Mengatur Keuangan Fresh Graduate dalam 7 Langkah
Akhirnya lulus kuliah juga, dan mulai bekerja! Setelah memberikan selamat pada diri sendiri–bahwa sekarang sudah bisa mandiri–kamu pun harus mulai bersiap untuk mengatur keuanganmu. Mengatur keuangan fresh graduate seperti ini memang agak tricky sih, kelihatannya. Lantaran sebelumnya mungkin kamu sepenuhnya disupport oleh orang tua, dan sekarang kamu harus mulai bisa memenuhi kebutuhanmu sendiri.
Tapi, yaqinlah, pasti bisa! Dengan kekuatan bulan, dan baca artikel ini sampai selesai.
7 Langkah Mengatur Keuangan Fresh Graduate
1. Tentukan tujuan keuangan
Sebagai pendatang baru di dunia kerja, mungkin akan ada fasenya kamu harus menraktir semua orang dengan gaji pertamamu. Ya, enggak apa, bolehlah. Kamu dapat pahala juga karena bikin orang lain senang, plus kamu akan dapat doa juga dari mereka supaya pekerjaan dan kariermu akan lancar.
Tapi, jangan berlarut-larut hura-hura unfaedah-nya ya. Kelar acara traktiran, kamu harus segera merencanakan beberapa hal demi mengatur keuangan. Sebagai fresh graduate, PR kamu banyak sekali.
Nggak usah bingung, mulailah dari menentukan #TujuanLoApa. Selalu mulai dari tujuan keuangan. Kamu pengin apa? Kamu pengin hidup seperti apa? Apa saja yang pengin kamu raih, cita-citakan, impikan? Jadikan hal-hal tersebut sebagai tujuan keuangan, dan kemudian tentukan target waktunya.
Setelah ada tujuan dan target waktu, maka kamu pun bisa merencanakan langkah demi langkah untuk mewujudkannya.
2. Punyai gaya hidup yang wajar
Beberapa kesalahan yang sering dilakukan saat kita berusaha mengatur keuangan fresh graduate adalah gaya hidup yang kurang wajar. Seperti apa misalnya?
Coba lihat di artikel 7 Jebakan Gaya Hidup Kekinian yang Bisa Bikin Jebol Dompet ini. Itu hanya 7 di antaranya saja. Masih ada banyak “dosa” keuangan lain yang sering banget kita lakukan sebagai seorang fresh graduate.
Biasanya sih penyebabnya karena kita merasa masih muda, masih merasa punya waktu yang cukup untuk hura-hura hore-hore–yang ternyata malah berbuntut huru-hara.
Jadi, ayo disadari sejak awal, bahwa penting untuk punya gaya hidup yang sewajarnya. Dengan demikian, berapa pun gaji kamu, akan bisa dikelola dengan baik.
3. Punyai kebiasaan menabung
Menabung ini enggak secara otomatis menjadi kebiasaan setiap orang. Perlu perjuangan banget lo, untuk bisa mulai punya kebiasaan menabung.
So, kalau kamu mau gape mengatur keuangan fresh graduate, punyai kebiasaan ini sekarang juga.
Rasio tabungan yang ideal adalah 10% dari penghasilan. Ini persentase minimal. Kalau memang kamu belum banyak tanggungan, pun bisa memiliki gaya hidup yang wajar–dengan gaji UMR pun–kamu bisa menabung lebih dari itu.
4. Biasa mencatat
Kebiasaan mencatat pengeluaran ini juga merupakan kebiasaan yang kelihatannya sepele tapi malah sering pada malas melakukannya.
Padahal dengan mencatat pengeluaran–plus membuat anggaran berdasarkan catatan pengeluaran untuk bulan berikutnya–bisa membuat keuanganmu menjadi lebih terkendali lo.
So, untuk mengatur keuangan fresh graduate–yang mungkin sekarang gajinya juga belum seberapa–ada baiknya kamu mulai dengan mencatat pengeluaranmu dalam satu bulan. Lalu gunakan catatan ini sebagai patokan untuk membuat anggaran di bulan berikutnya.
5. Bijak berutang
Mungkin kamu akan ditawari untuk apply kartu kredit pertamamu. Mungkin juga kamu akan mulai pengin liburan ke luar negeri, dengan menggunakan PayLater. Mungkin juga kamu akan pengin ganti smartphone baru, menggantikan smartphone lawas yang dibelikan oleh orang tua.
Yes, godaan untuk berutang akan semakin besar begitu kamu memiliki pendapatan sendiri. Jadi, bijaklah.
Berutang boleh, tapi kamu harus bijak mempertimbangkan–apakah utangnya produktif? Atau konsumtif semata? Bisa enggak misalnya keinginan kamu itu dibeli dari uang hasil tabungan? Jadi, memang kamu harus menabung dulu.
Ingat, kamu “hanya” punya porsi cicilan berutang maksimal 30% dari penghasilan ya. Jadi, be wise!
6. Belajar produk investasi
Jangan menunda investasi. Bahkan, berinvestasi seharusnya sudah kamu lakukan sejak kamu menerima gaji pertama. Tujuannya, sudah pasti untuk mewujudkan semua tujuan keuanganmu, seperti poin satu di atas.
Zaman sekarang, menabung untuk tujuan keuangan saja enggak cukup. Apalagi jika tujuan keuanganmu itu butuh jumlah uang yang besar. Pengin punya rumah pertama, misalnya. Kalau hanya mengandalkan menabung, keburu harga properti naik berkali-kali lipat.
So, langkah selanjutnya dalam mengatur keuangan fresh graduate adalah dengan mempelajari produk-produk investasi yang sesuai dengan profil risikomu.
Harus selalu ingat ya, no pain no gain, high risk high return.
7. Tambah pengetahuan literasi keuangan
Nah, sembari mewujudkan rencana-rencana yang sudah kamu susun, ayo, tambah lagi pengetahuan literasi keuanganmu.
Kamu bisa mendapatkannya dari banyak cara sih; baca buku, baca artikel online–seperti artikel-artikel di web QM Financial ini–dan sumber-sumber lain, juga bisa follow akun-akun media sosial yang sering bagi-bagi ilmu gratis seputar dunia keuangan. Kamu bisa follow akun Instagram QM Financial juga lo! Atau, kamu juga bisa ikut kelas finansial online.
Nah, sederhana saja kan ternyata, mengatur keuangan fresh graduate itu? Tapi, meski sederhana, kalau enggak segera kamu lakukan, maka ya akan memengaruhi masa depanmu juga lo.
Jadi, ayo segera mulai lakukan langkah-langkah mengatur keuangan fresh graduate di atas sekarang.
Semangat ya!
Mengatur Gaji UMR 2020 Supaya Cukup Sebulan? Bisa!
Berdasarkan surat edaran Menteri Ketenagakerjaan bernomor B-M/308/HI.01.00/2019, di bulan November 2019 yang lalu, para gubernur di 34 Provinsi di Indonesia secara serentak mengumumkan kenaikan gaji UMR di wilayah masing-masing. Apa kabar gaji UMR Jakarta nih?
Kenaikan gaji UMR ini berdasarkan pada laju inflasi nasional yang mencapai 3,39% dan pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 5,12%. Dengan demikian, diputuskan ada kenaikan gaji UMR 2020 bagi pekerja di Indonesia sebesar 8,51%.
Kalau menurut hitungan, berarti seharusnya sih di tahun 2020 ini, gaji UMR Jakarta itu sebesar Rp4.267.349.
Apakah ini kabar gembira untukmu?
Bisa jadi, tapi harus kamu ingat. Bahwa kenaikan gaji UMR secara nasional ini diputuskan atas dasar inflasi. Sehingga enggak cuma gaji kamu saja yang naik, barang-barang kebutuhan pokok juga akan naik. Belum lagi uang sekolah, harga rumah, dan lain sebagainya.
Sudah harus mengelap keringat di dahi sekarang? Well, no worries. Gaji besar ataupun kecil sebenarnya enggak masalah, yang penting bagaimana kita bisa mengaturnya dengan bijak. Termasuk jika sekarang kamu menerima gaji UMR Jakarta.
Punya gaji UMR terus merasa paling menderita, sengsara, nelangsa? No, no. Enggak. Bahkan dengan gaji UMR pun, kamu seharusnya masih bisa menabung dan investasi kok.
Bagaimana caranya?
5 Langkah Mengatur Gaji UMR
1. Pisahkan dalam 5 pos pengeluaran
Di QM Financial, kami memisahkan pos-pos pengeluaran dalam 5 jenis, yaitu:
- Cicilan dan utang, hanya boleh maksimal 30% dari penghasilanmu. Jadi–kalau mau pakai UMR Jakarta sebesar Rp4.267.349, maka maksimal kamu hanya mampu mempunyai cicilan sebesar Rp1.280.204,7. Jangan lebih ya, ini adalah besarnya maksimal cicilan semua utang: kartu kredit, cicilan gawai, panci, sampai KPR sekalipun.
- Tabungan dan investasi, sebesar 10 – 30% dari penghasilan bulanan. So, untuk gaji UMR Jakarta, seharusnya sih kamu bisa menyisihkan minimal Rp426.734,9. Bulatkan ke Rp500.000 deh. Bisa kan? Bisa dong. Pilihlah instrumen tabungan dan investasi yang sesuai dengan profil risikomu. Kalau masih pemula, kamu bisa simpan di deposito atau di Reksa Dana Pasar Uang, yang lebih minim risiko.
- Pengeluaran sosial, seperti zakat, donasi, dan sebagainya. Besarnya tergantung pada aturan masing-masing. Ada zakat yang 2,5%, ada persepuluhan untuk yang beragama Nasrani.
- Pengeluaran rutin, untuk berbagai keperluan sehari-hari seperti token listrik, pulsa, makan, transportasi, dan sebagainya. Sebagai karyawan, kamu perlu waspada terhadap pengeluaran transportasi. Coba baca artikel mengenai tip hemat pengeluaran transportasi di web ini ya. Siapa tahu kamu bisa mendapatkan pencerahan. Besarnya pengeluaran rutin ini maksimal banget adalah 40% dari penghasilanmu. Jadi, dengan gaji UMR Jakarta 2020, anggaran seharusnya sih enggak lebih dari Rp1.706.939,6. Yes, kamu harus benar-benar berhemat di pos ini ya. Hiduplah sewajarnya. Pasti bisa kok!
- Pengeluaran lifestyle, tempat segala dosa keuangan bisa ditemukan. Boleh kok kalau kamu pengin nongki-nongki di weekend bareng teman-temanmu. Kan, harus piknik ya, biar enggak stres? Tapi, bujetmu jangan sampai melebihi 20% dari penghasilanmu, yaitu sebesar Rp853.469,8 untuk gaji UMR Jakarta. Ini udah maksimal banget ya!
Jadi, sudah berapa banyak uangmu yang masuk ke pos-pos? Nggak bersisa ya? Enggak apa-apa, sembari jalan kamu bisa berhemat lagi di sana-sini. Sesuaikan saja dengan kondisi.
Semangat ya!
2. Investasi dan menabung di awal
Agar kamu tetap bisa menabung meski kamu hanya punya gaji UMR saja, maka menabunglah di depan. Jangan tunggu sisa uang, karena bakalan susah deh nyisain uang. Apalagi hidup di Jakarta. Bener nggak nih?
Jadi, enggak ada alasan, “Gajiku kecil, buat kebutuhan hidup aja kurang. Mana bisa investasi?” Bisa kok, bisa.
Kamu tahu enggak, beli reksa dana sekarang bisa dengan Rp100.000 saja. Bahkan ada juga kok yang lebih murah lagi. Hanya saja, kamu memang perlu lebih smart dalam memilih ya. Sekali lagi, sesuaikan dengan profil risikomu.
3. Buat dana darurat
Jangan lupa untuk membuat dana darurat. Nah, agar tabunganmu bisa konsisten, kamu memang perlu memberinya judul. Kalau kamu menabung tanpa “judul”, maka motivasimu mungkin akan kurang maksimal.
Jadi, ingat selalu #TujuanLoApa.
Untuk yang pertama, kamu perlu membuat dana darurat dulu dengan tabunganmu. Untuk kamu yang masih lajang, besarnya adalah 4 x pengeluaran bulanan. Nah, kamu bisa membaca trik mengumpulkan dana darurat di artikel ini.
4. Punya rekening tambahan
Untuk mempermudah dalam pengelolaan keuangan pribadi dengan gaji UMR ini, kamu harus punya metode. Ada beberapa cara yang bisa kamu pakai sih, tergantung kamu nyamannya yang mana.
Bisa pakai amplop-amplop, bisa juga kamu membuat rekening tambahan khusus selain rekening tempat kamu biasa menerima gaji. Rekening tambahan ini bisa kamu fungsikan sebagai rekening tabungan, atau malahan sebagai rekening khusus belanja.
Jadi, setiap kali hendak belanja, kamu transfer ke rekening tambahan. Begitu uang di situ sudah habis, maka setop belanja sampai tiba gajian berikutnya.
5. Seminggu sekali aja ke ATM
Nah, ini sih trik langsung dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial. Kalau mau pengin lebih bisa mengendalikan keuanganmu, ke ATMlah seminggu sekali saja. Ambil uang sesuai bujet, lalu hiduplah dengan uang itu sampai tiba waktunya ke ATM lagi minggu depan.
Bisa? Bisalah. Asalkan kamu sudah membuat bujet bulanan juga ya, sebagai patokan.
Nah, ternyata simpel kan, mengatur gaji UMR ini? Apalagi gaji UMR Jakarta, bisa bangetlah diatur.
Selanjutnya, mungkin kamu bisa mempertimbangkan untuk menambah penghasilan.
Semangat ya, untuk tahun 2020!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
Penghasilan sebesar apa pun enggak akan ada artinya kalau kamu enggak tahu langkah efektif atur arus kas pribadi kamu. Yang ada gaji 1 koma 4, atau 25 koma 1. Gajian tanggal 1, udah koma di tanggal 4. Atau gajian di tanggal 25, tanggal 1 tinggal sisa-sisa recehan.
See? Mau gaji berapa pun juga enggak akan cukup, kalau kamu salah dalam pengelolaan uang. So, mumpung masih awal tahun–apalagi kalau kamu pengin punya keuangan yang lebih sehat sebagai resolusi tahun baru nih–ayo, mulai atur arus kas pribadi kamu sekarang.
Caranya? Duh, kayak kaset rusak saja nih rasanya. Tapi, memang prinsip langkah efektif atur arus kas pribadi ya hanya ini saja.
5 Langkah Efektif Atur Arus Kas Pribadi
1. Catat
Catat uang keluar dan catat uang masuk, serta catat bujet keperluan setiap bulan. Tiga jenis catatan ini yang paling penting, jadi harus ada ya.
Dengan mencatat, kamu akan tahu dan bisa memonitor kondisi keuangan rutin dengan lebih baik. Kalau ada yang salah, kamu pun bisa mengambil langkah-langkah antisipasi, supaya enggak makin salah.
Dengan catatan ini, kamu juga bisa memperkirakan banyak hal sehubungan dengan masa depan kamu nantinya lo. Jadi, jangan malas mencatat ya.
2. Lunasi utang
Ingat, utang hanya boleh sampai maksimal 30% dari pengeluaran rutin kamu. Jadi, jika sudah mulai limit, kamu sebaiknya pertimbangkan ulang lagi kalau mau utang. Apalagi kalau utangnya utang konsumtif.
Sekali lagi selalu pertimbangkan kebutuhan versus keinginan, setiap kali mau belanja–apalagi pakai utang kartu kredit. Beneran butuh enggak sih? Atau, sebenarnya cuma karena pengin aja: pengin bisa dipamerin? Pengin bisa kayak tetangga sebelah? Pengin supaya tampak keren?
Bijaklah memilah, mana yang penting dan tidak. Terutama kalau mau berutang.
3. Pastikan menabung
Jangan tunggu sisa, menabunglah di awal bulan minimal 10% dari penghasilanmu.
Kamu bisa memilih dari berbagai produk tabungan–yang merupakan produk perbankan, yang pasti dijamin aman–atau kamu bisa memilih produk investasi yang sesuai dengan profil risiko yang kamu punya.
Nah, jika kamu memilih untuk berinvestasi, pastikan kamu punya pengetahuan yang cukup sebelum memulainya. Karena yang namanya investasi itu tak pernah lepas dari risiko, baik besar maupun kecil. Kalau ada kelas-kelas finansial yang membahas tentang investasi, coba deh bergabung. Anggap saja ini sebagai investasi awal kamu biar gape atur arus kas keuangan pribadi kamu sendiri.
4. Pisahkan rekening
Untuk membantumu lebih mudah atur arus kas pribadi, kamu bisa memisahkan rekening belanja, rekening tabungan, dan rekening untuk tujuan-tujuan keuangan yang sudah kamu rencanakan.
Dengan begini, kamu akan lebih mudah mengelolanya. Saat gaji diterima, kamu langsung transfer sana-sini, sesuai pos masing-masing.
Jika kamu takut repot mengurus terlalu banyak rekening, kamu bisa menggunakan amplop-amplop yang sesuai pos pengeluaran rutin bulanan. Cara yang sangat old school, tapi terbukti efektif untuk atur arus kas pribadi.
Cobain deh.
Oh iya, ada satu lagi tip dari Ligwina Hananto, lead trainer QM Financial, soal atur arus kas pribadi yang lebih efektif ini ini. Yaitu, ambil ATM sekali seminggu aja.
Dengan begini, mau enggak mau kita harus bisa survive dengan sejumlah uang saja yang kita ambil dari ATM seminggu sekali. Enggak boleh nambah-nambah walaupun sedikit di tengah minggu ya! Kalau habis ya, mesti pikir sendiri deh gimana mesti survive sampai waktu mengambil uang lagi berikutnya.
Tantangan! Tapi, kalau bisa, berarti kamu baru saja lulus tingkat dasar atur arus kas pribadi yang efektif. Layak dicoba!
5. Teratur financial checkup
Lakukan evaluasi terhadap usaha-usaha yang sudah kamu lakukan untuk atur arus kas pribadi secara teratur. Kamu perlu melakukannya sebulan sekali, 3 – 4 bulan sekali, dan kemudian review juga keuangan kamu di akhir tahun.
Dengan berbekal catatan dan teratur financial checkup ini, kamu akan tahu jika ada beberapa hal yang harus diperbaiki dan apa saja yang bisa kamu teruskan karena sudah memberikan hasil yang baik.
Nah, demikian beberapa langkah efektif untuk atur arus kas pribadi. Mudah kan? Mudahlah pasti, simpel banget malah! Yang susah itu konsistennya. Itu memang PR banget, dan tergantung pada diri kamu sendiri.
Tapi, dengan niat yang gede, pasti deh bisa. Masa enggak mau sih punya tabungan banyak di masa depan?
Stay tuned juga di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Keuangan Keluarga Juga Harus Lebih Baik di Tahun 2020 Ini
Yes, keuangan keluarga juga harus lebih baik di tahun ini, kalau tahun sebelumnya masih saja ada yang kurang atau belum dilakukan. Tahun 2020 ini harus lebih baik lagi daripada sebelumnya.
Tantangan utama dalam pengaturan keuangan keluarga itu biasanya adalah ada saja keperluan darurat yang muncul mendadak, tanpa memberi kita kesempatan buat siap-siap. Kadang ya cuma kecil-kecil, tapi ya lumayan juga sih memengaruhi kondisi dompet dan tabungan. Misalnya saja, tiba-tiba ada yang rusak di bagian rumah. Atau ada keperluan mendadak untuk anak-anak terkait sekolahnya, dan seterusnya.
Tantangan kedua, biasanya keluarga juga punya tanggungan utang yang jumlahnya besar. KPR, misalnya.
Nah, kalau sudah punya catatan keuangan keluarga di tahun lalu, ada baiknya kita buka lagi untuk melihat-lihat di sebelah mana anggaran bocor halus dan bocor ambyar, untuk kemudian kita perbaiki tahun ini. Dan, kemudian lakukan beberapa langkah berikut.
5 Langkah untuk Keuangan Keluarga yang Lebih Baik Tahun Ini
1. Tetap catat dengan cermat
Tetaplah mencatat semua pengeluaran dan anggaran. Hanya dengan cara ini, kita bisa memonitor kondisi keuangan dengan baik. Kita bisa tahu jika ada yang salah sejak awal, dan enggak akan terlambat untuk mengambil langkah antisipasi.
Keuangan keluarga memang lebih kompleks, karena menyangkut hajat hidup 2, 3, 4, … beberapa orang terpenting dalam hidup kita. So, dengan berbekal catatan, kita akan bisa memastikan bahwa setiap orang dalam keluarga bisa terjamin kehidupannya.
Kalau memang belum rapi, kita bisa mulai rapikan sejak awal tahun ini. Buat buku khusus, atau catat melalui aplikasi smartphone yang banyak tersedia–gratis diunduh. Pakai apa pun boleh, yang penting mudah diakses.
2. Prioritaskan utang
Berapa persen porsi utang saat ini? Semoga sih tak lebih dari 30% dari penghasilan total sebulan, sehingga bebannya tidak terlalu besar.
Prioritaskan utang di setiap bulan. Jika ada penghasilan ekstra, ada baiknya juga dialokasikan untuk pembayaran utang ini, agar lebih cepat lunas. Tentu saja disesuaikan dengan syarat dan ketentuan utang yang kita punya ya. Karena ada utang yang justru memberi penalti jika dibayar lunas lebih cepat.
3. Kelola dana darurat dengan baik
Untuk keuangan keluarga, pastikan dana darurat selalu mencukup. Untuk yang belum punya anak, besarnya dana darurat paling ideal adalah 6 kali pengeluaran bulanan rutin. Sudah punya anak satu, besar idealnya 9 kali pengeluaran rutin, sedangkan sudah punya anak dua seharusnya sih 12 kali pengeluaran rutin.
Besaran ideal dana darurat ini enggak harus dipenuhi sekaligus kok, bisa dibangun sedikit demi sedikit dengan menabung di instrumen investasi atau tabungan yang tepat. Di Reksa Dana Pasar Uang, misalnya. Setiap kali dana darurat terpakai, segera rencanakan untuk topup lagi. Jadi enggak sampai kosong melompong, karena kebanyakan diambil.
Pastikan juga bahwa akses ke dana darurat terbuka, paling enggak untuk pasangan. Sehingga jika terjadi apa-apa, bisa dengan cepat melakukan sesuatu.
4. Hemat mulai dari hal-hal kecil
Nah, tahun ini, mari kita hemat hal-hal kecil–yang meski tampak enggak berhubungan dengan keuangan secara langsung–tapi percaya deh, pasti ada efeknya juga.
Seperti misalnya:
- Lebih hemat listrik. Matikan lampu dan peralatan elektronik lain yang enggak dipakai. Cabut charger smartphone kalau enggak dipakai, jangan biarkan menancap terus di stopkontak.
- Lebih hemat pemakaian air. Ingat, bumi kita semakin naik suhunya lo, dan ini berpengaruh pada stok persediaan air tanah yang menipis. Kalau kita bisa hemat air, tagihan PDAM juga terkendali kan?
- Lebih hemat belanja, tepatnya sih lebih bijak dan efektif ya. Misalnya, ketimbang belanja bolak-balik, mendingan sediakan waktu belanja untuk seminggu. Pakai catatan belanja, biar nggak lapar mata. Tahan dari segala macam diskon.
- Beralih dari belanja di supermarket ke belanja di pasar tradisional. Memang kurang nyaman karena enggak ber-AC, tapi selisih harganya itu lo … Lumayan bangat!
- Masak sendiri, ketimbang pesan makanan secara online melulu. Bawa bekal ke kantor atau ke sekolah juga akan lebih hemat dan pastinya sehat.
Dari hal-hal kecil bakalan berefek ke hal besar. Percaya deh.
5. Lebih terbuka
Sekarang sudah enggak zamannya lagi berahasia sama pasangan, atau merasa tabu untuk ngobrolin masalah keuangan keluarga sama pasangan. Kalau di tahun kemarin masih mentok aja, coba di tahun ini, lebih terbuka.
Keuangan keluarga enggak akan bisa terkelola dengan baik tanpa keterbukaan pasangan suami istri satu sama lain. Bahkan, jika memungkinkan, anak-anak juga perlu dilibatkan. Biar mereka lebih melek literasi keuangan lebih dini, kan? Akan baik juga buat mereka nantinya.
Nah, bagaimana? Siap untuk membuat keuangan keluarga lebih baik di tahun 2020?
Semangat!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Masih Lajang, Ini Dia 5 Resolusi Keuangan yang Pas Buat Kamu
Masih lajang, belum ada tanggungan. Hidup seharusnya lebih ringan, dan masih bisa melakukan banyak hal dan bersiap untuk masa depan lebih baik.
Itu seharusnya.
Tapi kalau dalam review keuangan akhir tahunmu kemarin, ternyata enggak begitu adanya, berarti ada yang salah nih. Terutama pada pengelolaan keuanganmu.
Mumpung masih awal tahun, biasanya ini jadi waktu buat kita untuk menyusun rencana agar tahun ini berjalan lebih baik. Pastinya kamu yang masih lajang juga mau dong, tahun ini keuanganmu lebih sehat.
Nah, makanya, yuk, simak artikel ini sampai selesai ya!
5 Resolusi Keuangan untuk Kamu yang Masih Lajang
1. Jangan terjebak lifestyle
Yes, awas jebakan lifestyle kekinian! Apa aja sih contohnya? Ya, misalnya saja, ngopi cantik dan ganteng di kafe kekinian setiap hari. Atau, jajan boba ketika tumbler sebenarnya sudah berisi minuman sehat dari rumah. Atau, pesan makan siang online setiap hari, padahal kantin juga ada–padahal makanannya sehat, enak, lagi pula murah.
Demi bisa difoto cakep buat diunggah di Instagram, atau biar keliatan keren aja gitu.
Tahun ini, boleh saja kalau mau nongkrong cantik/ganteng sembari ngopi, atau jajan boba. Tapi pastikan tabunganmu bertambah dulu, atau lunasi utang konsumtifmu dulu. Maksimalkan anggaran lifestyle 20% saja dari penghasilanmu, agar anggaran yang lain bisa lebih longgar. Hiduplah sewajarnya.
2. Jangan malas
Malas mencatat pengeluaran dan membuat anggaran adalah hal yang biasa terjadi. Tapi, untuk tahun ini, coba atasi kemalasanmu yuk!
Buatlah catatan rutin pengeluaran dan anggaran, supaya keuanganmu lebih terkendali. Dengan demikian, kamu bisa tahu, apakah anggaran lifestyle-mu lebih besar daripada anggaran rutin? Jangan-jangan utangmu juga sudah melebihi batas 30% dari penghasilan?
Dengan mengetahui kondisi kesehatan keuanganmu sendiri, pastinya kamu akan lebih bisa membuat rencana untuk memperbaikinya. Betul?
3. Jangan gampang utang
Hari gini makin gampang saja berutang. Dari utang dengan jumlah banyak–tanpa harus ada jaminan dan cair dalam beberapa menit–sampai utang kecil-kecil berplafon ratusan ribu berjangka waktu kurang dari satu tahun, bisa dilakukan oleh siapa saja.
Modalnya, hanya smartphone saja dan kuota internet. Siapa yang enggak tergoda? Betul?
Inilah godaan terbaru sebagai manusia-manusia kekinian, yang mau serba cepat, serba praktis, dan serba enak. Ya, ada bagusnya juga sih, tapi kita sebagai manusia harus tetap bijak dalam menggunakan teknologi. Terutama dalam hal keuangan.
Sekali terjerat, bisa jadi masalah untuk seumur hidup lo! Jadi, pertimbangkanlah baik-baik jika ada godaan untuk berutang–seperti apa pun iming-imingnya ya. Terutama buat kamu yang masih lajang.
4. Tambah pengetahuan produk keuangan
Sementara kamu masih lajang, waktumu ke depan akan masih sangat panjang. Ada banyak hal yang bisa kamu raih, dan kamu rencanakan agar hidupmu lebih baik.
So, imbangilah keinginan dan cita-citamu dengan berbagai pengetahuan literasi keuangan. Kamu bisa belajar dari mana saja; dari buku, artikel di media online, media sosial, dari mereka-mereka yang sudah lebih ahli, dan banyak lagi.
Terkhusus, kamu bisa ikut kelas-kelas keuangan–baik yang online dan offline.
Tambah pengetahuan mengenai produk-produk keuangan yang bisa kamu manfaatkan sebagai bekal untuk merencanakan masa depanmu. Mulai dari mengatur cash flow, menyusun tujuan keuangan, siapkan dana darurat, siapkan dana pensiun, hingga kamu juga bisa mulai memikirkan dana pendidikan anak lo–jika kamu memang punya rencana untuk segera menikah dan punya anak.
Tidak pernah ada kata terlambat dan terlalu cepat untuk belajar sesuatu, termasuk soal pengelolaan keuangan.
5. Susun rencana jauh ke depan
Nah, ini sih menjadi resolusi yang memang harus mulai kamu lakukan, jika belum sempat terlaksana di tahun 2019 yang lalu.
Sebaiknya, kamu sudah punya rencana matang untuk 1 tahun ke depan–kamu pengin apa sih? Pengin meraih apa, dan bagaimana caranya? Lalu susun pula rencana untuk 5 hingga 10 tahun, bahkan lebih dari 10 tahun mendatang. Hidup seperti apa yang kamu ingin jalani nanti?
Kamu boleh bermimpi setinggi mungkin, dan sekarang susun rencana untuk mewujudkan mimpimu itu.
See? Banyak hal yang bisa kamu lakukan tahun ini, meski kamu masih lajang–yang katanya ini waktunya untuk bersenang-senang. Well, seperti kata Ligwina Hananto–lead trainer QM Financial–hura-hura sih boleh, tapi jangan sampai bikin huru-hara gara-gara kamu senang-senang tanpa rencana matang jauh ke depan untuk hidupmu sendiri.
Justru, di saat masih lajang inilah, kamu bisa merencanakan semuanya dengan lebih baik.
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
Sebelum Usia 30 Tahun, Sebaiknya Kamu Sudah Membuat 5 Tujuan Finansial Ini
Berapa usiamu saat ini? Belum lagi 30 tahun? Banyak orang yang merasa menyesal, mengapa tidak melakukan hal-hal tertentu sebelum usia 30 tahun, termasuk hal keuangan.
Termasuk saya. Saya adalah salah satu dari mereka yang menyesal, mengapa enggak membuat dana pensiun saya sejak pertama kali saya memasuki dunia kerja dulu, sebelum usia 30 tahun. Ya, sebagian sih karena literasi keuangan di zaman saya jadi first jobber memang belum seperti sekarang sih. Misal mau investasi, ya mesti datang ke bank, lalu minta informasi ke petugas langsung. Dan, saya paling males, karena kemudian pasti ditawari yang lain-lain yang malah bikin saya distracted.
Duh, ketahuan deh kalau angkatan lawas.
Nah, supaya kamu enggak mengalami penyesalan yang sama, maka sebaiknya kamu tahu dan mulai membuat tujuan finansialmu sendiri sebelum usia 30 tahun.
Karena penyesalan itu selalu datang belakangan. Kalau di depan namanya down payment, soalnya.
5 Tujuan Finansial yang Harus Kamu Mulai Buat Sebelum Usia 30 Tahun
1. Punyai proteksi
Sebelum usia 30 tahun hingga nanti kamu memasuki usia pensiun, bisa dibilang kamu berada di masa yang sangat produktif. Jika *knocks on wood* kamu tertimpa musibah, lalu bagaimana nasib orang-orang yang hidupnya tergantung padamu?
Musibah bisa terjadi setiap waktu, dan bisa membuatmu serta orang-orang yang kamu cintai menderita kerugian secara ekonomi. Di sinilah, arti pentingnya proteksi dan asuransi untuk kamu punyai.
So, begitu kamu memasuki usia kerja, segeralah lindungi dirimu dan orang-orang di sekitarmu dengan asuransi. Jenis asuransi ada bermacam-macam. Ada asuransi jiwa, asuransi kesehatan, hingga asuransi umum. Kamu enggak perlu kok melengkapi semuanya sekaligus. Prioritaskan dulu asuransi yang kamu anggap paling penting. Boleh saja kok, jika kamu lengkapi secara bertahap, asalkan terencana dengan baik.
2. Dana darurat
Dana darurat juga penting untuk kamu buat sebelum usia 30 tahun. Dana darurat ini juga salah satu tujuan finansial pertama yang wajib kamu punya begitu kamu mulai kerja.
Kenapa? Because bad things happen!
Setelah mempunyai proteksi, dana darurat juga akan bisa “mengamankan” keuangan, ketika terjadi hal-hal yang tidak diinginkan atau di luar rencana.
Saat kamu sakit, butuh uang mendadak, mau membantu saudara atau keluarga, sampai misalnya kamu harus mengganti laptop rusak padahal dipakai untuk kerja sehari-hari, dana darurat will come handy.
3. Dana pensiun
Dana pensiun adalah tujuan finansial berikutnya yang harus mulai kamu buat sebelum usia 30 tahun.
Yah, baru mulai kerja, kok sudah harus mikirin pensiun?
Justru karena baru mulai itulah, kamu harus segera memikirkannya. Karena dengan jangka waktu yang lebih panjang, maka semakin mudah untukmu menabung (atau berinvestasi). Kamu bisa mulai berinvestasi dengan hanya Rp100.000 saja lo! Kalau kamu baru mulai menabung untuk pensiun di usia 40-an, bisa jadi kamu harus menabung berkali-kali lipatnya.
Kan sudah punya fasilitas Jaminan Pensiun dan Jaminan Hari Tua dari BPJS Ketenagakerjaan yang diberikan oleh kantor?
Well, tahu enggak sih, berapa kebutuhan dana untuk bisa menghabiskan pensiun sejahtera? Bisa sampai miliaran rupiah. Sedangkan, berapa persenkah dari gaji yang bisa kita terima dari BPJS Ketenagakerjaan saat kita mulai pensiun nanti? Hanya 30 – 40% saja.
Cukup? Sepertinya enggak.
4. Dana rumah pertama
Sebelum usia 30 tahun, seharusnya sih kamu sudah mandiri. Sudah punya penghasilan sendiri, dan pastinya sudah bisa memenuhi kebutuhan hidup sendiri. Jika kamu masih tinggal dengan orang tua, maka seharusnya kamu tetap bisa mandiri, bukannya tetap bergantung pada mereka. Setujukah sampai di sini?
Rumah milik sendiri bagi masyarakat kita adalah simbol kemandirian. So, seharusnya sih memiliki rumah pertama menjadi salah satu tujuan finansialmu juga untuk mulai dibuat sebelum usia 30 tahun.
Isunya, generasi milenial enggak punya nyali untuk membeli rumah. Mengapa? Karena memang butuh modal yang banyak sekali! Begitu lihat nominalnya, pasti deh shock.
Ya, begitulah. Memang ini adalah hal yang enggak bisa dimungkiri. Rumah memang mahal, dan semakin mahal dari tahun ke tahun. Apakah kita mau membeli rumah yang “Senin harga naik” ini, kalau enggak beli sekarang?
Bisa kok, kita punya rumah di usia muda. Kamu hanya perlu tahu caranya.
5. Bijak berutang
Nggak boleh utang? Boleh kok, boleh! Karena ada kalanya kita memang harus berutang, terutama untuk membeli barang berharga tinggi tapi penting. Rumah, misalnya. Tapi harus bijak!
Sebelum berutang, pertimbangkan dulu baik-baik; tujuan berutang untuk apa? Apakah barang yang akan kita beli itu akan menjadi aset? Ataukah hanya sekadar barang-barang yang bersifat konsumtif?
Dengan cara apa kita berutang? Apakah utang multiguna, utang kartu kredit, atau mungkin utang tanpa agunan? KPR? Atau yang lain? Apa risiko masing-masing? Seperti apa cara pembayarannya?
Ada baiknya, kamu membatasi utang-utang yang bersifat konsumtif sebelum usia 30 tahun, apalagi jika diambil dengan utang yang berbunga “menjerat”.
Pelajari karakter, syarat, dan ketentuan setiap jenis utang yang membuatmu tertarik. Dan, kalau memang bisa dihindari, hindarilah. Mungkin ada cara lain untuk memenuhi keinginan kebutuhanmu tanpa berutang.
Bagaimana? Tujuan finansial mana yang sudah kamu lakukan, dan yang belum kamu mulai sebelum usia 30 tahun?
Semangat ya!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Hal untuk Mencegah Korupsi yang Dimulai dari Diri Sendiri
Sedih rasanya setiap hari selalu saja ada berita mengenai orang-orang besar yang punya perilaku korupsi, melakukan fraud yang merugikan banyak orang, hanya demi kepentingannya sendiri. Apa ya yang bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi ini semakin terjadi?
Tapi semakin banyaknya kasus korupsi yang terbongkar sepertinya memberikan sedikit kelegaan juga sih. Bahwa masih ada harapan, kalau pemerintah punya niat yang serius untuk memberantas tindakan yang merugikan seperti ini.
Tapi, sadar enggak sih, bahwa sebenarnya setiap orang–termasuk kita–punya potensi untuk melakukan korupsi? Enggak perlu menyelundupkan motor Harley di pesawat juga sih bentuknya. Sesepele misalnya, minta ke suami sejumlah uang–katanya untuk iuran sekolah anak-anak. Jumlahnya agak dilebihkan sedikit, yang ternyata dipakai untuk beli tas branded. Atau, buat karyawan nih biasanya sering terjadi fraud pada laporan pertanggungjawaban keuangan atas nota-nota pembelian, misalnya.
Atau, enggak dalam bentuk uang juga. Misalnya saja, di kantor gabut, bukannya menyelesaikan tugas tapi malah nonton Youtube berlama-lama.
Yes, itu dia bentuk-bentuk perilaku korupsi kecil yang bisa banget kita lakukan–siapa pun kita. Lama-lama hal kecil ini menjadi kebiasaan dan budaya, yang akhirnya kita merasa kebas. Tidak merasa bahwa yang kita lakukan itu salah, karena sudah biasa banget dilakukan.
So, pas banget mau ganti tahun. Kayaknya ini bisa jadi resolusi tahun baru yang bagus banget: mencegah korupsi dari diri sendiri. Caranya gimana? Well, banyak cara sih, tapi kita bisa mulai dari sini.
5 Cara untuk Mulai Mencegah Korupsi dari Diri Sendiri
1. Atur cash flow
Sadar enggak sih, bahwa hampir setiap masalah keuangan yang terjadi selalu bersumber pada masalah cash flow. Termasuk jika kita sering melakukan tindakan-tindakan yang mengarah pada perilaku korupsi.
Jika cash flow sehat, keuangan sehat, maka kita pun jadi enggak kepingin untuk melakukan tindakan yang merugikan orang lain. Yes, kadang memang hanya sesimpel itu sih.
Jadi, sudahkah kita mempunyai cash flow yang sehat? Sudahkah kita mempunyai catatan keuangan yang–meski sederhana–tetapi traceable? Ke mana saja perginya uang kita, apakah bisa ditelusur dengan jelas? Apakah kita sekarang sudah enggak pernah kerasa ada tanggal tua dan tanggal muda?
Nah, banyak kan, indikasi cash flow yang sehat dan enggak sehat itu? So, penting bagi kita untuk bisa belajar menyehatkan cash flow. QM Financial punya kelas finansial online khusus untuk belajar mengatur cash flow lo! Pastinya, manfaatnya beda banget dengan sekadar baca-baca artikel gratis di internet, atau mengikuti tip-tip dari akun-akun media sosial. Karena di kelas online cash flow, kamu akan praktik langsung dengan berbagai formula yang sudah disiapkan oleh para trainer QM Financial yang berpengalaman. Kamu bisa langsung simulasi dengan berdasarkan kondisi keuanganmu saat ini.
2. Bayar utang dengan disiplin
Cash flow sehat, maka seharusnya kamu pun enggak masalah untuk mengangsur utang produktif yang menjadi tanggung jawabmu sekarang.
Ini juga merupakan salah satu akar masalah keuangan besar yang sering terjadi lo. Banyak banget ternyata karyawan yang terlilit utang–mulai dari utang panci, utang beli gawai terbaru dan tercanggih, utang KPR, utang kendaraan bermotor, utang kartu kredit, hingga utang liburan.
Utang memang diperbolehkan kok. Kan, namanya juga manusia, maunya banyak, duit terbatas. Apalagi jika kita memang pengin mengejar sesuatu yang bernilai nominal besar tetapi menjadi jaminan hidup. Rumah, misalnya.
Tapi ya mesti diingat, kalau pinjam harus dikembalikan. Jadi, kalau utang ya harus dibayar. Karena itu, penting untuk memastikan bahwa kita mampu bayar sebelum melakukan utang.
Banyak perilaku korupsi terjadi lantaran si pelaku terlilit utang. Karena “kepepet”, maka ia pun melakukan fraud di kantor.
So, mari kita mencegah korupsi diri kita sendiri, mulai dari bijak dalam berutang dan kemudian disiplin dalam membayarnya.
3. Bangun aset aktif
Aset aktif yang dapat memberikan pendapatan pasif dapat membantu memperlancar cash flow. Setuju kan, sampai di sini?
So, jika memang sudah mampu, coba bangun aset aktif kita sendiri, karena hal ini juga bisa menjadi satu tindakan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri.
Pelajari profil risiko diri sendiri, lalu pilih aset aktifmu dengan bijak.
4. Fokus pada pekerjaan dan tanggung jawab kita
Yes, fokuslah pada hal-hal yang menjadi tanggung jawab kita. Selesaikan dengan baik, dan sesuai kesepakatan atau aturan yang ada. Ini merupakan salah satu hal yang paling pertama bisa kita lakukan untuk mencegah korupsi diri kita sendiri terjadi.
Selalu ingat, bahwa penyelewengan wewenang dan tanggung jawab–sekecil apa pun–bisa jadi bibit perilaku korupsi di kemudian hari, yang kemudian bisa menyulitkan diri kita sendiri.
5. Miliki gaya hidup yang sesuai kemampuan
Penting nih. Jangan terlalu banyak membandingkan diri dengan orang lain.
Orang lain usia 20-an kok sudah jadi CEO, sudah jadi rektor, sudah berprestasi ini itu, sedangkan diri sendiri apa kabar?
Jangan pernah berpikiran seperti itu ya. Ingat, bahwa Barack Obama mulai jadi presiden di usia 40-an, dan Trump di usia 70-an. Masing-masing orang punya timeline sendiri-sendiri. Setiap orang menjalani kehidupan yang perjuangannya enggak sama, jadi enggak bisa dibandingkan.
So, enggak usah banyak gaya. Sesuaikan saja dengan kemampuan kita. Apa adanya kita. Kalau bisa mensugesti hal ini pada diri sendiri, sepertinya ini akan menjadi langkah paling efektif untuk mencegah korupsi.
So, siap untuk mencegah korupsi yang dimulai dari diri sendiri? Good luck!
Yuk, belajar mengelola keuangan dengan lebih baik lagi! Ikuti kelas-kelas finansial online QM Financial, pilih sesuai kebutuhanmu.
Follow juga Instagram QM Financial, untuk berbagai tip, informasi, dan jadwal kelas terbaru setiap bulannya, supaya nggak ketinggalan update!
Yuk, Review Pengelolaan Keuangan Pribadi di Akhir Tahun 2019
Sebentar lagi, 2019 berakhir. Dan, kita akan segera harus menyambut datangnya 2020. How do you feel, gaes? Excited untuk tahun yang baru? Ataukah malah deg-degan? Lalu, bagaimana dengan pengelolaan keuangan pribadi kamu di tahun 2019 kemarin?
Apakah ada pertumbuhan yang baik? Sudahkah kamu melakukan semua rencana keuangan yang mungkin sudah kamu buat di awal tahun dulu? Ataukah, masih ada beberapa hal yang belum bisa optimal kamu lakukan?
Yes, akhir tahun begini memang menjadi waktu tertepat untuk melakukan review terhadap pengelolaan keuangan pribadi, dan keuangan keluarga jika kamu sudah berkeluarga. Kita lihat, apakah rencana-rencanamu sudah terlaksana dengan baik, tujuan finansialmu semakin dekat terwujud, ataukah kamu perlu melakukan beberapa perbaikan di tahun depan?
Lalu, apa saja yang harus direview? Mari kita lihat satu per satu.
Lakukan Review Pengelolaan Keuangan Pribadi Akhir Tahun terhadap 5 Hal Berikut!
1. Cash flow
Cek buku catatanmu. Seharusnya di sana tercatat 5 pos pengeluaran, yang terdiri atas cicilan dan tagihan, investasi, kebutuhan rutin, sosial, dan lifestyle. Adakah yang kurang seimbang di antara kelimanya?
Yang pasti sih, jika pengeluaran lifestylemu jauh lebih besar ketimbang investasi, maka ada baiknya kamu ulik lagi rencana anggaranmu untuk tahun depan. Masa sih, pengeluaran lifestyle rata-rata sampai Rp6 juta per bulan, sedangkan investasi kamu hanya bisa Rp500 ribu saja setiap bulan, misalnya? Seharusnya sih bisa lebih. Coba lakukan restrukturisasi pos pengeluaranmu ya.
Cek juga pendapatanmu, dan juga kalau perlu proyeksinya tahun depan. Apakah kamu masih saja merasa kalau gajimu cuma numpang lewat doang? Kalau iya, ya mesti kamu review dan cek lagi di catatan pengeluaranmu.
2. Kinerja Investasi
Sudah berinvestasi apa saja di tahun 2019 ini? Sudah bertambahkah portofolio kamu? Atau setidaknya, seberapa pertumbuhan nominalnya? Apakah positif? Atau, malah negatif?
Kinerja investasi yang negatif bisa jadi juga bukan kesalahanmu semata lo. Bisa juga dipengaruhi oleh kondisi eksternal yang tidak dapat dikendalikan. Kondisi pasar modal yang sangat fluktuatif di tahun ini, salah satunya.
Meski demikian, kamu tetap bisa melakukan review terhadap pengelolaan investasinya. Dengan kondisi yang penuh kejutan seperti itu, apakah kamu perlu untuk melanjutkannya di tahun depan, ataukah perlu mengganti produk investasimu?
Untuk hal ini, kamu sendiri yang tahu ya. Jadi, lakukan review dengan saksama, karena uangmu adalah tanggung jawabmu pribadi. Bukan tanggung jawab manajer investasi, bukan tanggung jawab financial planner-mu, bukan pula tanggung jawab perusahaan sekuritas.
Apalagi kalau setahun ini kamu sudah ikut kelas-kelas finansial online QM Financial. Pastinya pengetahuanmu seputar investasi bertambah dong, sehingga kamu pasti bisa melakukan review akhir tahun dengan baik.
3. Aset
Sudah bertambah aset apa saja tahun ini? Apakah aset yang sudah kamu miliki sekarang ini mampu memberimu pendapatan tambahan?
Jika belum, mungkin nggak nih menambah aset di tahun 2020 yang dapat memberimu pemasukan sampingan?
Jangan sampai kamu terlalu banyak membeli aset yang justru menggerogoti kesehatan keuanganmu lantaran kamu membelinya dengan berutang, tapi tidak bisa menambah positif neraca keuanganmu. Kalau banyak yang begini, mungkin tahun depan kamu harus banyak-banyak mempertimbangkan setiap kali bernafsu untuk membeli sesuatu, kebutuhankah atau sekadar keinginan?
4. Rasio Kesehatan Keuangan
Seharusnya sih aset-asetmu bisa menutup rasio utang yang kamu punya. Kalau enggak, ya berarti harus dicek lagi nih rasio kesehatan keuanganmu, sebagai bagian dari review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun.
Kamu pasti sudah tahu kan, bahwa ada 3 rasio kesehatan keuangan, yaitu rasio cicilan utang, rasio menabung atau investasi, dan rasio likuiditas. Lakukan review terhadap keuanganmu di tahun 2019, apakah ketiga rasio itu sudah terpenuhi dengan baik.
Kalau belum, segera buat perencanaan agar keuanganmu lebih sehat di tahun 2020 mendatang.
5. Review terhadap Tujuan Keuangan
Setelah semua kamu lakukan, yang terakhir harus kamu cek dalam review pengelolaan keuangan pribadi akhir tahun ini adalah posisimu terhadap tujuan keuangan yang sudah pernah kamu tentukan sebelumnya.
Are you getting there, or not?
Berapa pertumbuhannya, kalau perlu dibandingkan dengan posisi review akhir tahun 2018–jika kamu juga sudah melakukan review di akhir tahun 2018. Bagaimana posisinya? Bertumbuh, atau justru malah melangkah mundur dari tujuan awal?
Jika memang butuh perbaikan, maka segeralah merencanakan apa saja yang harus dilakukan di tahun 2020 untuk membuatnya jadi lebih baik. Mengubah tujuan keuangan (lebih tepatnya: menyesuaikan) juga enggak salah lo!
Menurut saya sih, review pengelolaan keuangan pribadi di akhir tahun seperti ini menyenangkan. Mengapa? Karena kita jadi tahu, seberapa dekatkah kita dengan tujuan dan cita-cita kita? Kalau masih jauh, jadi menambah motivasi untuk genjot lebih kenceng. Kalau sudah dekat, juga jadi bahan bakar buat ngegas.
So, apa pun kondisinya tetap semangat ya! Segera rumuskan rencana keuangan baru untuk dilakukan di tahun 2020 yang lebih baik!
Stay tuned di akun Instagram QM Financial untuk berbagai update dan info seputar keuangan, agar kita lebih bijak dalam mengambil keputusan penting untuk hidup kita ke depan.
5 Tip Keuangan untuk Guru Sejahtera
Selamat Hari Guru! Inilah saat dan kesempatan spesial untuk dapat mengucapkan terima kasih kepada bapak dan ibu guru yang sudah berjasa untuk kita, gaes! Dan, mari berharap agar di Indonesia semakin banyak guru sejahtera!
Saya sendiri masih sempat bertemu cukup sering dengan salah seorang guru saya kala duduk di bangku SMA. Beliau dulu mengajar saya di mata pelajaran Seni Suara, di kelas 2–atau kelas 11 kalau sekarang. Yah, ketahuan deh, angkatannya :)
Saat ini, beliau sudah pensiun. Kegiatannya? Di rumah, kebetulan beliau “dititipi” cucu yang bersekolah di kota domisili saya, sedangkan anaknya–yang merupakan orang tua si cucu–tinggal di ibukota. Jadi, kesehariannya ya, menemani cucunya bersekolah. Sesekali waktu, arisan. Kebetulan beliau juga teman ibu saya, mereka satu arisan.
Kalau saya lihat, pensiunnya cukup untuk keseharian yang sederhana. Beliau masih dikirimi uang oleh anaknya, tapi tentunya untuk keperluan sang cucu. Suaminya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu.
“Hidupku sekarang ya buat cucu itu,” kata beliau saat sempat mengobrol dengan saya.
“Cukup, Bu?”
“Ya, dicukup-cukupkan.”
Hahaha. Khas orang Jawa yang nerimo.
Banyak pensiunan guru yang memang lantas hidupnya pas-pasan begini pada akhirnya. Sudah begitu, masih dititipi cucu. Karena rasa cintanya yang besar, tentulah enggak bisa menolak. Tapi, pastilah sedikit banyak juga menambah beban, meski orang tua si cucu mengirimi uang dan keperluan lainnya.
Saya yakin banyak pensiunan guru–terutama guru-guru angkatan guru saya itu–yang belum mengenal investasi. Kalau kebetulan berstatus PNS, ya dapat pensiun dari negara. Enggak punya investasi lainnya. Paling banter, mereka punya perhiasan emas saja. Itu pun hanya beberapa. Pernah saya hadir di satu reunian sekolah, dan memang begitulah cerita sebagian besar guru-guru saya yang sudah pensiun.
Padahal, guru juga berhak hidup sejahtera. Apalagi setelah mereka berjasa untuk mendidik anak-anak Indonesia supaya bermasa depan cerah. Tapi, mengapa seperti sulit sekali mewujudkan hidup guru sejahtera? Terutama saat mereka sudah pensiun?
Adakah di antara kamu yang sekarang berprofesi sebagai guru? Kalau iya, berikut 5 tip untuk mengatur keuanganmu untuk mewujudkan impian hidup guru sejahtera.
Iya, kamu berhak untuk sejahtera, apa pun status gurumu–guru sekolah negeri, sekolah swasta, bahkan pengajar di pendidikan informal.
5 Tip Keuangan untuk Guru Sejahtera
1. Punyai tujuan finansial
Saya yakin–sebagai angkatan baby boomer–guru saya yang saya ceritakan di awal tadi, tidak pernah mengenal tujuan finansial.
Tapi, hey, zaman sudah maju. Literasi keuangan sudah demikian berkembang. Teknologi bisa membantu. Maka, kamu sekarang–sebagai seorang guru milenial–seharusnya sudah tahu, bahwa kamu seharusnya mempunyai tujuan finansial dalam hidupmu.
Untuk menentukan tujuan finansialmu sebagai guru sejahtera, jawablah pertanyaan ini.
Di masa depan nanti, kamu pengin hidup seperti apa sih?
Apakah kamu pengin punya rumah? Pengin menjalani hidup dengan selalu terjamin kesehatanmu, juga kesehatan keluargamu? Pengin punya bisnis kecil-kecilan, sebagai aset aktif bekal pensiun?
2. Atur gaji
Gaji guru bisa sangat bervariasi. Sudahlah tergantung tempat kerja, masih juga tergantung status. Sama-sama PNS saja bisa berbeda satu sama lain.
Ada guru honorer di pelosok sana yang hanya mendapatkan gaji sekian puluh ribu rupiah saja per bulan. Sedangkan, guru di ibukota–misalnya–yang mengajar di sebuah sekolah swasta berbasis internasional, bisa berkali-kali lipat gajinya.
Berapa pun gaji kamu, yang paling penting adalah bagaimana mengaturnya supaya cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Untuk itu, mencatat pengeluaran dan kemudian membuat anggaran per bulan itu sangat penting.
Kebutuhan orang bisa berbeda, sehingga mendapatkan rezeki yang berbeda pula. Enggak perlu membandingkan diri dengan yang lain, yang penting, bagaimana kita mengelolanya dengan baik sehingga semua tujuan finansialmu bisa dipenuhi.
3. Menabung dan investasi
Mulailah menabung dan berinvestasi sedini mungkin, bahkan sejak kamu menerima gaji pertamamu, demi mewujudkan hidup guru sejahtera di masa pensiun.
Hitunglah kebutuhanmu di masa pensiun nanti. QM Financial sih punya rumus untuk menghitungnya. Semoga kamu sudah pernah bergabung di salah satu kelas finansial online yang membahas khusus tentang dana pensiun di QM Financial ya. Sehingga kamu sudah bisa mendapatkan gambaran mengenai dana pensiun yang akan kamu butuhkan.
4. Tambah penghasilan
Wali kelas saya di kelas 5 SD dulu juga bekerja sebagai instruktur tari di sebuah sanggar tari modern yang cukup terkenal. Beberapa guru juga bersedia memberikan les privat tambahan di luar jam pelajaran. Mereka datang ke beberapa rumah siswa untuk membantu belajar. Tentunya, ada biaya tambahan untuk hal ini.
Pernah juga ada cerita viral di media sosial. Seseorang berprofesi sebagai guru di siang hari, dan sebagai drivel ojol di sore hingga malam hari.
Boleh saja kok, menambah penghasilan. Apalagi jika tujuannya untuk mewujudkan tujuan finansialmu secepat mungkin. Yang penting diatur waktunya ya, jangan sampai mengganggu pekerjaan utama.
Dan, tentu saja, harus memperhatikan kesehatan.
5. Hindari utang
Utang konsumtif sih terutama. Jangan lupa bahwa kita hanya punya porsi utang maksimal sebanyak 30% saja dari penghasilan.
Jangan pernah mencoba untuk melampaui batas ini, kecuali ada alasan tertentu yang sudah dipertimbangkan masak-masak.
Semoga dengan 5 tip keuangan untuk guru sejahtera di atas, setiap guru di Indonesia bisa hidup layak di masa pensiun nanti ya.
Yuk, ikutan kelas finansial online QM Financial, agar kamu lebih paham dan mengerti bagaimana cara merumuskan tujuan finansialmu. Cek jadwalnya, dan pilih kelas sesuai kebutuhanmu ya!
Terima kasih, Bapak dan Ibu Guru!
Sebelum Bikin Kartu Kredit, Pertimbangkan Dulu 5 Hal Berikut!
Kartu kredit. Sebuah barang kecil simbol gengsi dan kemevvahan. Betul enggak? Makanya, makin banyak orang pengin banget bikin kartu kredit.
Kartu kredit juga memudahkan hidup. Apalagi buat kamu yang sering bepergian keluar negeri, atau sering belanja online, dan seterusnya. In fact, memang banyak kok manfaat si duit plastik ini. Coba cek di artikel Jurus Tepat Kartu Kredit Bermanfaat ini.
However, kalau kamu sekarang sedang berpikiran untuk bikin kartu kredit baru, maka hold it right there. Sudah dipikirkan masak-masak belum? Memang orang yang punya kartu kredit itu kelihatan mentereng dan gaya beuds.
Tapi ada banyak hal di balik kartu serbaguna ini yang harus kamu pahami dan sadari betul konsekuensinya, sebelum akhirnya kamu benar-benar bikin kartu kredit. Apa saja?
5 Hal tentang yang harus dipahami sebelum bikin kartu kredit
1. Kartu kredit bukan kartu ATM tanpa menabung dulu
Ada lo yang seneng banget bisa bikin kartu kredit, lantaran menganggap kartu kredit layaknya kartu ATM tapi tanpa harus nabung lebih dulu.
Padahal …
Limit kartu kredit sendiri kadang bisa menjebak. Misalnya saja, kita bergaji Rp5 juta. Limit kartu kredit bisa saja lebih dari gaji, bahkan bisa 2 kali lipat. Lalu, pasti sudah bisa menduga ya. Dengan memegang kartu dengan limit 2 kali lipat, kita jadi berasa kaya banget! Belanja bisa banyak, leluasa gesek sana gesek sini.
2. Bunga 20 – 30% setiap tahun
Sebenarnya, sesuai aturan BI, bunga kartu kredit itu besarnya adalah 27% per tahun. Tapi sadar enggak sih, bahwa imbal hasil reksa dana saham saja paling tinggi “hanya berani” kasih 20% saja lo.
Ini kalau dibiarkan, bisa jadi aset kita tergerus sampai habis. Apalagi kalau karena enggak bisa bayar langsung lunas, kita hanya bisa minimum payment saja per bulan. Bunga yang berbunga lagi, akhirnya ada tuh cerita utang kartu kredit Rp4 juta, dan kemudian membengkak sampai Rp170 juta.
Hiy!
3. Berani bertanggung jawab enggak?
Pada dasarnya, kartu kredit sebenarnya juga bermanfaat untuk kita. Seperti yang sudah sempat disebutkan di atas tadi.
Kartu kredit akan sangat berguna bagi kita yang suka traveling keluar negeri, atau suka belanja dari olshop luar. Untuk transaksi internasional, pokoknya kartu kredit ini penting.
Nah, kan? Jadi memang bermanfaat, hanya saja, kita siap enggak sih bertanggung jawab terhadap pinjaman uang melalui kartu kredit yang kita lakukan sendiri ini?
Harusnya kan, berani gesek, berani bayar!
Jadi, mau bikin kartu kredit? Limit berapa, gaji berapa? Utang kan harus sehat? Rasio utang tidak boleh lebih dari 30% penghasilan. Jadi, kalau sekarang masih mencicil KPR sekian juta, motor sekian juta, lalu masih mau gesek kartu kredit juga ya buatlah limit belanja sendiri–yang kalau ditotal semuanya tidak lebih dari 30% utang itu tadi.
Kan, limit kartu kredit bisa saja 2 kali lipat gaji, tapi kita selalu bisa kok bikin limit sendiri demi pertanggungjawaban terhadap diri sendiri juga.
4. Waspadai kemudahannya
Tinggal gesek sana gesek sini, memang indah banget dibayangkan. Untuk bikin kartu kredit, sekarang juga makin mudah. Sepanjang punya penghasilan minimal Rp3 juta, punya NPWP, berusia minimal 21 tahun, pengajuan kartu kredit kemungkinan besar sudah pasti lolos.
Tapi, seperti yang disebutkan di artikel tentang pinjaman online kemarin, kemudahan, kepraktisan, dan kecepatan itu selalu ada “harganya”.
Jadi, waspada. Keasyikan gesek sana-sini, tahu-tahu terkemplang oleh utang.
5. Perhatikan keamanannya
Kartu kredit juga rawan dibobol. Meski tingkat keamanan sudah semakin dimaksimalkan, tapi teteup ya. Apalagi kalau dipakai untuk transaksi online. Kalau enggak hati-hati, wah, tahu-tahu aja ada tagihan siluman datang ke kita yang jumlahnya enggak kira-kira.
Karena itu, penting untuk diingat. Begitu bikin kartu kredit, tanggung jawab kita sudah langsung penuh padanya. Baik bertanggung jawab mengendalikan keuangan, pun bertanggung jawab atas keamanannya.
Nah, sudah? Sudah bisa bikin kartu kredit nih? Sudah bisa apply?
Tapi, boleh juga baca lagi dulu beberapa artikel yang membahas tentang kartu kredit (terutama sih cara mengelola utang dan juga cara cepat melunasi kartu kredit) di web ini. Ini dia:
- Terjebak Utang Kartu Kredit
- Kartu Kredit, Siapa Takut?
- Akibat Menjadikan Kartu Kredit Sebagai Sandaran Hidup
- Kartu Kredit = Tanggung Jawab!
Atau, ikutan saja kelas finansial online QM Financial, supaya kamu enggak perlu berutang! Udah paling bener tuh :) Cek jadwalnya ya! Dan, pastikan kamu download aplikasi Zoom di smartphone ataupun laptop, sehingga kamu bisa mengikutinya di mana saja!