebih dulu terhadap (calon) manajer investasi sebelum kamu membeli produk reksa dananya.
Cara Membeli Reksa Dana
Sudah melakukan riset dan survei terhadap manajer investasi, sekarang kamu pun siap untuk mulai investasi reksa dana. Ikuti langkah berikut agar investasimu lancar.
1. Beli di mana?
Tentukan, mau beli produk reksa dana di mana? Mau langsung ke manajer investasi atau melalui marketplace reksa dana?
Yang pasti, pilih yang bereputasi baik ya. Kamu juga wajib untuk menelusuri fund fact sheet yang sudah disediakan. Cermati perkembangan dana kelolaannya, dan juga penempatan instrumennya.
2. Buka rekening
Untuk investasi reksa dana online, caranya enggak pakai ribet sama sekali. Bisa jadi berbeda step by step-nya, tetapi secara umum tahapan buka rekeningnya kurang lebih:
- Registrasi, isi form data diri.
- Lampirkan dokumen-dokumen persyaratan, seperti foto KTP, NPWP, foto selfie sambil memegang KTP, hingga fotokopi buku tabungan.
- Tunggu adanya tahapan verifikasi yang akan dilakukan, ada yang minta voice call/video call juga ya. So, kamu ikuti saja prosedurnya.
- Saat rekening sudah aktif, kamu sudah bisa mulai investasi reksa dana.
3. Beli produk
Di manajer investasi, juga akan ada berbagai produk reksa dana yang ditawarkan sesuai jenisnya. Pilihlah yang sesuai dengan tujuan keuanganmu, cermati data-data yang disertakan. Lakukan simulasi perkembangan dana investasi jika perlu. Hampir setiap aplikasi reksa dana ada fitur untuk simulasi perhitungan investasi ini, so, manfaatlah dengan baik.
Jika sudah menemukan yang pas, pilih opsi “beli”, dan selanjutnya ikuti petunjuk yang ada. Ada manajer investasi yang meminta kamu untuk menyetorkan deposit sebelum mulai memilih produk. Tetapi ada juga yang memintamu untuk transfer dana setelah pembelian, sehingga kamu bisa menyetorkan sejumlah yang diminta saja. Mana yang lebih baik? Semua baik, sesuaikan dengan kondisimu.
4. Review
Selanjutnya, lakukan review berkala terhadap dana investasi reksa dana yang sudah kamu lakukan. Bandingkan dengan rencana keuanganmu, apakah sudah sesuai? Jika belum sesuai, mungkin ada yang bisa kamu perbaiki lagi. Misalnya, setoran ditambah, atau bahkan memindahkan ke produk lain. Mau pindah manajer investasi? Boleh saja, asalkan sudah kamu perhitungkan.
5. Konsisten
Kunci sukses investasi, termasuk juga investasi reksa dana, adalah konsisten. So, pastikan kamu konsisten berinvestasi sesuai rencana keuangan yang sudah kamu buat.
Nah, bagaimana? Ternyata simpel kan, investasi reksa dana itu? Iya, ini memang salah satu instrumen investasi yang simpel dan menguntungkan, cocok banget buat kamu yang baru mulai berkenalan dengan berbagai produk pengembangan dana.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Asuransi Unit Link Penipuan? Ini Fakta dan 4 Cara Memilihnya Agar Tak Kecele
Asuransi unit link masih menjadi polemik. DPR sudah melontarkan usul untuk melakukan moratorium, yaitu penundaan pembayaran hingga batas waktu yang ditentukan, agar tak semakin meresahkan. Mereka yang mengaku menjadi korban bahkan sudah membentuk asosiasi, dan meminta agar produk ini dihapus.
Tetapi, sampai dengan saat ini, produk asuransi yang digabung dengan investasi ini masih menjadi produk unggulan, diminati oleh pasar. Bahkan nasabah juga semakin bertambah.
Bagaimana dengan kamu? Apakah kamu juga salah satu nasabah asuransi unit link ini? Atau, jangan-jangan kamu adalah salah satu yang mengaku korban?
Keluh Kesah Korban Asuransi Unit Link
Masalah asuransi unit link ini memang seperti tak ada habisnya. Bulan berganti, tahun berlalu, masih banyak saja yang mengaku rugi setelah menjadi nasabahnya. Banyak yang bingung, dana investasi yang disetorkan berkurang, alih-alih berkembang sesuai yang diilustrasikan di awal.
OJK, atau Otoritas Jasa Keuangan, telah menerima 593 laporan pengaduan dari masyarakat soal asuransi unit link ini di tahun 2020. Angka ini meningkat dibandingkan tahun 2019, yang sejumlah 360 laporan.
Kebanyakan korban asuransi unit link mengaku, bahwa mereka tidak tahu skema dan cara kerja produk asuransi yang digabung dengan investasi ini. Yang jelas, mereka dijanjikan hanya melakukan pembayaran premi selama sekian tahun, dan jika tidak ada klaim, maka uang akan kembali dengan jumlah tertentu setelahnya. Jika masih tidak ada klaim, nasabah juga masih akan bisa mendapatkan manfaat hingga 90 tahun, atau seumur hidup. Biasanya, nasabah juga “diiming-imingi” gratis premi asuransi jiwa jika mampu membayar premi tanpa cuti.
Asuransi vs Tabungan
Kasus asuransi unit link ini sampai juga ke DPR, yang kemudian mengadakan pertemuan dengan komunitas korban asuransi unit link dan juga OJK. Dari pertemuan ini, DPR lantas mengusulkan diadakannya moratorium untuk produk asuransi satu ini.
Salah satu alasannya adalah karena masyarakat sendiri masih belum kuat tingkat literasinya, sehingga masih sering bingung dengan cara kerja produk dan jenis asuransi ini. Selain itu, penjelasan dari pihak agen asuransi juga masih kurang memadai. Dengan tak ketemunya tingkat pemahaman (calon) nasabah dan tingkat keterampilan agen asuransi untuk memberi penjelasan ini, maka terjadilah miss-selling atau kesalahan menjual.
Sebagai informasi, OJK sendiri pernah mengadakan survei nasional literasi dan inklusi keuangan (SLINK) tahun 2019, dan menunjukkan data bahwa tingkat literasi keuangan di Indonesia baru mencapai 38.03%. Terkhusus untuk tingkat literasi keuangan pada asuransi baru 19% saja. Sementara, tingkat inklusi keuangan sebenarnya sudah mencapai 76.19%, sayangnya tingkat inklusi dalam produk asuransi hanya 13% saja.
Literasi keuangan adalah tingkat kemampuan seseorang untuk memahami dan memanfaatkan berbagai produk layanan jasa keuangan. Sedangkan, inklusi keuangan artinya tingkat aksesibilitas seseorang terhadap berbagai produk dan layanan keuangan yang sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan.
Kondisi ini menggambarkan, bahwa kita sebenarnya sudah tahu ada bank, bisa dan percaya untuk menyimpan uang di bank. Sayangnya, pemahaman soal asuransi masih sangat rendah.
Karena tingkat pemahaman terhadap prinsip dan cara kerja asuransi rendah, maka ketika ada penawaran produk unit link, yang “tertangkap” oleh calon nasabah adalah bahwa produk ini adalah tabungan. Padahal, sebenarnya bukan. Tabungan dan asuransi adalah dua hal yang sama sekali berbeda. Apalagi, asuransi yang digabungkan dengan investasi, di situ akan disertai risiko juga.
Lantas, bagaimana cara memilih asuransi unitlink agar tidak kecele?
1. Kenali prinsip dan cara kerja asuransi unit link
Untuk selalu dipahami dan diingat, bahwa asuransi unit link adalah produk keuangan yang menggabungkan manfaat asuransi dengan investasi. Karena itu, seperti dalam investasi pada umumnya, akan datang juga risiko dan tak pernah ada jaminan keuntungan yang pasti. Jika memang ada imbal hasil, maka hal tersebut akan tergantung pada kompetensi pengelola investasi, yakni si perusahaan asuransi.
Bagi nasabah, pembelian produk asuransi unit link sama saja dengan berinvestasi, tetapi ada potongan yang kemudian menjadi preminya. Cara kerja dan skema dalam jenis asuransi ini sebenarnya tidak salah. Namun, karena kurangnya tingkat literasi nasabah, maka kemudian muncul ketidaksesuaian antara kebutuhan dengan jenis manfaat yang diberikan. Inilah yang kemudian tampak sebagai kerugian.
2. Sesuaikan dengan kebutuhan
Produk asuransi unit link memang praktis, efisien, dan fleksibel, sehingga cocok banget untuk kamu yang nggak punya banyak waktu tapi pengin memanfaatkan dua produk sekaligus, yaitu untuk perlindungan dan investasi. Dengan sekali setor, dua fungsi bisa didapatkan.
Memang menguntungkan, tetapi di sisi lain, juga harus berhati-hati. Pasalnya, ketika nilai investasi sedang tak sesuai harapan, maka bisa saja manfaat perlindungan juga kena efek. Apalagi jika ternyata manfaatnya juga tak sesuai dengan kebutuhanmu.
Dengan demikian, semua memang harus kembali pada kebutuhan. Misalnya, kamu pengin memanfaatkan asuransi unit link sebagai instrumen untuk dana pendidikan anak 5 tahun ke depan, umrah 3 tahun ke depan, dan perlindungan jiwa, maka produknya harus dipilih yang bisa mengakomodasi ketiga kebutuhan tersebut.
Asuransi unit link pada dasarnya merupakan instrumen yang idealnya dimanfaatkan untuk jangka panjang. Jika ternyata kebutuhanmu adalah untuk jangka pendek, maka perlu kamu perhatikan nilai investasinya. Jika kurang dari angka harapan hidup, akan ada risiko nilai investasi habis, yang berakibat polis menjadi tidak aktif. Jika ini terjadi, kalau kita mengajukan klaim, maka akan ada risiko tidak dibayar.
3. Sesuaikan dengan kemampuan
Premi yang ideal adalah yang sesuai dengan kemampuan dan kondisi finansial setiap orang. Semakin pendek jangka waktunya, maka premi juga akan semakin mahal. Semakin berisiko hidup seseorang, maka premi juga akan semakin mahal.
Harga premi memang dipengaruhi oleh banyak hal, selain juga kebijakan perusahaan asuransi masing-masing. Karena itu, jika ilustrasi premi yang diberikan oleh satu perusahaan dirasa kurang sesuai dengan kemampuan, cobalah untuk mendapatkan ilustrasi dari perusahaan yang lain, dan kemudian lakukan komparasi.
Ingat, hak kamu sebagai nasabah produk asuransi apa pun adalah mendapatkan perlindungan sebaik-baiknya, dengan premi yang serendah-rendahnya.
4. Lakukan riset terhadap perusahaan dan produk
Ada 3 cara untuk memilih produk asuransi unit link:
- Pilih perusahaan yang sehat, dengan rasio kecukupan modal terhadap risiko, atau RBC, sekurang-kurangnya 120% pada laporan keuangannya.
- Cek kinerja investasinya, dengan menelusuri fund fact sheet yang biasanya disediakan. Bandingkan dengan perusahaan lain yang sejenis.
- Cermati setiap syarat dan ketentuan polis asuransi. Jika ada hal yang tidak jelas, bertanyalah pada agen asuransi yang bersangkutan. Jika agen kurang dapat memberikan jawaban yang memuaskan, ada baiknya mencari alternatif produk asuransi lain dengan agen yang lebih berkompeten.
Nah, itu dia seluk beluk asuransi unit link dan kondisinya yang harus dipahami. Sekali lagi, tak ada yang salah dengan produk ini, hanya saja kamu perlu untuk mencermatinya agar dapat menyesuaikan dengan kebutuhanmu.
Tak hanya asuransi unit link, produk keuangan apa pun juga tak akan dapat memberikan manfaat yang baik jika tidak sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan. So, ada baiknya memang kita perlu untuk mempelajarinya lebih dulu, sehingga kita tahu dan paham betul bagaimana cara kerja, risiko, serta keuntungan dari produk tersebut sebelum mulai menggunakannya. Produk apa pun itu.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
5 Kesalahan Investasi yang Sering Terjadi Hingga Tujuan Keuangan Pun Sulit Tercapai
Kita sudah tahu, bahwa investasi merupakan kendaraan yang akan mengantar kita untuk mencapai tujuan finansial. Ya, kurang lebih seperti mobil yang kita miliki, atau si babang ojek online yang kalau dipanggil selalu bertanya balik, sudah sesuai aplikasi ya? Namun, ibarat salah memilih kendaraan–mau pergi Jakarta-Bali, malah manggilnya babang ojek alih-alih pesan tiket pesawat–maka kesalahan investasi membuat kita sulit untuk bisa mencapai tujuan keuangan.
Memang, investasi akan sulit dilakukan jika tanpa bekal pengetahuan dan wawasan yang cukup. Karena itu, tak bosan-bosannya QM Financial mengajak kamu untuk belajar dulu sebelum mulai benar-benar berinvestasi. Kamu bisa belajar dari artikel-artikel yang ada di situs ini, atau bisa juga dari YouTube.
Salah satunya dengan menonton video berikut ini nih.
Yes, berinvestasi memang enggak bisa dipisahkan dari analisis terlebih dahulu. Salah mengambil keputusan bisa memicu terjadinya kesalahan investasi sehingga hasilnya kurang optimal. Akibatnya, tujuan keuangan tidak tercapai. Lebih nyesek lagi, kalau dananya juga entah ke mana, nggak ketahuan rimbanya. Duh!
Berikut ini beberapa kesalahan investasi yang sering dilakukan sehingga mengakibatkan tidak tercapainya tujuan keuangan kita.
1. Hanya ikut-ikutan
Akhir-akhir ini, saat artikel ini ditulis (apalagi sesaat sebelum pandemi corona terjadi beberapa bulan yang lalu), memang semakin banyak orang yang sharing mengenai betapa investasi dapat “menyelamatkan” hidup mereka. Akhirnya banyak yang tergiur untuk ikut menceburkan diri ke kolam investasi, tetapi sayangnya mereka tidak berbekal pelampung dan ilmu berenang yang cukup.
Si itu bisa pensiun dini dengan sejahtera dengan hasil investasinya, maka banyak orang mengikuti cara si itu berinvestasi. Sayangnya, mereka abai, bahwa sebenarnya personal finance is very personal. Apa yang dilakukan orang lain bisa saja tidak sesuai ketika kita terapkan pada kondisi kita sendiri.
Akibatnya, kita melakukan kesalahan investasi yang cukup fatal. Kita kelelep di kolam investasi, karena sudah memilih instrumen yang kurang tepat hanya karena orang lain punya instrumen yang sama.
2. Lupa atau meleset ketika memperhitungkan jangka waktu
Waktu adalah teman terbaik ketika kita mau berinvestasi demi tujuan finansial tertentu. Kealpaan kita memperhitungkan jangka waktu investasi akan menjadi kesalahan investasi yang cukup fatal.
Kesalahan memperhitungkan jangka waktu ini bisa dalam bentuk salah proyeksi, atau malah menyepelekan sehingga menunda-nunda investasi. Keduanya akan membuat tujuan finansial sulit untuk dicapai.
Selalulah mulai sejak dini, meskipun juga tak pernah ada kata terlambat. Ini lebih baik daripada tidak berinvestasi untuk tujuan keuangan ke depannya.
3. Tidak didiversifikasikan
Ketika kamu sebagai investor menempatkan seluruh dana investasi pada satu instrumen saja, itu menjadi kesalahan investasi yang juga akan berakibat fatal. Beberapa akibat yang bisa terjadi: risiko yang terlalu besar ataupun target dana tidak tercapai.
Misalnya saja, untuk dana pensiun yang butuh sekian miliar, kamu hanya berinvestasi di Reksa Dana Pasar Uang, dengan risiko relatif rendah tetapi imbal yang juga terbatas. Memang mungkin dari segi risiko kerugian nominal bisa ditekan, karena risiko seperti gagal bayar atau fluktuasi harga tidak terlalu signifikan di instrumen reksa dana ini. Tetapi rendah risiko juga berarti memberikan imbal yang terbatas. Bisa jadi, ketika waktunya tiba bagi kamu untuk memperoleh hasil investasi yang sudah sekian lama, jumlahnya tidak mencukup untuk menutup biaya hidup di masa pensiun.
Lain halnya, jika kamu mendiversifikasikan portofolio, baik ke instrumen risiko minim dan juga instrumen agresif, peluang untuk sukses mencapai tujuan keuangan akan lebih besar.
Diversifikasi, selain perlu dilakukan untuk manajemen risiko, juga penting untuk memperbesar peluang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih tinggi, dengan horizon yang sesuai target.
4. Malas melakukan review berkala
Kesalahan investasi selanjutnya yang sering terjadi adalah alpa untuk melakukan review secara berkala. Merasa sudah aman, dan bisa konsisten, lantas kita lupa melakukan review rencana keuangan yang sudah dibuat.
Padahal, misalnya saja seperti saat ini, ketika pasar modal sedang naik turun, instrumen investasi–terutama yang agresif–pasti juga mengikuti naik turunnya harga pasar. Tak hanya itu. Instrumen yang dianggap minim risiko seperti deposito pun bisa berubah, jika pemerintah, dalam hal ini melalui Bank Indonesia, memutuskan untuk menyesuaikan suku bunganya.
Review rencana keuangan–terkhusus yang terkait dengan investasi–sangat penting untuk dilakukan, agar kita bisa memastikan, bahwa investasi sudah on track. Jika ada sesuatu yang harus disesuaikan, kita juga jadi lebih awal aware sehingga dapat mengambil kebijakan penyesuaian juga.
5. Tidak berinvestasi
Nah, ini kesalahan investasi terbesar sih, yang seharusnya ada di poin pertama malahan ya. Merasa menabung saja cukup, enggak perlu investasi.
Well, ingat ya, bahwa inflasi itu bukan kaleng-kaleng. Inflasi itu nyata. Setiap tahun akan ada inflasi, yang peningkatannya lebih tinggi ketimbang bunga tabungan biasa. Lama-lama jumlah uang di tabungan sudah pasti tergerus, kalau tidak kamu “lindungi” dengan memanfaatkan instrumen investasi yang imbalnya lebih tinggi daripada inflasi.
Bukan berarti kamu enggak boleh punya tabungan sih. Tetapi untuk mencapai tujuan keuangan, tabungan kurang bisa optimal melayani.
Nah, masihkah kamu melakukan beberapa kesalahan investasi di atas? Ataukah, ada hal lain yang membuat tujuan keuanganmu menjadi tidak tercapai? Cerita sama QM Financial yuk, boleh ditulis di kolom komen ya.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Banyak instrumen investasi yang bisa kita pilih yang disesuaikan dengan kebutuhan, kemampuan, dan tujuan finansial kita. Termasuk reksa dana dan saham. Tapi, pertanyaannya selalu sama, reksa dana vs saham, mana yang lebih untung?
Ya, itu pertanyaan sejuta umat memang.
Nah, kali ini kita bahas ya, reksa dana vs saham ini. Tetapi, sebelumnya, kamu harus paham dulu (atau diingat kembali), bahwa tidak pernah ada instrumen investasi yang 100% aman dan bisa memberikan untung besar dalam waktu cepat. Prinsip ini memang harus selalu diingat, agar kemudian kamu bisa bijak memanfaatkannya sesuai kebutuhan.
Plus Minus Reksa Dana
Membandingkan reksa dana vs saham, mari kita kupas mengenai reksa dananya lebih dulu.
Berinvestasi di reksa dana, berarti danamu akan dikelola oleh manajer investasi. Dengan pengalaman mereka, manajer investasi sudah memiliki langkah-langkah antisipatif dalam mengelola dana investasi para investor. Dengan reputasi perusahaan yang sudah dibangun, mereka tentu akan berusaha mempertahankannya juga.
Karenanya, pemilihan manajer investasi menjadi salah satu faktor penting. Pastikan memercayakan dana investasi kita pada mereka yang memang sudah memiliki reputasi baik, pengalaman dengan dana kelola yang sudah besar, dan minim komplain.
Namun, di sisi lain, investor juga harus siap dengan berbagai biaya administrasi yang akan dikenakan. Lagi-lagi hal ini akan ditentukan saat kita memilih manajer investasi. Pilihlah manajer investasi yang mengenakan biaya paling minim untuk transaksi dan operasional. Ada kok yang memberlakukan Rp0 untuk biaya administrasi pembelian.
Plus Minus Saham
Dengan berinvestasi di saham, maka kamu pun harus siap mengelola dana investasimu sendiri. Kamu harus tahu, kapan saham harus dilepas, dibeli, atau di-hold. Kamu sendiri juga yang harus menganalisis laporan keuangan perusahaan yang sahamnya kamu incar.
Kita memang membeli saham melalui perusahaan sekuritas. Tetapi peran mereka ya sekadar perantara transaksi, sekadar broker atau makelar. Mereka tidak punya wewenang untuk mengelola dana investasimu; memutuskan sahammu untuk dijual atau di-hold, atau perlukah menambah pembelian, dan sebagainya.
Karena semua pengelolaan ada di tanganmu sendiri, maka kalau mendapatkan cuan ya semua menjadi milikmu sendiri. Tetapi, begitu juga kalau kamu mengalami kerugian. Karenanya, sangat disarankan untuk belajar lebih banyak dulu sebelum kamu mulai berinvestasi di saham.
Reksa Dana vs Saham: Mana yang Lebih Untung?
Reksa dana vs saham, mana yang lebih mendatangkan cuan? Jawabannya kembali pada tujuan, jangka waktu, dan kemampuanmu.
Tujuan dan Jangka Waktu
Tujuan berinvestasi di reksa dana vs saham adalah hal yang paling menentukan di sini. Reksa dana–tergantung jenisnya–dapat melayani tujuan finansial jangka pendek hingga jangka panjang.
Untuk jangka pendek dan sebagai media penyimpan dana darurat, Reksa Dana Pasar Uang akan jadi instrumen yang paling sesuai. Untuk jangka pendek hingga menengah, Reksa Dana Pendapatan Tetap akan menguntungkan. Untuk jangka menengah hingga panjang, Reksa Dana Campuran dan Reksa Dana Saham-lah yang paling tepat untuk dimanfaatkan.
Dan, ingat, risiko akan selalu ada di setiap instrumen investasi, sehingga kamu juga harus aware akan hal ini sejak awal.
Saham merupakan instrumen investasi yang paling sesuai untuk tujuan finansial jangka panjang. Dengan kondisi pasar yang fluktuatif, jika kamu berinvestasi untuk jangka waktu yang pendek, maka bisa jadi imbal yang kamu dapatkan belum maksimal. Tujuan finansial jangka panjang ini misalnya untuk dana pensiun, yang akan kamu butuhkan 30 tahun lagi.
Jangka waktu yang panjang akan mengantisipasi fluktuasi harga saham yang bisa terjadi, asalkan kamu memang memilih saham perusahaan dengan fundamental yang paling baik. Harga saham akan meningkat seiring waktu, sama halnya dengan harga komoditi pada umumnya.
Kemampuan
Membandingkan reksa dana vs saham, kemampuan finansial juga harus menjadi bahan pertimbangan.
Untuk berinvestasi di reksa dana, kamu hanya butuh dana minimal Rp100.000 untuk memulainya. Bahkan ada loh, yang bisa dimulai dari RP10.000. Selanjutnya kamu bisa konsisten menyisihkan penghasilan setelah kamu menerima gaji, sesuai proporsi yang kamu tentukan sendiri.
Sedangkan, jika kamu berinvestasi di instrumen saham, kamu perlu menyediakan dana yang sesuai dengan harga saham yang tersedia. Setiap kali kita hendak membeli saham, jumlah minimal yang bisa kita beli adalah 1 lot (100 lembar) saham. Dengan demikian, misalnya harga saham yang kamu incar adalah Rp1.000, maka kamu harus menyediakan dana sebesar Rp100.000 untuk pembeliannya. Jika harga sahamnya Rp30.000, maka dana yang dibutuhkan adalah Rp3.000.000.
Saham blue chip biasanya memang cukup mahal, rata-rata di atas Rp1.000 per lembarnya. Tetapi, dengan fundamental perusahaan yang baik, ke depannya kamu bisa mengharapkan imbal yang juga lebih baik.
Nah, sekiranya sudah cukup jelas deh, perbandingan reksa dana vs saham sampai di sini.
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.